| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Selasa, 16 September 2014 Peringatan Wajib St. Kornelius dan St. Siprianus

Selasa, 16 September 2014
Peringatan Wajib St. Kornelius dan St. Siprianus
  
“Marilah kita saling mendoakan dan saling meringankan beban dan kesusahan dengan saling mencintai” (St. Siprianus)
  
Antifon Pembuka 
   
Para kudus bergembira di surga, sebab mengikuti jejak Kristus. Mereka menumpahkan darahnya demi Dia, sehingga kini bersukaria selamanya.
   
The souls of the Saints are rejoicing in heaven, the Saints who followed the footsteps of Christ, and since for love of him they shed their blood, they now exult with Christ for ever.
    
Tobat 3 
 
Tuhan Yesus Kristus, Engkau telah menghidupkan kembali pemuda di Nain, sebagai lambang kehendak-Mu untuk menghidupkan kembali manusia dari dosa. Tuhan, kasihanilah kami.

Engkau telah menderita dan wafat, namun bangkit jaya untuk mengalahkan dosa dan maut. Kristus, kasihanilah kami.

Engkau telah membangkitkan kami berkat Sakramen Baptis dan menghidupkan kami kembali berkat sakramen pengampunan. Tuhan, kasihanilah kami.
 
Doa Pagi
   
Ya Allah, Engkau telah menguatkan Gereja-Mu dengan pelayanan yang mengagumkan melalui kesaksian para gembala dan martir-Mu yang kudus, Santo Kornelius dan Siprianus. Bantulah Gereja-Mu untuk bersedia mengampuni dan sabar terhadap anggota-anggotanya yang tersesat, bahkan memberontak. Berilah kami kekuatan untuk ikut serta mewartakan dan menghadirkan karya keselamatan Putra-Mu di tengah-tengah masyarakat kami sampai kami Kauperkenankan untuk menikmati kepenuhan karya keselamatan-Mu itu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
    
Keanekaragaman karunia yang diterima oleh masing-masing anggota komunitas dibagikan justru sebagai sarana untuk memperkuat dan mempersatukan komunitas. Pada dasarnya, karunia-karunia tersebut diberikan oleh satu Allah dan semua anggota menjadi satu komunitas karena satu ikatan dalam Roh.
       
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (12:12-14.27-31a)
       
"Kalian semua adalah tubuh Kristus, dan masing-masing anggotanya."
      
Saudara-saudara, sebagaimana tubuh itu satu, meskipun anggotanya banyak, dan semua anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh saja, demikian pula Kristus. Sebab kita semua telah dibaptis dalam satu Roh menjadi satu tubuh, dan juga diberi minum dari satu Roh, entah kita orang Yahudi, entah bukan Yahudi, entah budak entah orang merdeka. Sebab tubuh tidak terdiri atas satu anggota saja, tetapi atas banyak anggota. Kalian semua adalah tubuh Kristus, dan masing-masing adalah anggotanya. Dan Allah telah menentukan beberapa orang di dalam jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya Ia menentukan mereka yang mendapat kurnia untuk mengadakan mukjizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berbicara dalam bahasa roh. Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah semua mendapat karunia untuk mengadakan mukjizat, atau untuk menyembuhkan, atau untuk berbicara dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh? Maka berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang utama.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
    
Mazmur Tanggapan
Ref. Kita ini umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.
Ayat. (Mzm 100:2.3.4.5)
1. Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai.
2. Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita, dan punya Dialah kita; kita ini umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.
3. Masuklah melaui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, masuklah ke pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya, dan pujilah nama-Nya.
4. Sebab Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun temurun.
 
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Luk 7:16)
Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita, dan Allah mengunjungi umat-Nya. Alleluya.
    
Dibangkitkannya anak seorang janda di Nain menjadikan tanda yang sangat jelas bahwa Allah berpihak kepada kehidupan. Dia memulihkan kehidupan sang anak, bukan semata-mata untuk anak itu sendiri, tetapi juga untuk kehidupan sang janda.
 
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (7:11-17)
  
"Hai pemuda, bangkitlah!"
      
Pada suatu ketika pergilah Yesus ke sebuah kota bernama Nain. Para murid serta banyak orang pergi bersama Dia. Ketika Ia mendekati pintu gerbang kota, ada orang mati diusung keluar, yatu anak laki-laki tunggal seorang ibu yang sudah janda. Banyak orang kota itu menyertai janda tersebut. Melihat janda itu tergeraklah hati Tuhan oleh belas kasih. Lalu Tuhan berkata kepadanya, “Jangan menangis!” Dihampiri-Nya usungan jenasah itu dan disentuh-Nya. Maka para pengusung berhenti. Tuhan berkata, “Hai Pemuda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” Maka bangunlah pemuda itu, duduk, dan mulai berbicara. Yesus lalu menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah sambil berkata, “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita, “ dan “Allah telah mengunjungi umat-Nya.” Maka tersiarlah kabar tentang Yesus ke seluruh Yudea dan ke seluruh daerah sekitarnya.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
 
Renungan
 
Bangkitnya si pemuda dari Nain bermula dari belas kasihan. Kehadiran Yesus pada waktu itu tampaknya tidak direncanakan. Dia hanya kebetulan lewat dan hatinya tergerak oleh belas kasihan. Sungguh beruntung si janda, karena Yesus sudah membangkitkan putra tunggalnya. Dia tentu tak menyangka bahwa Orang asing yang bernama Yesus itu telah melawatinya. Yesus sering kali hadir dan mengunjungi kita seperti orang asing. Dia melihat dan tentu saja akan tergerak oleh belas kasihan. Mampukah kita menangkap kehadiran-Nya yang tersembunyi dalam diri sesama?
 
Doa Malam
 
Ya Yesus, Engkau telah membangkitkan pemuda Nain dari kematian. Bangkitkanlah pula semangat hidup kami agar kami tidak menyia-nyiakan kasih karunia-Mu yang telah kami terima namun bekerja lebih giat dalam mengamalkan dan mewartakan cinta kasih-Mu. Sebab Engkaulah Tuhan dan Penyelamat hidup kami. Amin.
 
 
RUAH

Bunda yang berdukacita

Senin, 15 September 2014
Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Berdukacita
     
 Hari ini Gereja Katolik memperingati Peringatan Wajib Santa Perawan Maria yang Berdukacita. Apa maksudnya? Mengapa wajib diperingati? Sebagai seorang manusia yang lahir dari rahim seorang ibu, tentu kita akan mengignat ibu kita, terlebih penderitaan ibu kita sendiri. Adakah seorang anak yang tega membiarkan ibunya menderita, atau setidak-tidaknya tidak ambil pusing dengan penderitaan ibu sendiri? Orang yang baik dan setia pada Yesus tidak akan melakukan hal  yang demikian. Pokok permasalahannya ialah, sebagai umat beriman, tentu Bunda Maria menjadi Bunda kita semua oleh karena Yesus telah menjadi penebus bagi semua orang. Injil hari ini memberitakan bagaimana ramalan nabi Simeon terhadap bunda Maria. Simeon mengatakan bahwa “..suatu pedang akan jiwamu sendiri…” (Luk 2:35).  Pernahkah terbayang, seorang ibu yang hendak bersukacita akan kelahiran anaknya sendiri harus mendengar “berita miris” bahwa anak yang akan dikandung justru menimbulkan perbantahan dan menembus hati sendiri? Rasa takut, cemas, dan mengerikan akan begitu meliputi. Itulah yang mungkin dirasakan oleh Bunda Maria. Yesus harus mengalami penderitaan ditolak oleh orang – orang sekitar, namun terlebih memuncak saat penderitaan-Nya di salib, sebuah “ke-martiran” fisik demi teusan banyak orang. Bagaimana dengan Bunda Maria? Bunda Maria harus menjadi “martir” dalam hatinya sendiri, sebab penderitaan hati-nya sebagai seorang ibu begitu dahsyat diatas penderitaan hati orang lain. Seorang ibu yang justru siap menerima ramala Simeon yang sungguh mengejutkan, justru mengajarkan bagaimana kita belajar dari sosok Sang Bunda untuk setia kepada Yesus hingga sampai di kaki salib sekalipun hati sungguh sedih dan menderita. Bunda Maria tetap setia kepada Yesus apapun yang terjadi, dan Bunda Maria menyimpan semua perkara yang tak mudah itu di dalam hatinya, namun dngan kasih keibuannya dan kepercayaan akan rencana Allah kemartiran nya dalam hati harus diterima. Demikia kita, harus menerima semua hal dalam kehidupan dan siap untuk mengolah apapun yang terjadi, karena Bunda Maria telah menjadi ibu yang memberikan kekuatan hati untuk tetap setia pada perkara hati yang tidak mudah
  
   

RENUNGAN OLEH: DEUS PROVIDEBIT

Kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

Senin, 15 September 2014
Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Berdukacita

  
1Kor. 12:31 - 13:13; atau Ibr. 5: 7-9; Mzm 31:2-3a,3b-4,5-6,15-16, 20; Yoh. 19:25-27
  
Kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

Hari ini kita memperingati Bunda Mari berdukacita. Kita bisa membayangkan betapa betapa sedihnya seorang ibu, ketika anaknya harus mati mendahuluinya. Apalagi, anaknya itu mati dengan sangat mengenaskan, misalnya karena kecelakaan atau dianiaya dan menjadi korban pembunuhan. Kurang lebih, demikianlah suasana dukacita bunda Maria ketika ia berdiri di bawah kaki salib. Yesus, anaknya sedang menghadapi ajal-Nya, setelah menderita beberapa saat menderita sepanjang jalan salib. Yesus tidak ingin, ibu-Nya menanggung dukacita itu sendirian. Maka, Ia menyerahkan Maria kepada murid-murid-Nya dan mereka pun kemudian menerma Maria sebagai ibunya. Dalam kebersamaan antara Maria dan para murid, dukacita atas wafat Yesus, pelan-pelan berubah menjadi penyerahan total kepada Allah sekaligus pengharapan akan kebangkitan-Nya. Maria pun tetap bersama para murid untuk menanti turun-Nya Roh Kudus sampai tiba hari Pentakosta (Kis 1:14). Kehadiran Maria yang berduka cita di tengah-tengah para murid yang juga berduka cita, tentu memberi penghiburan dan kekuatan tersendiri bagi mereka. Demikian pula, Bunda Maria selalu menjadi penghiburan bagi kita. Sebab, Ia tidak hanya diserahkan kepada para murid tetapi juga kepada kita untuk menjadi bunda kita. Maka, marilah kita juga selalu membuka diri untuk menerima Bunda Maria dalam rumah kita, dalam keluarga kita. Maukah kita berdoa rosario setiap hari sehingga kita masuk dalam ikatan kekeluargaan tanpa putus dengan Bunda Maria? Per Mariam ad Iesum. Dengan perantaraan Maria, menuju kepada Yesus.

Doa: Hadirlah selalu dalam hidup kami, ya Bunda Maria yang terkasih dan biarlah kami selalu mengalami penghiburan darimu. Amin. -agawpr-

Senin, 15 September 2014 Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Berdukacita

Senin, 15 September 2014
Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Berdukacita
  
“Ibu tersuci, kami menyebut engkau lebih dari seorang martir, karena kecemasan hati yang kauderita melebihi semua penderitaan badani” (St. Bernardus Abas)

Antifon Pembuka
 
Simeon berkata kepada Maria, “Anak ini menentukan jatuh bangkitnya banyak orang di Israel. Ia menjadi tanda yang menimbulkan pertentangan. Dan hatimu sendiri akan ditembus dengan pedang.”

Pengantar

 Santa Perawan Maria sebagai martir, terkandung dalam nubuatan Simeon, tampil di hadapan mata dalam kisah sengsara Tuhan kita. Orang tua yang diberkati, yaitu Simeon, berkata tentang kanak-kanak Yesus, "Anak ini ditentukan sebagai tanda yang akan ditentang," dan kepada Maria, "Hatimu akan ditembus pedang."

 Jangan heran, Saudara-saudara, bahwa Maria dikatakan menderita sebagai martir dalam jiwanya. Tetapi ada orang akan heran, yaitu mereka yang lupa akan kata-kata Paulus tentang orang kafir, bahwa di antara cacat mereka, yang paling berat ialah bahwa mereka tidak mengenal belas kasih. Tidak begitulah Maria! Semoga jangan sampai begitu mereka, yang menghormati dia! (St. Bernardus, Sumber: Bacaan Ofisi Para Kudus 3, Yogyakarta - Kanisius, 1982, hlm. 34-36)
 
Doa Pagi
   
Ya Allah, Engkau yang menghendaki Putra-Mu tergantung pada kayu salib, Maria berdiri di didekat Putra-Mu dan berbagi penderitaan dengan-Nya, izinkanlah Gereja-Mu berpartisipasi dengan Maria dalam penderitaan Kristus untuk memperoleh kebaikan karena kebangkitan Putra-Mu. Engkau yang hidup dan berkuasa bersama dengan Putra-Mu dalam persatuan dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin
             
Dalam membangun pertumbuhan hidup rohani, kasih adalah sebuah kebajikan yang sangat unggul. Segala hal bisa kita miliki, namun kalau tanpa kasih, semuanya tidak ada artinya. Sudah selayaknya kasih mengisi segala yang kita miliki tersebut dan sekaligus juga menopang segala keutamaan yang lain.
  
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (12:31-13:13)

              
Saudara-saudara, berusahalah memperoleh karunia-karunia yang paling utama. Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi. Sekalipun aku dapat berbicara dalam semua bahasa manusia dan malaikat, tetapi tidak mempunyai kasih, aku seperti gong yang bergaung atau canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia bernubuat dan aku tahu segala rahasia serta memiliki seluruh pengetahuan; sekalipun aku memiliki iman sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku. Kasih itu sabar, murah hati dan tidak cemburu. Kasih tidak memegahkan diri, tidak sombong dan tidak bertindak kurang sopan. Kasih tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak cepat marah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih tidak bersukacita atas kelaliman, tetapi atas kebenaran. Kasih menutupi segala sesuatu, percaya akan segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, dan sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan. Nubuat akan berakhir, bahasa roh akan berhenti, dan pengetahuan akan lenyap. Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. Tetapi bila yang sempurna tiba, hilanglah yang tidak sempurna. Ketika masih kanak-kanak, aku berbicara seperti kanak-kanak, mereka seperti kanak-kanak, dan berpikir seperti kanak-kanak pula. Tetapi sekarang, setelah menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. Sekarang ini kita melihat gambaran samar-samar seperti dalam cermin, tetapi nanti dari muka ke muka. Sekarang aku mengenal secara tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal secara sempurna sebagaimana aku sendiri dikenal. Demikianlah tinggal ketiga hal ini: iman, harapan dan kasih. Namun yang terbesar di antaranya ialah kasih!
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
           

atau
 
Ketaatan Yesus kepada Allah menjadi teladan bagi kita semua untuk berusaha mengosongkan diri dan memenuhinya dengan Allah sendiri. Hanya dengan mengosongkan diri, kita bisa semakin dipenuhi oleh kehendak Allah sendiri.
 
Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (5:7-9)
   
Saudara-saudara, dalam hidup-Nya sebagai manusia, Kristus telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut. Dan karena kesalehan-Nya, Ia telah didengarkan. Akan tetapi, sekalipun Anak Allah, Yesus telah belajar menjadi taat; dan ini ternyata dari apa yang telah diderita-Nya. Dan sesudah mencapai kesempurnaan, ia menjadi pokok keselamatan abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
   
Mazmur Tanggapan, la = d, 4/4, PS 818
Ref. Tuhan, sudi dengarkan rintihan umat-Mu.
Ayat. (Mzm 31:2-3a.3bc-4.5-6.15-16.20)
1. Pada-Mu, ya Tuhan, aku berlindung, jangan sekali-kali aku mendapat malu. Luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah melepaskan daku.
2. Jadilah bagiku gunung batu tempat berlindung, dan kubu pertahanan untuk menyelamatkan daku! Sebab Engkaulah bukit batu dan pertahananku; oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku.
3. Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, sebab Engkaulah tempat perlindunganku. Ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku; sudilah membebaskan daku, ya Tuhan, Allah yang setia.
4. Tetapi aku, kepada-Mu, ya Tuhan, aku percaya, aku berkata, “Engkaulah Allahku!” Masa hidupku ada dalam tangan-Mu, lepaskanlah aku dari tangan musuh-musuhku dan bebaskanlah dari orang-orang yang mengejarku.
5. Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takwa kepada-Mu, yang telah Kaulakukan di hadapan manusia bagi orang yang berlindung pada-Mu!
  
Sekuensia (Lihat Bunda Yang Berduka / Stabat mater dolorosa), do = f, 4/4, PS 639 -fakultatif-
1. Lihat bunda yang berduka / di depan salib Sang Putra ; air mata bergenang. /
O betapa jiwa ibu / tersedu menanggung pilu, bagai ditembus pedang.
2. Bunda Putra Tunggal Allah disebut Yang Berbahagia / kini sangat bersedih. / Hatinya dirundung duka, kar'na putra yang termulia bersengsara di salib.
3. O siapa tidak pilu menyaksikan bunda Kristus menangisi Putranya?
/ Dan siapa tak tergugah menyelami duka bunda kar'na siksa Anak-Nya.
4. Dilihatnya Yesus, putra, yang tersiksa dan terluka / kar'na dosa umat-Nya /
dan bergumul sendirian / menghadapi kematian / menyerahkan nyawa-Nya.
5. Wahai bunda sumber kasih, / biar turut kuhayati dukamu yang mencekam;
biar hatiku bernyala / mengasihi Putra Allah dan pada-Nya berkenan.
6. Biarlah sengsara aib / dari Dia yang tersalib tersemat di hatiku;
biar siksa salib itu / yang ditanggung-Nya bagiku kudekap bersamamu.
7. Biar aku di sampingmu / pilu kar'na wafat Kristus di sepanjang hidupku;
inilah keinginanku: / di dekat salib Putramu besertamu tersedu.
8. O perawan yang terpilih, / perkenankan aku ini ikut dikau bersedih;
biar kematian Tuhan / dan darah-Nya yang tercurah kukenangkan tak henti.
9. Biar aku pun terluka / menghayati salib Tuhan, digerakkan kasih-Nya. Hatiku engkau kobarkan; / biar aku dibebaskan dalam penghakiman-Nya.
10. Biarlah salib Tuhanku / jadi benteng naunganku, dan kurasa rahmat-Nya.
Bila nanti aku mati / biar aku mewarisi kemuliaan yang kekal.

Stabat mater dolorosa
juxta crucem lacrimosa, 
dum pendebat filius. 

Cujus animam gementem,
contristatam et dolentem
per transivit gladius. 

O quam tristis et afflicta 
fuit illa benedicta 
Mater Unigeniti! 

Quae moerebat et dolebat,
et tremebat cum videbat
nati poenas inclyti.

Quis est homo qui non fleret, 
Christi materm si videret 
in tanto supplicio?

Quis non posset contristari,
piam Matrem contemplari 
dolentem cum Filio? 

Pro peccatis suae gentis, 
vidit Jesum in tormentis 
et flagellis subditum.

Vidit suum dulcem natum,
morientem, desolatum,
dum emisit spiritum.

Eja Mater, fons amoris, 
Me sentire vim doloris 
Fac, ut tecum lugeam.

Fac, ut ardeat cor meum 
In amando Christum Deum,
Ut sibi complaceam. 

Sancta Mater, istud agas,
Crucifixi fige plagas
Cordi meo valide. 

Tui nati vulnerati, 
Tam dignati pro me pati, 
Mecum poenas divide. 

Fac me vere tecum flere,
Crucifixo condolere, 
Donec ego vixero. 

Juxta crucem tecum stare,
Te libenter sociare 
In planctu desidero.

Virgo virginum praeclara,
Mihi jam non sis amara, 
Fac me tecum plangere. 

Fac, ut portem Christi mortem, 
Passionis eius sortem,
Et plagas recolere. 

Fac me plagis vulnerari, 
Cruce hac inebriari,
Ob amorem Filii.

Inflammatus et accensus
Per te, Virgo, sim defensus
In die judicii.

Fac me cruce custodiri, 
Morte Christi muniri,
Confoveri gratia. 

Quando corpus morietur, 
Fac, ut animae donetur 
Paradisi gloria.

Bait Pengantar Injil, do = d, 2/2, PS 953
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. Berbahagialah Engkau, Sang Perawan Maria, sebab di bawah salib Tuhan engkau menjadi martir tanpa menumpahkan darahmu
     
Peristiwa di bawah salib, menjadi bukti nyata kesetiaan Maria sebagai ibu dan sekaligus murid Yesus. Dia tidak meninggalkan Yesus dalam penderitaan, namun terus mendampingi-Nya. Dia juga tidak menyangkal Yesus, namun berani mendekat di bawah salib-Nya. Kesetiaan sebagai seorang ibu ini diserahkan untuk murid-murid-Nya.
  
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (19:25-27)
    
Waktu Yesus bergantung di salib, di dekat salib itu berdirilah ibu Yesus dan saudara ibu Yesus, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu!” kemudian kata-Nya kepada murid-Nya, “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima ibu Yesus di dalam rumahnya.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Atau:
 
Nubuat kepedihan yang disampaikan kepada Maria, tidak membuatnya surut dalam menjalani perannya sebagai ibu Yesus. Memang ada risiko yang harus ditanggung ketika mengiyakan turut serta dalam karya keselamatan. Maria tidak menolak risiko tersebut. Justru kesetiaan-Nya sebagai ibu dan murid Yesus inilah yang kemudian menjadi teladan bagi kita bersama.
   
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (2:33-35)

Ketika Maria dan Yusuf mempersembahkan Anak Yesus di Bait Suci, mereka amat heran mendengar pernyataan Simeon tentang Anak Yesus. Lalu Simeon memberkati mereka, dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan – dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri – supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
 
Renungan

 

 Nubuat yang dinyatakan oleh Simeon adalah atu dari beragam misteri iman yang menggelayuti pikiran Santa Perawan Maria. Sudah sejak awal, Maria sadar bahwa "Fiat"-Nya akan membawa risiko besar dalam seluruh perjalanan hidupnya yakni pedang yang akan menembus jiwa Maria. Pedang yang menembus jiwa itu juga akan dihadapi oleh orang-orang yang bersedia menyatakan "Fiat" kepada Tuhanl mereka yang bersedia mengikuti Tuhan secara radikal dan yang dengan gembira memikul salib. Apakah kita berani menerima pedang sebagai konsekuensi mengikuti Tuhan?
 
Doa Malam
  
Tuhan Yesus Kristus, kami bersyukur atas Bunda Maria yang Engkau berikan kepada kami untuk menjadi Bunda Gereja dan ibu kami semua. Bantulah kami umat-Mu untuk meneladani Bunda Maria, yang setia, rendah hati dan rela berkorban. Dan semoga kami selalu menghormati orang tua kami. Doa ini kami persembahkan dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
  
   
RUAH

Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.

Minggu, 14 September 2014
Pesta Pemuliaan Salib Suci

Bil. 21:4-9; Mzm. 78:1-2,34-35,36-37,38; Flp. 2:6-11; Yoh. 3:13-17.

Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.

Hari ini kita merayakan pesta Salib Suci, sebuah pesta yang dikaitkan dengan kisah penemuan salib Yesus di bukit Golgota oleh St. Helena pada abad ke-4. Lebih dari itu, kita diajak untuk merayakan misteri iman akan salib Kristus yang membawa keselamatan bagi kita. Di atas salib, Ia telah menumpahkan darah-Nya untuk membasuh kita dari segala noda dosa dan juga merentangkan tangan-Nya untuk merengkuh kita dalam pelukan kasih-Nya. Untuk itu, sambil bertekun dalam memikul salib kita masing-masing, marilah kita juga berusaha menemukan salib Kristus dalam hidup sehari-hari. Kita satukan salib-salib kita dengan Salib-Nya agar kita mendapatkan kekuatan dan keselamatan. Salah satu saranya yang paling sederhanya adalah dengan menghayati setiap tanda salib yang sering kita buat, entah berapa kali dalam sehari. Setiap kali membuat tanda salib, kita berkata "Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus". "Dalam" bukan "Atas". Artinya, melalui tanda salib itu, kita masuk ke dalam persekutuan Allah Tritunggal Mahakudus. Dengan tanda salib, kita menandai kening, data dan kedua bahu kita. Dengan demikian, seluruh hidup kita: pikiran kita (kening), hati kita (data), dan karya-karya kita (bahu) selalu berada dalam rengkuhan Allah Tritunggal. Di situlah kita menemukan jaminan keselamatan kita.

Doa: Ya Tuhan, dalam salib Kristus kami menemukan jaminan keselamatan kami. Bantulah kami untuk menghayati dengan sungguh-singguh, baik salib yang harus kami pikul dalam hidup sehari-hari maupun tanda salib yang setiap saat kami buat. Amin. -agawpr-

Minggu, 14 September 2014 Pesta Pemuliaan Salib Suci


Minggu, 14 September 2014
Pesta Pemuliaan Salib Suci
        
Kematian di kayu salib adalah kurban yang satu kali untuk selamanya dipersembahkan Kristus, “pengantara antara Allah dan manusia” (1 Tim 2:5). Tetapi karena dalam Pribadi ilahi-Nya yang menjadi manusia, “Ia seakan-akan bersatu dengan tiap manusia” (GS 22,2) maka Ia memberikan “kemungkinan kepada semua orang, untuk bergabung dengan misteri Paskah ini, atas cara yang diketahui Allah” (GS 22,5). Yesus mengajak murid-murid-Nya, untuk “memanggul salibnya” dan mengikuti Dia (Mat 16:24), karena “Kristus pun telah menderita untuk [kita] dan telah meninggalkan teladan bagi [kita], supaya [kita] mengikuti jejak-Nya” (1 Ptr 2:21). Ia ingin mengikut-sertakan dalam kurban ini, pada tempat pertama, orang-orang yang menjadi ahli waris-Nya (Bdk. Mrk 10:39; Yoh 21:18-19; Kol 1:24). Ini berlaku terutama untuk ibu-Nya, yang dalam misteri kesengsaraan-Nya yang menebuskan itu, dibawa masuk lebih dalam daripada setiap manusia yang lain (Bdk. Luk 2:35).
“Tidak ada satu tangga lain untuk naik ke surga, selain salib” (Rosa dari Lima, Vita). (Katekismus Gereja Katolik, 618)

         
Antifon Pembuka (Gal 6:14)
      

Kita harus bangga akan salib Tuhan kita Yesus Kristus pohon keselamatan, kehidupan dan kebangkitan kita, sumber penebusan dan pembebasan kita.
     
We should glory in the Cross of our Lord Jesus Christ, in whom is our salvation, life and resurrection, through whom we are saved and delivered. 
   
 
Ref. Nos autem gloriari oportet, in cruce Domini nostri Iesu Christi: in quo est salus, vita, et resurrectio nostra: per quem salvati, et liberati sumus.
Ayat.
1. Deus misereatur nostri, et benedicat nobis: illuminet vultum suum super nos, et misereatur nostri.
2. Ut cognoscamus in terra viam tuam: in omnibus gentibus salutare tuum.
3. Confiteantur tibi populi, Deus: confiteantur tibi populi omnes.
      
Tobat 3    
   
Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah Putra Manusia yang harus ditinggikan di salib, agar siapa saja yang percaya kepada-Mu tidak binasa, melainkan memiliki hidup abadi. Tuhan, kasihanilah kami.
   

Engkaulah Putra Allah yang belajar menjadi taat dalam penderitaan untuk menjadi pokok keselamatan kekal bagi mereka yang taat kepada-Mu. Kristus, kasihanilah kami. 
     

Engkaulah Putra Allah yang tunggal, yang diserahkan oleh Allah sebagai bukti cinta kasih-Nya kepada dunia, agar setiap orang yang percaya kepada-Mu tidak binasa, melainkan memiliki hidup abadi. Tuhan, kasihanilah kami    
 
Doa Pagi

  
Ya Allah, Engkau menghendaki Putra Tunggal-Mu menanggung salib demi keselamatan umat manusia. Perkenankanlah kami, yang menghormati misteri salib Putra-Mu di dunia, kelak menerima anugerah penebusan di surga. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
   
Bacaan dari Kitab Bilangan (21:4-9)
     
"Semua orang yang terpagut ular akan tetap hidup, bila memandang ular perunggu."
      
Ketika umat Israel berangkat dari Gunung Hor, mereka berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom. Bangsa itu tidak dapat menahan hati di tengah jalan. Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa, “Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air! Kami telah muak akan makanan hambar ini!” Lalu Tuhan menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel itu mati. Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata, “Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan Tuhan dan engkau; berdoalah kepada Tuhan, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami.” Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. Maka berfirmanlah Tuhan kepada Musa, “Buatlah ular tedung dan taruhlah pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut ular, jika ia memandangnya, akan tetap hidup.” Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang. Maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
   
Mazmur Tanggapan, do = a, 2/4, PS 830
Ref. Aku wartakan karya agung-Mu Tuhan, karya agung-Mu karya keselamatan 
 
Ayat. (Mzm 78:1-2.34-35.36-37.38) 
1. Dengarkanlah pengajaranku, hai bangsaku, sendengkanlah telingamu kepada ucapan mulutku. Aku mau membuka mulut untuk mengatakan Amsal, aku mau menuturkan hikmat dari zaman purbakala.
2. Ketika Allah membunuh mereka, maka mereka mencari Dia; mereka berbalik dan mendambakan Allah; mereka teringat bahwa Allah adalah Gunung Batu , bahwa Allah yang Mahatinggi adalah Penebus mereka.
3. Tetapi mulut mereka tidak dapat dipercaya, dan dengan lidah mereka membohongi Allah. Hati mereka tidak berpaut pada-Nya, dan mereka tidak setia pada perjanjian-Nya.
4. Akan tetapi Allah itu penyayang! Ia mengampuni kesalahan mereka dan tidak memusnahkan mereka; banyak kali Ia menahan amarah-Nya, dan tidak melampiaskan keberangan-Nya.         
 
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi (2:6-11)
   
"Yesus merendahkan diri, maka Allah sangat meninggikan Dia."
      
Saudara-saudara, Yesus Kristus, walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan. Sebaliknya Ia telah mengosongkan diri, mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai wafat, bahkan sampai wafat di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia, dan menganugerahkan-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuklututlah segala yang ada di langit, dan yang ada di atas serta di bawah bumi, dan bagi kemuliaan Allah Bapa segala lidah mengakui, “Yesus Kristus adalah Tuhan.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
   
Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 960 
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya 
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.  
Ayat. Ya Kristus, kami menyembah dan memuji Dikau, sebab dengan salib-Mu, Engkau telah menebus dunia.       
     
 
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (3:13-17)
      
"Anak manusia harus ditinggikan."
    
Dalam percakapan-Nya dengan Nikodemus, Yesus berkata, “Tidak ada seorang pun yang telah naik ke surga, selain Dia yang telah turun dari surga, yaitu Anak manusia. Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Renungan
  

  Pada Hari Minggu ini Gereja merayakan Pesta Pemuliaan Salib Suci.  Mulanya perayaan ini diperingati sebagai hari raya hanya dalam Ritus Timur.  Pada abad V, sehari setelah pesta penahbisan Gereja Makam Kudus (13 September), kayu Salib Suci diperlihatkan kepada umat di Yerusalem. Perayaan ini melahirkan Pesta Penemuan Salib Suci. Menurut Santo Ambrosius, Uskup Milan (†397), kayu salib Yesus ditemukan kembali oleh Ratu Helena, ibu Kaisar Konstantinus. Kemudian salib itu dibagi-bagi menjadi potongan-potongan kecil untuk disimpan dalam batu altar gedung-gedung gereja di seluruh dunia sebagai relikui. Pada abad VII perayaan ini diterima dalam Ritus Latin dan sekarang disebut Pesta Pemuliaan Salib Suci.

 Di dalam kitab Bilangan dikatakan “Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.” (Bil 21:8). Dalam hal ini, Tuhan mengatakan kepada Musa untuk membuat ular tedung dari tembaga, sehingga orang Israel yang berdosa – karena melawan perintah Allah – dapat memperoleh kesembuhan.  Peristiwa itu dilihat dalam Injil sebagai nubuat atas peristiwa Putra Manusia yang akan ditinggikan dan semua orang yang memandang-Nya dan percaya akan diselamatkan. Salib selalu menjadi simbol sengsara penderitaan. Namun, bagi kita yang percaya, salib adalah sekaligus menjadi lambang kemenangan. Salib bukanlah kata akhir dalam perjalanan rohani kita. Kita harus melihatnya sebagai lambang harapan dan keberanian. Salib mungkin merupakan aib dan pengalaman tragis bagi seorang Putra Allah, namun itu juga menjadi kisah kekuatan dan kesembuhan bagi kita semua.

  Injil Yohanes membandingkan ular tembaga dengan Yesus Anak Allah yang turun ke dunia untuk mewartakan hidup kekal. Dalam hidup-Nya, Yesus mewartakan dan menawarkan "hidup kekal" itu melalui tanda-tanda yang tidak mudah dimengerti oleh orang lain. Banyak kali kata-kata Yesus menjadi sumber pertikaian di kalangan orang-orang Yahudi yang mendengar-Nya. Berulangkali Ia mengatakan bahwa Ia berasal dari Bapa (Allah), Ia menyebut Allah sebagai Bapa-Nya dan Diri-Nya sebagai Anak dan bahwa Ia datang membawa hidup kekal, barangsiapa yang percaya kepada-Nya akan memperoleh hidup kekal. Santo Yohanes menegaskan seperti orang Israel memandang ular tembaga lalu hidup, barangsiapa memandang kepada Dia yang diutus Bapa, akan memperoleh hidup kekal dengan melakukan kehendak Allah. Walaupun Yesus sudah berulangkali mengajar dan membuat tanda-tanda heran namun banyak orang masih tidak percaya. Karena itu Yesus berpesan kepada mereka, apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri..." Yesus menegaskan bahwa Dia berasal dari Bapa dan semua yang Ia lakukan adalah berasal dari Bapa. Di dalam diri Yesus, kita dapat menemukan hidup kekal. Maka barangsiapa mengangkat hati dan percaya kepada-Nya akan memperoleh hidup kekal. 
   
  Para kudus  yang berada di Surga, mereka berkumpul di Surga bukan karena kekuatan dan kesucian mereka, namun karena mereka tergabung bersama Kristus dalam persatuan dengan tubuh mistik Kristus. Kemenangan para kudus dari dunia ini dengan cara bertumbuh dalam kekudusan dan dengan kerendahan hati, menyebabkan mereka dapat berkumpul bersama-sama dengan Kristus (lih. Why 3:21). Sikap kerendahan hati ini merupakan sikap yang meniru teladan Kristus, yang terlebih dahulu merendahkan diri dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib (lih. Fil 2:8). Pada diri orang yang rendah hati, apa yang dilihat, misalnya karya-karya Tuhan dan situasi kehidupan sesama tidak akan berlalu begitu saja tetapi membangkitkan tindakan, misalnya untuk bersyukur, berpartisipasi, bersolider, dll. Lalu, apa yang didengar, misalnya sabda Tuhan, permohonan dan nasehat sesama, juga akan meresap dalam hati serta menghasilkan buah dalam tindakan. Berbeda dengan orang yang hatinya keras, apa yang dilihat dan yang didengar akan segara berlalu, ia akan pura-pura tidak melihat dan tidak mendengar atau mendengar tetapi masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Sementara penghayatan dalam hal keutamaan 'ketaatan' masa kini sungguh memprihatinkan, entah dalam hidup beriman, beragama, membiara atau imamat, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Gejala yang nampak atau dapat diinderai setiap hari antara lain apa yang terjadi di jalanan, dimana para pejalan kaki, pengendara sepeda motor atau mobil kurang/tidak mentaati (tidak peduli) aturan berlalu lintas; cukup banyak orang melanggar rambu-rambu lalu lintas seenaknya, demi mempersingkat waktu tidak lagi peduli pada keselamatan dirinya maupun orang lain sehingga menimbulkan kecelakaan dan korban manusia. Kita, dalam bidang-bidang tertentu, mungkin lebih baik, lebih tahu, lebih ahli, lebih intelek, dan lebih lebih yang lain, dibandingkan orang lain. Namun, kalau kita tidak mempunyai kerendahan hati dan ketaatan, kita tidak akan bisa membangun kerjasama dan memberikan pelayanan yang membuahkan sukacita dan damai sejahtera.
 
  Dalam salah satu pengajaran-Nya, Yesus mengatakan bahwa Ia adalah jalan, kebenaran dan kehidupan.  Melalui Yesus itu manusia beriman melintasi perjalanannya di dunia ini menuju keselamatan yang abadi. Yesus tidak hanya memberikan pernyataan bahwa dirinya jalan, kebenaran dan kehidupan. Ia sendiri rela mengorbankan hidupnya bagi manusia. Ia sendiri wafat di kayu salib untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Ia mengajarkan kebenaran kepada manusia. Kebenaran itu ialah bahwa Tuhan senantiasa mengasihi manusia. Tuhan tidak pernah meninggalkan manusia berjuang sendiri di dunia ini. Untuk itu, manusia mesti selalu mengarahkan hidupnya kepada Tuhan. Hanya dengan cara demikian, manusia tidak akan mengalami salah jalan. Manusia akan menemukan kebahagiaan dalam hidupnya, kalau tetap berpegang teguh pada Tuhan.
               
"Hari ini kita melihat pada Salib, kisah manusia dan kisah Allah. Kita pandang Salib ini, di mana kalian dapat mencoba madu dari getah itu, madu pahit itu, rasa pahit dari manisnya pengorbanan Yesus itu. Tapi misteri ini begitu besar, dan kita tidak bisa oleh diri kita sendiri melihat dengan baik pada misteri ini, tidak untuk memahami – ya, untuk memahami – tapi untuk merasakan dengan mendalam keselamatan dari misteri ini. Pertama-tama misteri Salib. Ini hanya dapat dimengerti, sedikit, dengan berlutut, dalam doa, tetapi juga melalui air mata: air matalah yang mendekatkan kita dengan misteri ini.“. (Paus Fransiskus, Homili Pesta Pemuliaan Salib Suci, 2013)
       
R-P@B-NVL-

Salib bukan berhala


"Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik ... Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya."

Sabtu, 13 September 2014
Peringatan Wajib St. Yohanes Krisostomus, Uskup dan Pujangga Gereja
 

1Kor. 10:14-22a; Mzm. 116:12-13,17-18; Luk. 6:43-49.
   
"Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik ... Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya."
  
Hari ini kita memperingati St. Yohanes Krisostomus. Yohanes adalah Uskup Kostatinopel (397-404) yang sangat saleh. Kotbah dan tulisan-tulisannya sangat berbobot sehingga ia dijuluki "Krisostomus" yang artinya "Si Mulut Emas". Tentu, "emas" yang dikeluarkan dalam kata-kata lesannya dan tulisan-tulisannya tersebut berasal dari perbedaraan hatinya yang baik. Dan perbendaharaan hatinya yang baik itu selalu dipupuk melalui relasinya yang mendalam dengan Tuhan. Di zaman sekarang, ketika ada banyak media untuk mengeluarkan perbedaharaan hati kita, tidak hanya secara langsung melalui mulut kita tetapi ada juga melalui tulisan-tulisan kita di FB, twitter, path, dll, semoga kita semakin bijaksana. Kita perbanyak perbedaharaan hati kita dengan hal-hal yang baik, misalnya dengan semakin banyak doa, membaca Kitab Suci dan buku-buku yang bermutu, sehingga yang kita keluarkan pun selalu yang baik. Kita jernihkan pikiran kita supaya menjadi filter yang baik untuk setiap hal yang masuk melalui mata dan telinga kita, juga untuk setiap hal yang kita keluarkan melalui kata-kata, tulisan dan bahasa tubuh kita lainnya.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk memiliki perbendaharaan akan semua hal yang baik dalam hati kami agar apa pun yang keluar melalui kata-kata, tulisan, tindakan dan bahasa tubuh kami selalu baik. Amin. -agawpr-

Sabtu, 13 September 2014 Peringatan Wajib St. Yohanes Krisostomus, Uskup dan Pujangga Gereja

Sabtu, 13 September 2014
Peringatan Wajib St. Yohanes Krisostomus, Uskup dan Pujangga Gereja
  
“Kristus besertaku, siapa yang akan kutakuti?” (St. Yohanes Krisostomus)
  
Antifon Pembuka (Yeh 34:11.23-24)
  
Aku akan memperhatikan domba-domba-Ku, mengangkat seorang gembala sebagai pemimpin, dan Aku, Tuhan sendiri, menjadi Allah mereka.
 
Tobat 3 (Luk 6:43-49)
   
Tuhan Yesus Kristus, Engkau mengajar kami ketaatan dengan hidup taat kepada Bapa sampai wafat di kayu salib. Tuhan, kasihanilah kami.

Engkau bersabda, "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas wadas." Kristus, kasihanilah kami.

Engkau juga mengingatkan kami bahwa yang mendirikan rumah di atas pasir akan mudah roboh bila ada angin kencang. Tuhan, kasihanilah kami.

Doa Pagi

Ya Allah, dalam diri Yesus Kristus, Putra-Mu, Engkau telah menaruh Sabda cinta kasih-Mu. Kami mohon, buatlah Sabda-Mu itu berkembang subur dalam diri kami agar kami semakin menyerupai Putra-Mu dalam cinta kasih yang tulus kepada sesama kami. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
 
Perjalanan menuju persatuan dengan Allah mengandalkan penolakan terhadap segala bentuk berhala. Persatuan ini akan semakin nyata ketika kita tidak mencemarinya dengan tindakan persekutuan dengan roh-roh jahat atau pun berhala. Kemurnian persekutuan dengan Kristus hendak kita jaga dengan tidak bersekutu dengan roh-roh jahat dan berhala.
 
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1Kor 10:14-22a)
     
"Kita ini sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu."
     
Saudara-saudaraku terkasih, jauhilah penyembahan berhala! Aku berbicara kepada kalian, sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah sendiri apa yang kukatakan. Bukankah piala syukur yang kita syukuri merupakan persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita bagi-bagi merupakan persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti itu hanya satu, maka kita ini sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu. Perhatikanlah bangsa Israel yang alami: Bukankah mereka yang makan apa yang dipersembahkan mendapat bagian dalam pelayanan mezbah? Apa yang kumaksudkan? Apakah daging persembahan berhala itu mempunyai arti? Ataukah berhala itu sendiri mempunyai arti? Bukan! Yang kumaksudkan ialah: apa yang mereka persembahkan itu dipersembahkan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, kalian bersekutu dengan roh-roh jahat. Kalian tidak dapat minum dari piala Tuhan dan sekaligus juga dari piala roh-roh jahat. Kalian tidak dapat mengambil bagian dalam perjamuan Tuhan dan sekaligus juga dalam perjamuan roh-roh jahat. Atau maukah kita membangkitkan cemburu Tuhan?
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
    
Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, 3/4, PS 856
Ref. Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagimu, Inilah Darah-Ku yang ditumpahkan bagimu. Lakukanlah ini akan peringatan kepada-Ku.
atau Aku mempersembahkan kurban syukur kepada-Mu, ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 116:12-13.17-18)
1. Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebajikan-Nya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama Tuhan,
2. Aku akan mempersembahkan korban syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama Tuhan, akan membayar nazarku kepada Tuhan di depan seluruh umat-Nya,

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Orang yang mengasihi Aku akan menaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya.
  
Buah-buah baik yang terungkap dalam tindakan sehari-hari tentu berasal dari hati yang baik. Kebaikan itu diperoleh dari sang sumber kebaikan yaitu Allah sendiri. Oleh karena itu, sangatlah perlu untuk selalu menjalin persekutuan dengan sumber kebaikan. Ini semua bisa dikerjakan dengan mengisi hati kita dengan firman Tuhan.
   
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:43-49)
   
"Mengapa kalian berseru kepada-Ku, 'Tuhan, Tuhan!' padahal kalian tidak melakukan apa yang Kukatakan?"
  
Yesus menyampaikan wejangan ini kepada murid-murid-Nya, “Tidak ada pohon baik yang menghasilkan buah yang tidak baik. Dan tidak ada pula pohon tidak baik yang menghasilkan buah baik. Sebab setiap pohon dikenal dari buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri orang tidak memetik buah anggur. Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik. Tetapi orang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaan hatinya yang jahat. Sebab yang diucapkan mulut meluap dari hati. Mengapa kalian berseru kepada-Ku, ‘Tuhan, Tuhan!’ padahal kalian tidak melakukan apa yang Kukatakan? Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan sabda-Ku serta melakukannya, - Aku menyatakan dengan siapa ia dapat disamakan: - Dia itu sama dengan orang yang mendirikan rumah. Ia menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena dibangun dengan kokoh. Sebaliknya barangsiapa mendengar sabda-Ku dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika dilanda banjir, rumah itu segera roboh, dan hebatlah kerusakannya.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
 
Renungan
 
Kualitas buah pertama-tama bergantung pada bibitnya. Jika berasal dari bibit unggul, tentu buah itu berkualitas unggul. Yohanes Krisostomus, sang mulut emas, adalah salah satu contoh bibit unggul dalam Gereja. Kotbah-kotbahnya yang menyentuh dan menggerakkan itu adalah bukti bahwa perbendaharaan hatinya sangat baik. Oleh kotbah-kotbah dan ajarannya banyak orang bertobat dan kembali kepada Tuhan. Apakah hidupku sudah membuahkan hasil yang baik? Ataukah aku masih memerlukan pupuk rohani?
   
Doa Malam
  
Ya Yesus, sesungguhnya Engkau selalu menumbuhkembangkan iman, harapan dan cinta yang ada padaku dalam hidup sehari-hari. Bantulah aku untuk mengupayakan hal-hal yang baik, sehingga banyak orang merasakan buah-buah yang manis. Dengan demikian nama-Mu semakin dimuliakan. Amin.

RUAH

Pertemuan IV Keluarga yang Beribadah dalam Roh dan Kebenaran


BULAN KITAB SUCI NASIONAL 2014
KELUARGA BERIBADAH DALAM SABDA
oleh Rm. F.X. Didik Bagiyowinadi Pr
LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA 2014


Pertemuan IV: Keluarga yang Beribadah dalam Roh dan Kebenaran
 
TUJUAN:
1. Peserta semakin mengimani Yesus sebagai Mesias yang menuntun kita beribadah secara benar.
2. Peserta memahami arti dan perwujudan menyembah Allah Bapa dalam Roh dan Kebenaran.
 
GAGASAN POKOK:
Kadang kita mempersoalkan di manakah dan dengan cara apa kita mesti beribadah dan menyembah Allah. Perikop yang kita renungkan kali ini meng-angkat pembicaraan Yesus dengan wanita Samaria yang menyinggung perbedaan tempat beribadah di antara orang Yahudi dan orang Samaria. Namun, Yesus menegaskan bahwa kini telah tiba saatnya bahwa orang menyembah Allah tidak lagi terikat pada tempat entah di Yerusalem ataupun di gunung Gerizim, tetapi mereka akan menyembah Allah dalam Roh dan kebenaran. 
  
Penyataan “menyembah Allah dalam roh dan kebenaran” bukan berarti menyembah Allah di dalam diri kita sendiri dan kemudian mengabaikan ibadah bersama, karena yang dimaksudkan adalah Roh Allah, bukan roh pada manusia (lih. ay. 24). Menyembah Allah dalam Roh dan kebenaran berarti kita menyembah Allah karena digerakkan oleh Roh yang telah menyatakan kebenaran tentang Allah. Allah hanya bisa disembah sebagai Bapa oleh mereka yang telah memiliki Roh yang menjadikan mereka anak-anak Allah (Rom 8:15-16). Roh Kudus pula yang telah melahirkan mereka “dari atas” (Yoh 3:3, anōthen (Yun), bisa berarti “dari atas” atau “kembali”). Roh Kudus telah mengangkat kita dari level “daging/dari bawah” (Yoh 3:8) sehingga memungkinkan kita menyembah Allah secara layak. Orang yang lahir dari Roh menerima kehidupan dari Roh dan seluruh hidupnya digerakkan oleh Roh itu. Roh kebenaran ini akan memimpin para murid Yesus pada seluruh kebenaran (Yoh 16:13), yakni rahasia Allah sejauh disingkapkan oleh Yesus dan diingatkan oleh Roh Kudus. Dalam pembicaraan dengan wanita Samaria itu Yesus juga menegaskan bahwa dirinya adalah Mesias. Dia membenarkan dugaan wanita Samaria dan sekaligus mewahyukan bahwa dirinya adalah Mesias. Mesias inilah yang akan membimbing kita menyembah Allah dalam Roh Kebenaran dan dengan motivasi yang benar.
 
PENGANTAR
 
Bapak-ibu dan para saudara terkasih, bangsa kita terdiri dari pemeluk beragam agama dan keyakinan. Kadang kita bertanya ibadah manakah yang paling benar, tempat atau kiblat doa manakah yang paling didengarkan Tuhan, dan cara doa seperti apakah yang paling Tuhan kehendaki. Dalam pertemuan terakhir ini kita akan menyimak dialog Yesus dengan wanita Samaria yang menegaskan bahwa saatnya sudah tiba bahwa orang beribadah tidak lagi terpancang pada tempat sebab penyembah yang benar akan menyembah Allah Bapa dalam Roh dan kebenaran. Apakah maksud pernyataan Tuhan Yesus ini dan bagaimana perwujudannya dalam ibadah keluarga kita, akan kita renungkan bersama-sama. Mari sejenak kita siapkan hati.
 
DOA PEMBUKA
 
Pemandu mengajak umat untuk berdoa memohon agar Roh Kudus membang-kitkan iman seluruh peserta, mengarahkan seluruh diri kepada Sabda Allah, dan membuka hati seluruh peserta agar dapat menerima kehendak Allah. Pemandu dapat menyusun sendiri doa kepada Roh Kudus. Doa itu juga dapat disampaikan dalam nyanyian (MB 448, PS 565-567).
   
Allah Bapa yang maha baik, kami bersyukur telah Kauhimpun kembali untuk bersama-sama merenungkan Firman-Mu. Kami hendak belajar dari Putra-Mu bagaimana kami harus menyembah Engkau dalam Roh dan kebenaran. Maka terangilah kami dengan Roh-Mu sendiri agar kami bisa memahaminya dan semakin menyembah Engkau dengan penuh iman dan kasih. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.
 
LECTIO
 
1. Membaca Teks (Yohanes 4:19-26)
Teks bisa dibacakan dengan pemeranan oleh: narator (pengantar dialog), Yesus (ay. 21-24, 26) dan wanita Samaria (ay.19-20, 25). Selanjutnya peserta kembali menyimak teks dengan membacanya dalam hati.

2. Penjelasan

Para peserta diajak untuk mendalami teks Kitab Suci yang baru saja dibacaka. Dalam pendalaman ini pemandu dapat menggunakan salah satu dari dua cara berikut:
 
1. Peserta diminta menyampaikan pertanyaan informatif seputar teks untuk dibicarakan. Gagasan Pokok dan penjelasan berikut ini dapat membantu pemandu dan peserta agar diskusi informatif dan tematis berjalan lancar. Jadi, dibahas sejauh diperlukan dalam proses pendalaman teks Kitab Suci.
2. Pemandu memberikan penjelasan tentang isi perikop berdasarkan Gagasan Pokok dan Penjelasan Teks.
Yesus sedang berbicara dengan wanita Samaria di pinggir sumur Yakub (Yoh. 4:4-6). Suatu pemandangan yang tidak biasa bahwa seorang Yahudi berbicara dengan wanita Samaria (ay. 7). Semula Yesus meminta air, namun kemudian menawarkan air hidup kepada wanita itu (ay. 10-15). Lalu, Yesus menyinggung kehidupan pribadi wanita itu yang telah lima kali bersuami dan kini hidup bersama dengan lelaki yang bukan suaminya (ay. 16-18). 
    
Pengenalan Yesus akan kehidupan pribadi wanita ini (bdk. juga terhadap Natanael (Yoh 1:48) membuat wanita ini yakin bahwa Yesus adalah seorang nabi. Sebagai seorang Samaria yang hanya mengakui Taurat Musa, gambaran nabi adalah seperti nabi Musa (lih. Ul 18:18). Maka kepada sang nabi ini wanita Samaria itu menanyakan persoalan klasik tentang perbedaan ibadah orang Yahudi dan orang Samaria. Orang Yahudi beribadah di Yerusalem, karena disanalah terdapat Bait Allah yang telah dibangun oleh Salomo (1 Raj 6) dan kemudian dibangun kembali setelah pembuangan Babel (lih. Ezr-Neh). Sementara orang Samaria yang hanya menerima kelima Taurat Musa beribadah di gunung Gerizim karena dalam Ul 11:29; 29:12 di gunung inilah berkat akan diucapkan. Pada abad IV SM dengan seizin Alexander Agung mereka membangun bait suci di gunung ini. Namun kemudian John Hirkanus, penguasa Yahudi dari wangsa Hasmonea, menghancurkannya pada tahun 128 SM. Tetapi orang Samaria tetap beribadah di situs tersebut. 
    
Atas pertanyaan mengenai tempat beribadah yang benar, Yesus meminta wanita yang telah mengakui-Nya sebagai nabi itu untuk percaya kepada-Nya. Sebab akan tiba saatnya, orang beribadah tidak tergantung pada tempatnya: entah di Yerusalem ataupun di Gunung Gerizim (ay. 21). 
    
Pada ay. 22 Yesus berkata, “Kamu (kalian) menyembah apa yang kamu tidak kenal”. Pernyataan ini hanya bisa dimengerti bila kita mengingat latar belakang terjadinya bangsa Samaria. Mereka adalah bangsa-bangsa pendatang yang tiba di Israel setelah penduduk Israel dibuang ke negeri Asyur. Pada saat itu mereka diserang oleh singa-singa dan mengira bahwa Allah negeri yang mereka tinggali murka. Maka mereka mengundang seorang imam yang telah ikut dibuang ke Asyur untuk datang ke Betel. Imam itu mengajarkan Taurat kepada mereka dan bagaimana berbakti kepada Tuhan, penguasa negeri yang mereka tinggal. Mereka beribadah kepada Yahweh dimotivasi oleh perasaan takut. Selain itu, mereka masih tetap beribadah pula kepada ilah-ilah yang mereka bawa dari negeri asalnya (lih. 2 Raj 17:24-41). Mereka mempraktekkan sinkretisme dan beribadah kepada Yahwe karena ingin aman tinggal di negeri Israel. Sementara orang Yahudi beribadah kepada Yahweh karena telah mengalami karya keselamatan Tuhan yang telah membebaskan mereka dari perbudakan Mesir, memberikan Tanah Terjanji, dan memberikan kerajaan kokoh semasa Daud. Pengenalan akan Allah yang mengasihi inilah motivasi beribadah yang benar. 
      
Kendati kemudian kerajaan Israel terpecah bangsa Yahudi tetap mengharapkan kedatangan Mesias, keturunan Daud, yang kerajaannya tidak akan berakhir (2 Sam 7). Tentu bukan Mesias politis yang Yesus maksudkan di sini, melainkan Mesias yang akan membebaskan manusia dari perbudakan dosa. Melalui Mesias yang lahir dari bangsa Yahudi inilah maka bangsa-bangsa akan menerima keselamatan. 
    
Menjawab pertanyaan wanita itu, Yesus menegaskan bahwa para penyembah yang benar akan menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Kata “roh dan kebenaran” bisa dimengerti sebagai “Roh Kebenaran”. Roh Kudus juga disebut Roh Kebenaran yang akan membimbing murid-murid Yesus pada seluruh kebenaran (Yoh. 16:13). Kebenaran yang dimaksudkan adalah rahasia Allah sejauh telah diwahyukan oleh Yesus. Dengan dilahirkan dari atas (Yun.: anōthen, bisa berarti “dari atas” atau “kembali”), orang diperkenankan masuk dalam Kerajaan Allah (Yoh 3:3.5). Untuk itu orang harus dilahirkan dalam air dan Roh. Dilahirkan “dari atas” berarti diangkat dari “level bawah/ daging” (3:8). Dilahirkan “kembali” berarti menerima kelahiran dalam air dan roh melalui Sakramen Baptis. Oleh Roh Kudus kita dimampukan menyapa Allah dengan “ya Abba, ya Bapa” (Rm. 8:15). 
    
Menyembah Allah dalam Roh dan Kebenaran tidak boleh dimengerti sebagai menyembah Allah dalam roh manusia karena yang dimaksudkan adalah Roh Kudus sendiri. Roh Kudus ini akan mengingatkan kita akan Allah Bapa yang mengasihi kita. Roh yang sama akan menggerakkan kita untuk menyembah Allah dengan motivasi yang benar, yakni karena mengasihi Dia. 
      
Wanita Samaria itu pun mengakui bahwa Mesias akan datang dan akan memberitakan segala sesuatu kepada bangsa Samaria. Pada akhir perikop ini (ay. 26) Yesus menegaskan “Akulah Dia” (egō eimi) yang mengafirmasi pernyataan wanita itu sekaligus untuk menyatakan keilahian-Nya (bdk. Yoh 6:20, 8:28.58). Melalui Sang Mesias, kita bisa menyembah Allah secara benar, yakni dalam roh dan kebenaran.
 
MEDITATIO
 
Pemandu mengajak para peserta masuk dalam suasana hening dan dalam keheningan kembali mendengarkan pembacaan teks Yohanes 4:19-26. Lalu pemandu mengajak peserta untuk:
• Mengingat kembali apa yang diajarkan oleh Yesus mengenai ibadah: tidak terikat tempat, didasari oleh pengenalan akan Allah yang benar, dan digerakkan oleh motivasi yang benar (berbakti kepada Allah yang mengasihi).
• Merenungkan bagaimana ajaran Yesus itu dapat dilaksanakan dalam ibadah keluarga: apa yang harus dilakukan oleh orangtua agar dapat mendidik anak untuk mengenal Allah yang benar dan untuk beribadah dengan motivasi yang benar? Lalu para peserta diminta untuk membuka mata dan menuliskan secara singkat hasil permenungannya. Lalu beberapa orang dipersilakan membagi-kan dengan membaca apa yang telah dituliskan. Kemudian pemandu mem-berikan beberapa penegasan dengan memperhatikan gagasan pokok di atas.
 
ORATIO
 
Allah telah menyatakan kehendak-Nya dalam Meditatio, sekarang seluruh peserta akan menanggapi Sabda itu dengan doa. Pemandu mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis, tanggapan atas Sabda yang baru didengarkan; bisa berupa pujian, syukur, permohonan, niat, dan sebagainya. Kemudian satu demi satu peserta diminta untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Rangkaian doa ditutup dengan “Bapa Kami.”
  
DOA PENUTUP
   

Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon kekuatan dan kasih Allah agar sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan.
 
Allah Bapa maha baik, terima kasih kami panjatkan bahwa kami boleh bersama-sama merenungkan firman-Mu. Kami bersyukur bahwa Firman-Mu sungguh membimbing dan menuntun keluarga kami, terlebih dalam beribadah kepada-Mu. Dan berkat putra-Mu, sang Mesias, kami boleh mengenal dan mengasihi Engkau yang telah lebih dahulu mengasihi kami. Berkat Roh-Mu pula kami telah dilahirkan kembali sehingga berani menyapa Engkau, ya Abba, ya Bapa. Ajarlah kami senantiasa menyembah Engkau, Tritunggal Mahakudus, kini dan sepanjang masa. Amin.

"Keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."


Jumat, 12 September 2014
Hari Biasa Pekan XXIII
 
1Kor. 9:16-19,22b-27; Mzm. 84:3,4,5-6,12; Luk. 6:39-42.
 
"Keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
  
Melihat kesalahan dan keburukan orang lain, memang lebih mudah daripada melihat dan mengakui kesalahan serta kelemahan sendiri. Dalam hal ini orang Jawa mempunyai istilah "ngilo githok" (bercermin pada tengkuk sendiri). Jelas sulit kita lakukan. Lebih mudah "metani wong liya" (mencari kutu di kepala orang lain). Ajakan "ngiloa githokmu dhewe" (bercerminlah pada tengkukmu sendiri) merupakan ajakan untuk mawas diri. Kita diajak untuk dengan jujur melihat dan mengenal diri kita, di mana selain ada kebaikan ada juga kekurangan dan kelemahannya. Kita tidak perlu menutup-nutupi kekurangan dan kelemahan kita, tetapi justru menyadari dan mengakuinya sehingga kita bisa lebih rendah hati, tidak merasa lebih baik dan lebih benar daripada orang lain, apalagi merasa diri paling benar dan paling baik. Dengan kerendahan hati ini, kita tidak hanya lebih mudah untuk memperbaiki diri kita sendiri tetapi juga akan lebih mudah mendengarkan dan menerima masukan orang lain. Dan kalau kita memberi masukan pada orang lain, kita pun melakukannya dalam cinta kasih. 
     
Doa: Tuhan, anugerahilah kami kerendahan hati agar mampu mawas diri dengan baik serta dapat memperbaiki diri terus-menerus. Amin. -agawpr-

Jumat, 12 September 2014 Hari Biasa Pekan XXIII

Jumat, 12 September 2014
Hari Biasa Pekan XXIII
      
Bagaimana Kitab Suci seharusnya dibaca? Kitab Suci harus dibaca dan ditafsirkan dengan bantuan Roh Kudus dan di bawah tuntunan Kuasa Mengajar Gereja menurut kriteria: 1) harus dibaca dengan memperhatikan isi dan kesatuan dari keseluruhan Kitab Suci, 2) harus dibaca dalam Tradisi yang hidup dalam Gereja, 3) harus dibaca dengan memperhatikan analogi iman, yaitu harmoni batin yang ada di antara kebenaran-kebenaran iman itu sendiri. (Kompendium Katekismus Gereja Katolik, No. 19)

    
Tobat 3 (bds. Luk 6:39-42)

         
Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah utusan Bapa, yang mengajar kami untuk melihat hal-hal positif dalam diri saudara kami. Tuhan, kasihanilah kami.

Engkaulah Sabda Allah, yang tidak hanya mengajarkan, namun juga membuatnya. Kristus, kasihanilah kami.

Engkaulah utusan Allah, yang benar-benar mengajarkan kerendahan hati seorang murid. Tuhan, kasihanilah kami.

Doa Pagi

Ya Allah, dalam diri Yesus Kristus, Putra-Mu, Engkau telah menaruh Sabda cinta kasih-Mu. Kami mohon, buatlah Sabda-Mu itu berkembang subur dalam diri kami agar kami semakin menyerupai Putra-Mu dalam cinta kasih yang tulus kepada sesama kami. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
  
   
Paulus menunjukkan keteladanannya dalam mewartakan Injil tanpa memegahkan diri dan tidak menuntut upah. Tujuannya, Paulus menghindarkan dirinya dari kesombongan dan motivasi buruk pewartaannya. Dia berusaha untuk melatih diri supaya semakin matang dan tetap terjaga hidup rohaninya.

   
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1Kor 9:16-19.22b-27)
    
    
"Bagi semua orang aku menjadi segala-galanya, untuk menyelamatkan mereka semua."
     
Saudara-saudara, memberitakan Injil bukanlah suatu alasan bagiku untuk memegahkan diri. Sebab bagiku itu suatu keharusan. Celakalah aku bila aku tidak memberitakan Injil. Andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku. Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil. Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya. Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain,
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
 
Mazmur Tanggapan
Ref. Betapa menyenangkan tempat kediaman-Mu, ya Tuhan semesta alam!
Ayat. (Mzm. 84:3.4-5-6.8.12)
1. Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran Tuhan; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup.
2. Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya Tuhan semesta alam, ya Rajaku dan Allahku!
3. Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau. Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah!
4. Mereka berjalan makin lama makin kuat, hendak menghadap Allah di Sion.
5. Sebab Tuhan Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela.
  
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah kebenaran. Kuduskanlah kami dalam kebenaran.
 
Latihan rohani bagi diri sendiri sangatlah penting sebelum kita bergerak untuk membimbing orang lain. Dengan latihan pribadi, seseorang bisa semakin menyadari siapa dirinya di hadapan Allah dan bagaimana latihan rohani dikerjakan untuk sampai pada persatuan dengan Allah.
  
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:39-42)
   
"Mungkinkah seorang buta membimbing orang buta?"
    
Pada suatu ketika Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada murid-murid-Nya, "Mungkinkah seorang buta membimbing orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lubang? Seorang murid tidak melebihi gurunya, tetapi orang yang sudah tamat pelajarannya, akan menjadi sama dengan gurunya. Mengapa engkau melihat selumbar dalam mata saudaramu, sedangkan balok dalam matamu sendiri tidak kauketahui? Bagaimana mungkin engkau berkata kepada saudaramu, 'Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar dalam matamu', padahal balok dalam matamu tidak kaulihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
   
Renungan

      
Penyesat itu bagaikan orang buta yang tak sadar akan kebutaannya. Ia merasa mampu mengeluarkan selumbar dari mata orang tetapi lupa bahwa matanya sendiri penuh dengan balok-balok besar. Sebab itu, seorang penyesat sama dengan seorang munafik. Inilah yang diwartakan oleh Yesus lewat Injil hari ini. Di sekitar kita banyak orang yang merasa tak sesat. Begitulah, orang yang sesat justru menganggap orang lain yang sesat. Apakah kita juga demikian?
 
Doa untuk Gereja yang dianiaya (bdk. PS 178)
 
Allah, Bapa di surga, kami bersyukur kepada-Mu, karena Yesus telah menghimpun umat baru bagi-Mu, yakni Gereja. Sungguh berat perjuangan-Nya untuk mewujudkan umat baru itu; la harus menderita, bahkan harus wafat di salib. Tetapi la sendiri telah meyakinkan kami bahwa la mendirikan Gereja-Nya di atas batu karang, dan alam maut tidak akan menguasainya.

Bapa, keyakinan ini pulalah yang telah memberikan kekuatan besar kepada para murid-Nya yang harus menderita karena nama-Nya. Kami ingat akan para rasul yang dikejar-kejar, ditangkap, dan dipenjarakan karena nama Yesus. Kami ingat akan Stefanus yang demi kesetiaannya kepada Yesus harus menanggung penganiayaan yang kejam, dibunuh dengan dilempari batu. Tetapi dengan perkasa dia sendiri mendoakan orang-orang yang menganiayanya dan memohonkan pengampunan dari-Mu. Juga kami ingat akan Rasul Paulus, yang selalu membawa salib Kristus ke mana pun pergi.

Semoga teladan hidup mereka menyadarkan kami semua, terutama saudara-saudara kami yang sedang dianiaya di Timur Tengah. Betapa besar kekuatan yang Kau berikan kepada mereka yang dianiaya demi nama Yesus. Semoga kesadaran itu membangkitkan pula kekuatan dan ketabahan dalam diri mereka. Semoga mereka tetap setia, bahkan merasa bangga karena boleh ikut memanggul salib Kristus, dan memberikan kesaksian tentang salib yang sungguh memberikan kekuatan. Demi Kristus, Tuhan kami. (Amin.)
    
RUAH

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy