| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Surat Gembala Prapaskah 2014 untuk Keuskupan Agung Jakarta

 
“Dipilih Untuk Melayani”

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 dan 2 Maret 2014)

Para Ibu/Bapak,
Suster/Bruder/Frater,
Kaum muda, remaja dan anak-anak yang yang terkasih dalam Kristus,

1. Bersama dengan seluruh Gereja, kita akan memasuki masa Prapaskah pada Hari Rabu Abu, tanggal 5 Maret yang akan datang. Menjelang masa Prapaskah ini, kita terhenyak oleh rentetan bencana alam yang datang bertubi-tubi : banjir yang melanda banyak tempat, letusan gunung-gunung, tanah longsor dan gempa bumi membuat kita semua prihatin dan berduka. Semua bencana itu menyisakan kesengsaraan ratusan ribu orang yang kehilangan sanak-saudara, rumah, harta-benda, dan mata pencaharian. Hati kita sesak melihat saudari-saudara kita itu harus hidup di tempat-tempat pengungsian sambil menatap dengan khawatir masa depan mereka. Bencana alam ini seringkali terkait erat dengan bencana moral seperti keserakahan, korupsi, kebohongan publik, rekayasa politik kekuasaan yang pasti tak kalah mengkhawatirkan dan membahayakan negara dan bangsa.

2. Sabda Tuhan pada hari ini berbicara mengenai kekhawatiran. “Janganlah khawatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah khawatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai.” (Mat 6:25) Bagaimanakah sabda Tuhan ini kita mengerti? Bukankah hidup kita senantiasa diwarnai dengan kekhawatiran? Bukankah kekhawatiran itu merupakan tanda kepedulian kita terhadap persoalan hidup? Para pengungsi mengkhawatirkan masa depan hidup mereka. Kita pun mengkhawatirkan mereka dan juga masa depan kita sendiri dan anak-anak kita. Kita khawatir akan kemiskinan yang semakin meningkat, kejahatan yang merajalela, moralitas yang semakin rendah. Kita khawatir akan krisis kemanusiaan, krisis kepemimpinan, dan krisis-krisis yang lain, termasuk krisis ekologi yang mengancam lingkungan hidup kita. Kekhawatiran semacam ini merupakan akibat dari sikap peduli yang berasal dari Tuhan yang menyentuh hati kita, menggugah keprihatinan, dan mendorong kita untuk melakukan sesuatu.

3. Lalu apa yang dimaksud dengan “khawatir”dalam sabda Tuhan hari ini? Pada bagian awal kutipan dinyatakan bahwa kesetiaan kepada Allah tidak mungkin dipegang bersamaan dengan kesetiaan kepada Mamon. “Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Mat. 6:24). Dengan latar belakang ini kita sampai pada kesimpulan bahwa kekhawatiran yang dimaksud di dalam sabda Tuhan adalah kekhawatiran yang menggeser kepercayaan kita kepada Allah dan menggantikannya dengan Mamon, yaitu harta milik, uang. Banyak orang begitu khawatir akan masa depan mereka sehingga bersikap serakah dengan mengambil keuntungan setinggi-tingginya dalam usaha, mengumpulkan sebanyak-banyaknya harta dengan cara apapun, termasuk cara yang tidak terpuji. Kekhawatiran yang membawa kepada keserakahan mencerminkan ketidakpercayaan kita kepada Allah. Hidup tidak lagi diabdikan untuk kesejahteraan bersama, tetapi untuk menimbun harta; orang bekerja bukan untuk hidup, tetapi untuk mengumbar keserakahan yang adalah berhala (Bdk. Ef 5:5). Kepada orang-orang yang khawatir dan bersikap serakah semacam ini, Yesus bersabda: “Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga.” Kekhawatiran yang memicu keserakahan tidak akan memunculkan kepedulian, tetapi justru akan menumpulkan kepekaan sosial, membunuh hati nurani dan menjauhkan siapa pun dari Tuhan dan sesama.

Saudari-saudaraku yang terkasih,

4. Sejalan dengan keinginan kita untuk menjalani tahun ini sebagai tahun pelayanan, tema yang dipilih untuk Aksi Puasa Pembangunan (APP) 2014 pada masa Prapaskah ini ialah “Dipilih Untuk Melayani”. Tema ini bisa dibaca dalam dua konteks.

4.1. Dalam konteks gerejawi, memilih dan melayani adalah dua kata yang amat dekat dengan jatidiri kita sebagai murid-murid Kristus. Seperti halnya para murid Yesus yang pertama, kita semua adalah pribadi-pribadi yang terpanggil dan terpilih (bdk Mat 4:18-22). Kita tidak pernah boleh mengatakan, “kebetulan saya juga Katolik”. Keyakinan bahwa kita adalah pribadi-pribadi yang dipilih dan dipanggil seharusnya membuat kita menjadi warga Gereja yang bangga dengan jatidiri kita sebagai murid-murid Kristus. Sementara itu kita juga sadar bahwa kita dipanggil dan dipilih tidak demi kepentingan diri kita sendiri, melainkan untuk mengikuti Yesus yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan hidup demi sesama, demi kebaikan bersama (bdk Mat 20:28). Semoga pesan-pesan iman yang disampaikan lewat tema APP 2014 ini mendorong kita semua untuk “khawatir” dalam arti yang positif, untuk mengasah suara hati dan mengembangkan kepedulian sosial yang berbuah dalam bentuk-bentuk pelayanan yang semakin kreatif.

4.2. Dalam konteks tahun politik, tema itu dikaitkan dengan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden-Wakil Presiden yang akan dilaksanakan pada tahun 2014 ini. Diharapkan semua umat Katolik menggunakan hak pilihnya sebagai bentuk tanggungjawab sebagai warga negara yang baik. Kita memilih dengan cerdas dan menurut suara hati calon-calon yang jelas akan melayani kepentingan atau bekaikan bersama, bukan yang lain. Semoga mereka yang akan terpilih tidak menggantikan Pancasila dengan mamon. Semoga mereka terdorong oleh kekhawatiran yang melahirkan kepedulian dan kemurahan hati, bukan kekhawatiran yang melahirkan keserakahan.

4.3. Sementara itu kita perlu yakin juga bahwa status kita sebagai warga negara Indonesia adalah juga pilihan dan panggilan. Keyakinan ini akan mendorong kita semua untuk semakin menyadari bahwa kita merupakan bagian dari suatu Bangsa dan Negara, yaitu Indonesia. Kita hidup di alam Indonesia sebagai satu bangsa, menggunakan satu bahasa pemersatu walaupun kita berbeda satu sama lain. Sebagai bangsa, kita dipersatukan oleh sejarah yang sama di masa lampau dan cita-cita yang sama mengenai masa depan. Kita juga tahu bahwa cita-cita bangsa Indonesia termuat dalam kelima sila Pancasila. Oleh karena itu setiap bentuk kegiatan atau pelayanan untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila yang amat mulia dan luhur, pastilah juga merupakan bentuk perwujudan iman kita.

5. Untuk memperkaya bekal kita memasuki masa Prapaskah, kita juga ingin belajar dari pesan Paus Fransiskus untuk Masa Prapaskah ini. Judul pesan Paus adalah “Ia telah menjadi miskin supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (Bdk 2 Kor 8:9). Ini adalah landasan rohani yang disampaikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus agar mereka murah hati dalam membantu saudari-saudara mereka di Gereja Induk Yerusalem yang membutuhkan bantuan karena mereka miskin. Menurut Paus, selain kemiskinan material, berkembang juga pada jaman kita ini kemiskinan moral dan kemiskinan spiritual. Miskin material berarti tidak terpenuhinya hak-hak dan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Miskin moral berarti menjadi budak dosa. Miskin spiritual berarti meninggalkan Allah dan mengabdi Mamon serta kawan-kawannya. Dalam ketiga lapangan kemiskinan itu, kita diundang untuk menjadi “hamba-hamba Kristus dan pengurus rahasia Allah” (1 Kor 4:1), artinya menjadi saksi-saksi kekayaan Kristus yang seluruh hidup-Nya dijalani demi keselamatan manusia seutuhnya dan kemuliaan Allah.

6. Akhirnya bersama-sama dengan para imam dan semua pelayan umat saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para Ibu/Bapak/Suster/Bruder/Frater/Kaum Muda/Remaja dan Anak-anak sekalian, yang dengan peran berbeda-beda telah ikut mengemban tanggung jawab sejarah Keuskupan Agung Jakarta. Para perintis dan pendahulu kita telah menulis sejarah – artinya meletakkan dasar dan mengembangkan - Keuskupan kita tercinta ini menjadi seperti sekarang ini. Sekarang kitalah yang mesti mengemban tanggung jawab sejarah itu. Marilah berbagai pelayanan sederhana yang kita lakukan dan prakarsa-prakarsa kreatif yang kita usahakan, kita hayati sebagai wujud pelayanan dan pertobatan kita yang terus-menerus, khususnya di masa Prapaskah ini. Salam dan Berkat Tuhan untuk Anda sekalian, keluarga-keluarga dan komunitas Anda.

+ I. Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta.

Santo Petrus Damianus

Petrus Damianus lahir pada tahun 1007 di Ravena, Italia. Ia adalah anak termuda dalam keluarganya. Orang tuanya adalah bangsawan namun hidup dalam kemiskinan. Sejak kecil Petrus mengalami nasib yang kurang baik. Ia adalah anak yatim piatu, kemudian ia diasuh oleh kakaknya. Kakaknya bersikap sangat keras kepadanya. Sebagai seorang anak kecil ia mulai bkerja sebagai penggembala babi dan diperlakukan seperti seorang budak. Ia sering dianiaya dan dibiarkan kelaparan.

 Kakaknya yang lain bernama Damianus, seorang imam di Ravena, mengetahui keadaannya dan menaruh kasih kepadanya, kemudian ia membawanya pulang dan mendidiknya. Petrus sangat bersyukur atas kebaikan kakaknya itu hingga kelak ia menjadi seorang religius, ia memilih nama Damianus. Damianus mendidik Petrus dengan sangat baik. Ia memberinya semangat belajar. Ia mengirim Petrus ke sekolah yang baik dan akhirnya dengan ketekunannya pada usia 20 tahun ia telah mengajar di perguruan tinggi. Ia menjadi seorang guru yang hebat. 

 Petrus adalah seorang pribadi yang sangat dekat dengan orang-orang miskin. Hal yang biasa baginya untuk bersahabat dengan mereka dan ia dengan rela hati membantu mereka. Dalam perjalanan waktu muncul keinginan kuat dalam dirinya untuk menjadi seorang biarawan. Maka setelah 7 tahun mengajar, ia memutuskan untuk menjadi seorang biarawan. Pada 19 Juni 1035, ia masuk pertapaan tertutup Benediktin St. Romaldus di Fonte Avellana. Di sana ia membaktikan diri seutuhnya untuk berdoa bagi banyak orang. Ia menghabiskan banyak waktu untuk berdoa. Hidup doa begitu kuat dalam dirinya sehingga ia sendiri mendorong para pertapa lain untuk tinggal dalam doa dan keheningan dan tidak menginginkan apa pun untuk diri sendiri.

 Selain kesalehannya, ia juga seorang yang turut memperhatikan nasib Gereja. Ia berjuang memperbaiki situasi yang menyedihkan. Ia adalah seorang yang berani membela kebenaran. Pada tahun 1050, dalam masa kepemimpinan Paus Leo IX, Petrus menulis secara tajam kekeliruan-kekeliruan kaum klerus, termasuk ketidaktaatan terhadap kaul-kaul kebiaraan, dan tindakan para pemimpin Gereja yang tidak sesuai panggilan hidup mereka. Kelak ketika menjadi uskup dan kardinal ia tetap memperhatikan kebaikan dan ketertiban hidup religius. 

 AKhirnya, pada tahun 1057, Paus Stefanus X mengangkatnya menjadi uskup dan kardinal di Ostia. Ia meninggal pada 22 Februari 1072. Ia digelari sebagai Doktor Gereja pada tahun 1828 oleh Paus Leo XII. Selama hidupnya ia dikenal sebagai pribadi yang penuh semangat dan berkobar-kobar, seorang pembaru, penulis dan pembicara. 

(Damian/RUAH; Sumber: Peter Damian. Rosemary Ellen Guiley. The Encyclopedia Saint. New York. Checkmark Books. 2001; http://en.wikipedia.org; http://www.americancatholic.org; http://oblatesosbbelmont.org)

Jumat, 21 Februari 2014 Hari Biasa Pekan VI

Jumat, 21 Februari 2014
Hari Biasa Pekan VI
 
“Aku tidak mau mengabdi Tuhan setengah-setengah” (St. Petrus Damianus)
 
Antifon Pembuka (Mzm 112:1)

Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan, yang sangat suka akan segala perintah-Nya.

Doa Pagi

Ya Bapa, kami bersyukur kepada-Mu, atas pagi yang baru, yang Kauanugerahkan kepada kami dan ajaran yang benar, yang disampaikan St. Yakobus kepada kami. Semoga kami mampu memperkembangkan iman kami melalui perbuatan kasih kepada sesama dengan tulis hati. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
 
Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (2:14-24.26)
 
Saudara-saudaraku, apakah gunanya kalau seseorang mengatakan bahwa ia beriman, tetapi tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Misalnya saja seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari. Kalau seorang di antara kalian berkata kepadanya, “Selamat jalan! Kenakanlah kain panas, dan makanlah sampai kenyang!” Tetapi tidak memberi apa yang diperlukan tubuhnya; apakah gunanya itu? Demikian pula halnya dengan iman. Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya mati. Tetapi mungkin ada orang berkata, “Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan:; aku akan menjawab dia, “Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.” Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah. Itu baik! Tetapi setan-setan pun percaya akan hal itu dan karenanya mereka gemetar. Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? Kalian lihat, bahwa iman bekerja sama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh karena perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. Dengan jalan demikian genaplah ayat yang mengatakan, “Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Karena itulah Abraham disebut ‘Sahabat Allah’. Jadi kalian lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman. Sebab sebagaimana tubuh tanpa roh itu mati, demikian pula iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang yang suka akan perintah Tuhan.
Ayat. (Mzm 112:1-2.3-4.5-6; R:1)
1. Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan, yang sangat suka akan segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; keturunan orang benar akan diberkati.
2. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap dikenang selama-lamanya. Bagi orang benar ia bercahaya laksana lampu di dalam gelap, ia pengasih dan penyayang serta berlaku adil.
3. Orang baik menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, ia melakukan segala urusan dengan semestinya. Orang jujur tidak pernah goyah, ia akan dikenang selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya.
Ayat. Kalian Kusebut sahabat-sahabat, sebab kepada kalian Kusampaikan apa saja yang Kudengar dari Bapa. Alleluya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:34-9:1)

Pada suatu ketika Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya, dan berkata kepada mereka, “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, harus menyangkal diri, memikul salibnya, dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkan nyawanya. Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya? Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Kalau seseorang malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, maka Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus.” Kata Yesus lagi kepada mereka, “Aku berkata kepadamu: Sungguh, di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat kerajaan Allah datang dengan kuasa.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
 
Renungan
  
St. Ambrosius berkata: kesombongan telah mengubah malaikat menjadi setan; kerendahan hati menghantar orang biasa menjadi orang kudus, santo atau santa. Kesombongan mendorong kita untuk melawan Perintah Allah; kerendahan hati mendesak kita untuk mengikuti kehendakNya. Orang sombong ingin dipuji; orang rendah hati berusaha menyembunyikan kebaikan yang dilakukan.”

Buah iman adalah keutaman-keutamaan dalam hidup. Tanpa keutamaan, orang jatuh ke dalam kesombongan. Dia tidak mengandalkan dan menyembah Allah tetapi mengandalkan dirinya sendiri dan menempatkan diri sebagai Allah yang harus dipuji-puji orang. Ini artinya Allah tidak mempunyai tempat dalam hidupnya. Allah tidak berperan dalam hidupnya. Artinya, imannya mati.

Sebaliknya, orang yang tidak takut kehilangan nama baik, nyawa dan dirinya sendiri dan rela menanggung salib yang menimpa dirinya, dia semakin mengandalkan kuasa dan kasih Allah. Di sana iman akan Allah dipupuk. Orang rendah hati adalah orang yang tidak menghindari kesulitan dan kelemahan tetapi tidak mau dibuat repot olehnya. Inilah iman yang hidup.

Tuhan Allah, segala hormat, pujian dan kemuliaan hanyalah milik-Mu. Berilah aku rahmat kerendahan hati yang terus menerus sehingga aku tetap menyembah dan taati kepada-Mu. Amin.
   
Ziarah Batin 2014, Renungan dan Catatan Harian

Kamis, 20 Februari 2014 Hari Biasa Pekan VI

Kamis, 20 Februari 2014
Hari Biasa Pekan VI
   
“Hendaklah lidahmu hanya mengatakan apa yang benar, dan hendaklah hukum Allah selalu ada di dalam hatimu” (St. Ambrosius)
  

Antifon Pembuka (Mzm 34:2)
  
Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu, mulutku tetap menyanyikan pujian-Nya.
  
Doa Pagi
   

Ya Allah, kami bersyukur atas perlindungan-Mu semalam. Kini kami hendak melanjutkan hidup kami dalam bimbingan Roh-Mu dengan berlaku adil dan damai dengan sesama, siapa pun mereka. Semoga umat-Mu di Indonesia dan di belahan dunia mana pun semakin mampu bertoleransi satu sama lain seperti yang Kaukehendaki. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
  
Sikap memandang muka itu keliru, bahkan dosa! Sikap seperti itu melanggar ajaran “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Bukan hanya kasih, tetapi iman juga menentangnya.
   

Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (2:1-9)
   

Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. Sebab, jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk, dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya: "Silakan tuan duduk di tempat yang baik ini!", sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata: "Berdirilah di sana!" atau: "Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!", bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat? Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia? Tetapi kamu telah menghinakan orang-orang miskin. Bukankah justru orang-orang kaya yang menindas kamu dan yang menyeret kamu ke pengadilan? Bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang oleh-Nya kamu menjadi milik Allah? Akan tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri", kamu berbuat baik. Tetapi, jikalau kamu memandang muka, kamu berbuat dosa, dan oleh hukum itu menjadi nyata, bahwa kamu melakukan pelanggaran.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Orang tertindas berseru, dan Tuhan mendengarkannya
Ayat. (Mzm 34:2-3.4-5.6-7)

1. Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu; puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.
2. Muliakanlah Tuhan bersama dengan daku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya. Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan daku dari segala kegentaranku.
3. Tujukanlah pandangan-Mu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas itu berseru, dan Tuhan mendengarkan; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan. Pada-Mulah sabda kehidupan kekal.
 
Petrus dipuji, karena pengakuan imannya; dan dia dicela dengan amat kasar (enyahlah iblis!), karena menolak salib Kristus sebagai jalan kemuliaan-Nya. Misteri salib hanya bisa dipahami oleh orang yang mengenal Kristus secara tepat, personal, dan intensif. Tanpa pengenalan sekualitas itu, kita tak ubahnya seperti Petrus yang ditegur sebagai iblis!
 

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:27-33)


Pada suatu hari Yesus bersama murid-murid-Nya pergi ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, “Kata orang, siapakah Aku ini?” Para murid menjawab, “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi.” Yesus bertanya lagi kepada mereka, “Tetapi menurut kamu, siapakah Aku ini?” Maka Petrus menjawab, “Engkaulah Mesias!” Dan Yesus melarang mereka dengan keras, supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia. Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan. Ia akan ditolak oleh para tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh, dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur-Nya. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, katanya, “Enyahlah Iblis! Sebab Engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan


Dalam dialog-Nya dengan para murid-Nya, Yesus mengungkapkan jati diri atau identitas-Nya. Ia adalah Mesias. Mesias di sini bukan dalam arti politik yang membebaskan orang Israel dari penjajahan orang Romawi. Yesus justru datang untuk membebaskan manusia dari belenggu dosa mereka. Para murid juga disiapkan untuk sabar dan terbuka untuk menerima kenyataan pahit dalam hidup Yesus, penderitaan dan salib-Nya. Kita bersyukur bahwa Tuhan datang untuk membebaskan kita dari dosa. Tapi kita juga harus terbuka untuk menerima penderitaan dan salib-Nya.

Doa Malam


Tuhan Yesus, pada malam hari ini masih terngiang pertanyaan-Mu, “Tetapi menurut kamu, siapakah Aku ini?” Bimbinglah aku dengan terang Roh Kudus-Mu agar aku mampu mengenal Engkau secara pribadi. Dengan terang Roh Kudus-Mu pula aku ingin memiliki hubungan yang akrab dengan Engkau, yang aku tahu begitu mengasihiku, sehingga Engkau mau datang untuk membebaskan aku dari segala dosa. Sebab itu, sebelum aku beristirahat, dengan rendah hati aku mohon belas kasihan-Mu dan mentahirkan aku dari segala cacat cela yang telah aku lakukan sepanjang hari ini. Engkaulah Tuhan dan Penebusku, kini dan sepanjang masa. Amin.

 
 
 RUAH

Rabu, 19 Februari 2014 Hari Biasa Pekan VI

Rabu, 19 Februari 2014
Hari Biasa Pekan VI
  
“Manusia itu seumpama piala! Di dalamnya Tuhan mempersatukan diri-Nya sebagai Pencipta dengan makhluk sebagai ciptaan” (St. Prokopius dari Gaza)
 
Antifon Pembuka (Mzm 15:1)
  
Tuhan, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus?
 
Doa Pagi
 
Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, semua orang yang merasa lemah dan menderita menemukan kekuatan dan hiburan pada-Mu. Dampingilah kami, bila sedang tertimpa penderitaan, melewati bulan-bulan yang hampa menghitung malam-malam yang menyesakkan. Sembuhkanlah kami dari segala penyakit dan jadilah pada kepercayaan kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
 
Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (1:19-27)
   
Saudara-saudara yang terkasih, ingatlah akan hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah. Sebab amarah manusia tidak dibenarkan oleh Allah. Maka buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang demikian banyak itu, dan terimalah dengan lemah lembut sabda yang tertanam dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. Hendaklah kalian menjadi pelaksana sabda, dan bukan hanya pendengar. Sebab jika tidak demikian, kalian menipu diri sendiri. Sebab jika orang hanya mendengar sabda saja dan tidak melakukannya, ia itu seumpama orang yang sedang mengamat-amati mukanya dalam cermin. Sesudah memandangi dirinya sesaat, ia lalu pergi, dan segera lupalah ia bagaimana rupanya. Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melaksanakannya, ia akan berbahagia karena perbuatannya. Kalau ada orang yang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, dan sia-sialah ibadahnya. Ibadah sejati dan tak tercela di hadapan Allah, Bapa kita ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemari oleh dunia.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
   
Mazmur Tanggapan do = f, 3/4, PS 848
Ref. Tuhan siapa diam di kemah-Mu, siapa tinggal di gunung-Mu yang suci?
Ayat. (Mzm 15:2-3ab.3cd-4ab.5)
1. Yaitu orang yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya; yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya.
2. Yang tidak berbuat jahat terhadap teman, dan tidak menimpakan cela kepada tetangganya; yang memandang hina orang-orang tercela tetapi menjunjung tinggi orang-orang yang takwa.
3. Yang tidak meminjamkan uang dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian tidak akan goyah selama-lamanya.
 
Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 961
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Ef 1:17-18)
Semoga Bapa Tuhan kita Yesus Kristus menerangi kata hati kita, supaya kita memahami pengharapan yang terkandung dalam panggilan kita. Alleluya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:22-26)

Pada suatu hari Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Betsaida. Di situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon supaya Ia menjamah dia. Yesus lalu memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. Lalu Ia meludahi mata si buta, dan meletakkan tangan di atasnya, Ia bertanya, “Sudahkah kaulihat sesuatu?” Orang itu memandang ke depan, lalu berkata, “Aku melihat orang! Kulihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon yang berjalan.” Yesus kemudian meletakkan tangan-Nya lagi pada mata orang itu. Maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Sesudah itu Yesus menyuruh dia pulang ke rumahnya dan berkata, “Jangan masuk ke kampung!”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Ketika tiba di Betsaida, Yesus diminta menyembuhkan orang buta. Ada beberapa hal yang menarik untuk kita renungkan bersama: Pertama, Yesus membawa orang buta itu ke luar kampung. Mengapa harus di luar kampung? Adakah peraturan yang melarangnya? Apakah pada saat itu hari Sabat, sehingga apa yang dikerjakan nanti tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain? Kedua, Yesus meludahi mata orang itu terlebih dahulu, lalu meletakkan tangan-Nya. Apakah ludah Yesus lebih mempunyai kekuatan daripada sabda-Nya? Ketiga, Yesus juga menanyai orang itu, "Sudahkah kaulihat sesuatu." Apakah Dia tidak mampu menyelami penglihatan mata orang buta itu, sehingga harus menanyainya? Keempat, Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu untuk kedua kalinya, dan barulah orang itu dapat melihat dengan baik. Kelima, Yesus menyuruh dia langsung pulang ke rumahnya dan melarangnya masuk kembali ke kampung. Ada apa dengan kampung itu?

Hanya pertanyaan mengapa dan mengapa, yang bisa kita ajukan dalam mendengarkan Injil yang dibacakan pada Misa Kudus hari ini. Karena memang ada banyak hal yang menarik, bila kita membacanya secara teliti. Keberanian kita bertanya akan memungkinkan kita menjadi pelaksana sabda, dan bukan pendengar yang menipu diri, sebagaimana dikatakan Yakobus dalam suratnya (1:22). Aneka pertanyaan dalam membaca Kitab Suci memungkinkan setiap orang untuk memasuki peristiwa hidup di mana sabda itu disampaikan; tidak hanya ketika dia membacanya, tetapi juga dalam aneka kegiatan dia mencoba mencocokkan pesan Sabda yang telah didengarnya.

Yesus sengaja menggunakan teknik-teknik ritual, dan tidak memakai cara yang dikenakan-Nya kepada Bartimeus dengan pengucapan sepotong kalimat singkat (Mrk 10:52). Yesus ingin menegaskan bahwa kita tidak bisa memaksakan kemauan kita kepada Tuhan sang Empunya kehidupan. Kemampuan kita dalam berdoa hanya sebatas memohon dan memohon yang berakar dari keinginan hati, tak ada hak dan kuasa kita untuk melanjutkannya dengan memaksa Allah supaya segera mengeksekusi permohonan kita. Kita hanya memohon; kapan dan bagaimana Allah mengabulkannya, kita serahkan kembali kepada-Nya. Keberserahan diri meletakkan semua permohonan kita pada kehendak Tuhan menenangkan jiwa dalam berharap kepada-Nya.

Cafe Rohani 2014

Selasa, 18 Februari 2014 Hari Biasa Pekan VI

Selasa, 18 Februari 2014
Hari Biasa Pekan VI
  
“Sang Kebijaksanaan mengalami kematian di salib, agar selanjutnya semua orang yang percaya dapat diselamatkan karena percaya akan Dia” (St. Atanasius)

  
Antifon Pembuka (Mzm 96:3)
  
Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan yang ajaib di antara segala suku bangsa.
  
Doa Pagi


Ya Bapa, kami bersyukur kepada-Mu, atas firman-Mu hari ini. Memang keinginan manusiawi kamilah yang membutakan hati dan cenderung untuk berbuat dosa. Semoga firman-Mu menerangi setiap langkah perjalanan kami sepanjang hari ini. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Pencobaan datang dari keinginan kita sendiri. Keinginan memikat dan menyeret seseorang kepada pencobaan. Jika seseorang berada di dalam pencobaan, tetapi tetap mampu bertahan pada iman akan Allah, artinya mengalahkan keinginannya sendiri, dia akan menerima mahkota kehidupan.

Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (1:12-18)
 
  
"Allah tidak mencobai siapa pun."
 
Saudara-saudara terkasih, berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan. Apabila tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada setiap orang yang mengasihi Dia. Apabila seseorang dicobai, janganlah ia berkata, “Pencobaan ini datang dari Allah.” Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun. Tetapi setiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut. Saudara-saudara yang terkasih, janganlah sesat! Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang. Pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh sabda kebenaran, supaya pada tingkat yang tertentu kita menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang yang Kauajar, ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 94:12-13a.14-15.18-19)
1. Berbahagialah orang yang Kauajar, ya Tuhan, yang Kaudidik dalam taurat-Mu hatinya akan tenang di hari-hari malapetaka.
2. Sebab Tuhan tidak akan membuang umat-Nya, dan milik pusaka-Nya tidak akan Ia tinggalkan; sebab hukum akan kembali kepada keadilan, dan semua orang yang tulus hati akan mematuhi.
3. Ketika aku berpikir, “Kakiku goyah! Kasih setia-Mu, ya Tuhan, menopang aku. Apabila keprihatinanku makin bertambah, penghiburan-Mu menyenangkan jiwaku.”

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Yoh 14:23)
Jika seorang mengasihi Aku, ia akan mentaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya.

Yesus menegur para murid, karena kedegilan hati mereka untuk melihat dan memahami realitas karya Allah yang telah mengadakan dua kali mukjizat penggandaan roti. Kualitas hati yang seperti itu tak akan mampu menerima ajaran bijak apa pun. Maka peringatan untuk “waspada dan berjaga-jaga” terasa sia-sia.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:14-21)

"Awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes."

  
Pada suatu hari murid-murid Yesus lupa membawa roti. Hanya sebuah roti saja yang ada pada mereka dalam perahu. Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya, “Berjaga-jaga dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes.” Maka mereka berpikir-pikir, dan seorang berkata kepada yang lain, “Itu dikatakan-Nya karena kita tidak mempunyai roti.” Ketika Yesus tahu, apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata, “Mengapa kalian memperbincangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah kalian memahami dan mengerti? Telah degilkah hatimu? Kalian mempunyai mata, tidakkah kalian melihat? Dan kalian mempunyai telinga, tidakkah kalian mendengar? Sudah lupakah kalian waktu Aku memecah-mecahkan lima roti untuk lima ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti yang kalian kumpulkan?” Jawab mereka, “Dua belas bakul.” “Dan pada waktu tujuh roti untuk empat ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti yang kalian kumpulkan?” Jawab mereka, “Tujuh bakul.” Lalu kata Yesus kepada mereka, “Masihkah kalian belum mengerti?”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus

Renungan

Para murid lupa untuk menyediakan makanan (roti) untuk kebutuhan mereka sendiri. Lalu para murid diingatkan oleh Yesus untuk berhati-hati terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes. Itulah ragi kemunafikan. Yesus juga kecewa dengan para murid-Nya karena tidak percaya akan penyelenggaraan Ilahi dan kuasa-Nya. Bukankah Yesus mampu menyediakan makanan bagi orang banyak? Kita juga diundang oleh Yesus untuk percaya akan kuat kuasa-Nya, penyelenggaraan Ilahi-Nya. Dia tidak pernah membiarkan kita kelaparan.

Doa Malam

Ya Bapa, kami bersyukur kepada-Mu, karena melalui firman Putra-Mu, Engkau meluruskan kami yang sering menuruti kedagingan kami. Semoga firman Putra-Mu itu menerangi setiap langkah hidup kami sehingga kami takkan tersandung dan jatuh ke dalam dosa kedagingan. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami. Amin.

RUAH

Senin, 17 Februari 2014 Hari Biasa Pekan VI

Senin, 17 Februari 2014
Hari Biasa Pekan VI
  
Jangan makan terlalu banyak, agar kamu tidak menjejali diri menjadi sakit (St. Bernardus)

Antifon Pembuka (Mzm 119:76)

Biarlah kiranya kasih setia-Mu menjadi penghiburku, sesuai dengan janji yang Kauucapkan kepada hamba-Mu.

Doa Pagi


Tuhan Yesus, anugerahkanlah kekuatan-Mu apabila kami jatuh dalam berbagai pencobaan. Bantulah kami bertekun dalam iman yang telah Kauberikan lewat Sakramen Pembaptisan. Semoga kami tidak mudah diombang-ambingkan oleh berbagai kemudahan di zaman ini. Berilah kami hati yang tenang karena kami selalu bersanda pada-Mu. Sebab Engkaulah satu-satunya jalan, kebenaran dan hidup, berkuasa bersama Bapa dan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (1:1-11)
 
  
"Ujian terhadap imanmu menghasilkan ketekunan, agar kamu menjadi sempurna dan utuh."
         
Salam dari Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di perantauan. Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan. Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun. Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintanya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit; maka hal itu akan diberikan kepadanya. Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah berharap, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya. Bila seorang saudara berada dalam keadaan yang rendah baiklah ia bermegah karena kedudukannya yang tinggi, dan orang kaya karena kedudukannya yang rendah sebab ia akan lenyap seperti bunga rumput; matahari terbit dengan panasnya yang terik dan melayukan rumput itu sehingga gugurlah bunganya dan hilanglah semaraknya. Demikian jugalah halnya dengan orang kaya: di tengah-tengah segala usahanya ia akan lenyap.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Semoga rahmat-Mu sampai kepadaku, ya Tuhan, supaya aku hidup.
Ayat. (Mzm 119:67.68.71.72.75.76)
1. Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu.
2. Engkau baik dan murah hati, ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.
3. Memang baik, bahwa aku tertindas, supaya aku belajar memahami ketetapan-ketetapan-Mu.
4. Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih berharga daripada ribuan keping emas dan perak.
5. Aku tahu, ya Tuhan, bahwa hukum-hukum-Mu adil, dan memang tepat bahwa Engkau telah menyiksa aku.
6. Biarlah kiranya kasih setia-Mu menjadi penghiburanku, sesuai dengan janji yang Kauucapkan kepada hamba-Mu.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Yoh 14:6)
Aku ini jalan, kebenaran dan kehidupan, sabda Tuhan. Tiada orang dapat sampai kepada Bapa tanpa melalui Aku.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:11-13)
 
"Mengapa angkatan ini meminta tanda?"
   
Sekali peristiwa datanglah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari pada-Nya suatu tanda dari surga. Maka mengeluhlah Yesus dalam hati dan berkata, “Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sungguh, kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberikan tanda.” Lalu Yesus meninggalkan mereka. Ia naik ke perahu dan bertolak ke seberang.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
    
“Liturgi adalah ibadat publik yang dilakukan oleh Penebus kita sebagai Kepala Gereja kepada Allah Bapa dan juga ibadat yang dilakukan oleh komunitas umat beriman kepada Pendirinya [Kristus], dan melalui Dia kepada Bapa. Singkatnya, liturgi adalah ibadat penyembahan yang dilaksanakan oleh Tubuh Mistik Kristus secara keseluruhan, yaitu Kepala dan anggota-anggotanya.” (Paus Pius XII, Mediator Dei 20)
    
Renungan
  
Victor Frankl adalah orang Yahudi yang selamat dari pembantaian oleh Nazi - Jeman Holokos. Dia diberi kesempatan untuk hidup tetapi harus menjalani kerja paksa, yaitu memperbaiki rel kereta api di udara terbuka dengan suhu di bawah 00 C. Bila musim dingin, dia mengalami siksaan yang luar biasa berat. Banyak temannya tidak tahan dan mati. Suatu hari ketika dia sedang menyeret tubuh teman yang meninggal, dia menemukan secarik kertas di saku baju mayat itu. Tulisan itu menarik perhatiannya: ”Cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap jiwa, hati, pikiran dan kekuatan-Mu dan cintainya sesamamu seperti dirimu sendiri!” Bagaimana saya bisa mencintai Tuhan dan sesama kalau saya sendiri frustrasi? Situasi itu menyadarkan dirinya: ”Saya tetap bebas. Ya, bebas memilih frustrasi atau survive!” Dari kesadaran itu, dia bangkit mensugesti diri bahwa dirinya berharga dan masih dibutuhkan.

St. Yakobus menasihati kita agar dalam berbagai pencobaan, kita memilih untuk tidak frustrasi tetapi menerima realitas itu dengan tabah. Ketabahan ini mematangkan iman dan kemantapan pribadi–tidak goyah atau mendua hati. Keteguhan hati ini menjadi sumber harga diri dan tenaga untuk memperjuangkan sesuatu yang luhur. Maka ketika orang Farisi meminta tanda, Yesus tidak memberi. Iman yang benar keluar dari hati yang murni bukan karena melihat mukjizat.

Kita akan memiliki iman yang mendalam dan kepribadian yang mantap kalau memiliki keberanian menghadapi berbagai pencobaan. Keberanian adalah sebuah keutamaan Kristiani. Seseorang dikatakan pemberani kalau tidak melarikan diri dari kesulitan, dan tidak menutupi kelemahan diri namun tidak dibuat repot oleh kelemahan itu.

Tuhan Yesus, ingatkanlah aku bahwa kebebasan adalah anugerah Ia yang tak pernah dicabut dari diriku. Dalam keadaan apa pun, aku tetap bebas memilih. Ajarilah aku memilih untuk mencintai. Amin.
  
Ziarah Batin 2014, Renungan dan Catatan Harian

Minggu, 16 Februari 2014 Hari Minggu Biasa VI

Minggu, 16 Februari 2014
Hari Minggu Biasa VI

"Misteri keselamatan dinyatakan kepada kita dan diteruskan dan tercapai didalam Gereja, dan dari sumber yang asli dan satu-satunya ini, bagaikan air yang 'rendah hati, berguna, berharga, dan murni' misteri ini mencapai dunia. Para muda dan umat tercinta, seperti Saudara Fransiskus kita harus sadar akan dan menyerap kebenaran fundamental yang diwahyukan ini, yang terkandung didalam kata-kata yang di sucikan oleh tradisi: Tidak ada keselamatan diluar Gereja. Hanya dari dia-lah (Gereja) kuasa hidup menuju Kristus dan Roh-Nya mengalir secara pasti dan secara penuh, untuk memperbaharui seluruh kemanusiaan, dan karenanya mengarahkan setiap manusia untuk menjadi bagian dari Tubuh Mistik Kristus." (Beato Paus Yohanes Paulus II, Pesan Radio untuk Vigili Fransiskan di St. Petrus dan Assisi, 3 Oktober 1981, L'Osservatore Romano, October 12, 1981.)

Antifon Pembuka (bdk. Mzm 31:3-4)

Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku. Sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku. Oleh karena nama-Mu, Engkau akan menuntun dan membimbing aku.

Esto mihi in Deum protectorem, Et in locum refugii, ut salvum me facias: quoniam firmamentum meum, et refugium meum es tu: et propter nomen tuum dux mihi eris, et enutries me. In te Domine speravi, Non confundar in aeternum: in iustitia tua libera me. Gloria Patri…


Doa Pagi

Ya Allah, Engkau telah bersabda bahwa Engkau akan tinggal dalam hati yang lurus dan murni. Semoga dengan pertolongan rahmat-Mu kami hidup menurut Sabda-Mu agar kami panta menjadi tempat kediaman-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Kitab Putra Sirakh (15:15-20)
   

"Tuhan tidak memerintahkan siapapun untuk berdosa."
  
Asal sungguh mau, engkau dapat menepati hukum, dan berlaku setia pun dapat kaupilih. Api dan air telah ditaruh Tuhan di hadapanmu; kepada apa yang kaukehendaki dapat kauulurkan tanganmu. Hidup dan mati terletak di depan manusia; apa yang dipilih akan diberikan kepadanya. Sungguh besarlah kebijaksanaan Tuhan. Dia kuat dalam kekuasaan-Nya dan melihat segala-galanya. Mata Tuhan tertuju kepada orang yang takwa kepada-Nya. Dan segenap pekerjaan manusia Ia kenal. Tuhan tidak menyuruh orang menjadi fasik, dan tidak memberi izin kepada siapa pun untuk berdosa.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = es, 2/4, PS 852
Ref. Sabda-Mu adalah kebenaran, hukum-Mu kebebasan.
Ayat. (Mzm 1-2.4-5.17-18.33-34; R:1b)
1. Berbahagialah orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat Tuhan. Berbahagialah orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati.
2. Engkau sendiri telah menyampaikan titah-titah-Mu, supaya dipegang dengan sungguh-sungguh. Kiranya hidupku mantap, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban hukum-Mu.
3. Perlihatkanlah kepadaku, ya Tuhan, petunjuk-petunjuk ketetapan-Mu, aku hendak memegangnya sampai saat terakhir. Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang hukum-Mu; dengan segenap hati aku hendak memeliharanya.

Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (2:6-10)
  
"Sejak dahulu kala Allah menyediakan hikmat bagi kemuliaan kita."
  
Saudara-saudara, kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang; bukan hikmat yang dari dunia ini, dan bukan hikmat yang dari penguasa-penguasa dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan, tetapi hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sejak sebelum dunia dijadikan telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita. Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia. Tetapi seperti ada tertulis, “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: Semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” Semua itu telah dinyatakan Allah kepada kita berkat Roh-Nya, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. (Mat 11:25)
Terpujilah Engkau, Tuhan langit dan bumi, sebab rahasia kerajaan-Mu Kaubuka untuk orang sederhana.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:17-37)
  
"Dahulu dikatakan demikian; tetapi Aku mengatakan kepadamu begini."
   
Dalam khotbah di bukit Yesus mengajar murid-murid-Nya, kata-Nya, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu, ‘Sungguh, selama belum lenyap langit dan bumi ini, tidak satu iota atau satu titik pun akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga. Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Kamu telah mendengar apa yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum! Barangsiapa berkata kepada saudaranya, ‘Kafir!’ ia harus dihadapkan ke Mahkamah Agama, dan siapa yang berkata, ‘Jahil!’ harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah, dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu, dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim, dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya, dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas. Kamu telah mendengar firman, ‘Jangan berzinah!’ Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa memandang perempuan dengan menginginkannya, dia sudah berbuat zinah di dalam hatinya. Maka, jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah, karena lebih baik bagimu satu anggota tubuhmu binasa, daripada tubuhmu seutuhnya dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika tangan kananmu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah, karena lebih baik bagimu satu anggota tubuhmu binasa daripada tubuhmu seutuhnya masuk neraka. Telah difirmankan juga, ‘Barangsiapa menceraikan isterinya, ia harus memberikan surat cerai kepadanya’. Tetapi Aku berkata kepadamu, Barangsiapa menceraikan isterinya kecuali karena zinah, dia membuat isterinya berzinah. Dan barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan, dia pun berbuat zinah. Kamu telah mendengar pula apa yang difirmankan kepada nenek moyang kita, ‘Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di hadapan Tuhan.’ Tetapi Aku berkata kepadamu: ‘Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, atau pun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Agung. Janganlah pula engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun. Jika ya, hendaklah kamu katakana: Ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: Tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Rekan-rekan,

Dalam Injil hari Minggu IV/A (Mat 5:17-37) dan hari Minggu selanjutnya (Mat 5:38-48) terungkap beberapa pokok pengajaran Yesus yang memakai kata-kata tajam menyengat. Terdengar beberapa kali Yesus dengan keras menegaskan, “Kamu telah mendengar yang difirmankan....., tetapi aku berkata kepadamu....” (ay. 21-22.; 27-28; 31-32; 32-33 38-39; 43-44). Seakan-akan hukum Taurat belum cukup. Bahkan diancamkan olehnya api neraka. Ia juga mengecam zinah batin, bahkan menyebut cukil mata saja dan potong tangan segala. Di sini Yesus tampil berbeda dengan gambaran lemah lembut, penuh pengertian, mau membebaskan orang dari kungkungan ajaran hukum belaka. Bagaimana Injil kali ini bisa dijelaskan bagi pendengar zaman ini?

APA ARTI “MENGGENAPKAN “ TAURAT?”

Bagi orang Yahudi, Taurat adalah pengajaran, hukum-hukum, aturan yang terdapat dalam kelima kitab pertama dalam Alkitab. Jumlahnya, bila dihitung, ada 613 hukum, 365 di antaranya sifatnya larangan, sedangkan 248 sisanya berujud keharusan ini atau itu. Masalahnya bagaimana menghayatinya dengan sebaik-baiknya. Ada dua arah. Pertama ialah berusaha memenuhi yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang dengan seteliti-telitinya. Ini hidup saleh yang dijalankan oleh banyak orang beragama di zaman Yesus. Kehidupan beragama dalam arah ini diukur dengan hukum. Sering orang terpancang pada gagasan apa sudah betul menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Hukum dipandang sebagai hukum. Arah kedua ialah menerima Taurat dan mempercayainya sebagai cara mendengarkan Dia yang bersabda kepada manusia dan mendalami jiwa Taurat. Kedua arah ini bukanlah bertentangan satu sama lain. Boleh dikata, keduanya adalah kutub menjalani Taurat. Satu ketika orang bisa jadi lebih dekat ke yang satu, di lain ketika lebih ke arah yang lain. Inilah dinamika hidup beragama. Inilah yang memperkaya kehidupan beragama.

Yesus mengatakan dirinya datang bukan untuk meniadakannya melainkan untuk menggenapinya. Ia menerima kedua kutub itu. “Bukan meniadakan” tentunya bukan mengurungkan Taurat dalam pengertian satu persatu di atas. Ia samasekali tidak menyangkal kesahihan sikap orang menerima Taurat dalam cara itu. Kesalehan ini wajar. Tapi sekaligus ditegaskannya bahwa ia datang untuk memenuhi Taurat. Inilah sisi kedua tadi. Taurat dihayatinya sebagai yang membuatnya dekat pada Dia yang bersabda lewat Taurat. Orang seperti ini menggenapkan Taurat, membuat Taurat utuh, bukan menganggapnya sebagai himpunan aturan, perintah, larangan belaka. Begitulah maka menjadi lebih jelas yang dimaksud dalam Mat 5:19: “...siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah dalam Kerajaan Surga, tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkannya, ia akan menduduki tempat yang tinggi dalam Kerajaan Surga.”

BERTUMBUH KEROHANIANNYA

Kedua arah menghayati Taurat sama-sama membawa orang masuk ke dalam Kerajaan Allah. Namun arah yang kedualah yang membuat orang bertumbuh di dalamnya. Besar berarti leluasa, tidak ada kesesakan. Kecil dalam Kerajaan Allah lawan dari itu, mudah merasa sesak, kurang merdeka, tidak leluasa. Meniadakan salah satu perintah hukum Taurat berarti menjalankan Taurat sebagai rangkaian hukum, aturan, pengajaran yang dicoba diikuti satu persatu, seperti memenuhi daftar agenda Yang diajarkan Yesus kepada murid-muridnya ialah menempuh arah kedua, tanpa mengecam arah pertama walaupun mengenali keterbatasan arah pertama tadi. Diberikannya 6 contoh mengenai bagaimana memandang Taurat dalam arah kedua. Berikut ini akan diulas empat contoh pertama yang termasuk bacaan Injil Minggu ini; Minggu berikutnya membicarakan kedua contoh lainnya: contoh kelima (5:38-39) berkisar pada pembalasan. Kel 21:24, Im 24:20 dan Ul 19:21; contoh keenam (5:43-44) membicarakan perintah mengasihi sesama dan membenci musuh dalam Im 19:18.

Marilah diteliti bagaimana contoh-contoh tadi menunjukkan dua arah Taurat. Contoh pertama (5:21-26) menyangkut larangan membunuh yang tertera dalam Kel 20:13 dan juga Ul 5:17. Larangan ini memang penting dan ditujukan untuk melindungi kehidupan. Yesus mengatakan siapa yang marah, mesti dihukum; yang mencaci-maki mesti diadili, siapa yang mengumpat bodoh harus diserahkan ke dalam api neraka. Bagaimana memahami maksudnya? Bukan dengan menaruh yang dikatakan Yesus sebagai aturan yang menambah beratnya Taurat. Yang dikemukakannya ialah hidup baik dengan sesama, menghormati perbedaan yang sering tidak menyenangkan. Inilah yang amat berharga. Menyalahi sesama dalam hal tidak menghormati diungkapkan sebagai yang patut dihukum berat. Begitu pula dalam contoh kedua (Mat 5:27-30), hendak ditekankan inti larangan berzinah Kel 20:14 dan Ul 5:18 bukanlah semata-mata agar orang menghindari tindakan fisik, melainkan terutama sikap batin menginginkan orang lain jadi tujuan pemuasan nafsu. Memang pengajaran seperti ini tidak lagi dapat dianggap bagian hukum karena menyangkut yang tidak secara tegas-tegas diungkapkan melainkan tafsiran meluaskan cakupannya. Yang dikemukakan bukannya lagi larangannya melainkan apa yang mendasari larangan tadi. Masalah ini disoroti lebih jauh dengan contoh ketiga. Dalam pembicaraan contoh ini ditambahkan, bila menyebabkan dosa, lebih baik mata kanan dicukil mata kanan bila membuat orang berdosa, begitu pula, lebih baik kutungi tangan kanan.

Dalam contoh ketiga (Mat 5:31-32) diulas bagaimana memahami dengan benar prosedur menceraikan istri Ul 24:1-4. Memang dari sisi hukum Taurat, cukup bila dibuat surat cerai dan yang mesti diterima resmi oleh pihak istri. Demikian maka ada perlindungan hukum bagi bekas istri. Namun tak jarang prosedur semacam ini disalahgunakan, misalnya tanpa alasan yang kuat untuk menalak istri, atau alasan sebenarnya yang tidak lurus, misalnya menginginkan menikahi perempuan lain. Atau sekongkol suami-istri untuk bercerai demi alasan-alasan lain. Dalam Taurat ikatan nikah hanya bisa diputuskan bila istri menjalankan zinah. Dalam hal ini ikatan dengan suami sudah lepas, dan suami pun wajib menalak dengan prosedur surat talak tadi. Bila penalakan ini dibuat dengan cara lain, memang sang istri bebas dan bisa menikah lagi. Tetapi tindakan ini menyatakan istrinya pernah zinah – demikian merendahkan martabatnya. Lebih lagi, orang yang menikahinya kemudian akan ikut berzinah karena mengambil perempuan yang sebetulnya tidak dilepas dari ikatan nikah dengan alasan yang benar. Terlihat bagaimana pendengar diajak mengenali inti Taurat, yakni kejujuran terhadap diri sendiri dan kepada orang lain, dalam hal ini istri atau suami. Persetujuan yang sifatnya sekongkol melawan arah ini.

Dengan contoh keempat (5:32.33) mengenai larangan bersumpah palsu (Im 19.12 dan Ul 23:21) hendak ditekankan agar orang tidak gampang mengucapkan sumpah karena berat bebannya. Lebih sederhana dan lebih baik memegang perkataan, tampil berintegritas. Juga kerap dalam praktek, sumpah dijalankan untuk menipu tapi membuat pihak lain mau tak mau menerima karena sumpah itu mengatasnamakan perkara-perkara keramat.

WARTA?

Petikan yang memuat kata-kata keras ini sebenarnya mengajak orang untuk berpikir mengenai inti pengajaran agama - bagi orang Yahudi waktu itu ialah kewajiban menjalankan hukum Taurat. Orang diajak melihat lebih dalam yang dimaksudkan Taurat sendiri dan tidak hanya berhenti pada permukaan. Diajarkan bagaimana menemukan Dia yang bersabda di dalam hukum-hukum Taurat, bukan sebaliknya, untuk menjalankan Taurat dan tidak lagi mencari inti keagamaan, yakni mendapati Tuhannya Taurat.

Kata-kata keras Yesus akan diperdengarkan dalam kesempatan peringatan 40 tahun hidup religius dari 8 orang Yesuit di provinsi Indonesia. Tersirat ajakan melihat kembali apakah selama 40 tahun hidup religius tetap mengambang di permukaan atau juga sempat mengenali arah-arah batin. Injil kali ini bukan untuk mengadili atau menilai, melainkan untuk menyegarkan hidup religius. Seperti tampil dalam ulasan di atas, ada dua arah menjalani Taurat: arah luar dan arah dalam. Tidak perlu yang satu dianggap kurang berharga dari yang lain. Bahkan keduanya ada bersama. Kepekaan akan arah-arah inilah yang memungkinkan hidup religius berjalan terus.

Salam hangat,

A. Gianto

Sabtu, 15 Februari 2014 Hari Biasa Pekan V

Sabtu, 15 Februari 2014
Hari Biasa Pekan V
 
“Barangsiapa meninggalkan saudara yang memerlukan bantuannya, sesungguhnya dia itu tunduk dan mengamalkan hukum setan!” (Beato Ishak dari Stella)
 
Antifon Pembuka Mzm 81:10.11a
 
Janganlah ada di antaramu allah lain, dan jangan menyembah allah asing. Akulah Tuhan, Allahmu!

Doa Pagi

Allah Bapa kami, hanya Engkaulah yang kami sembah sepanjang hidup kami. Berilah kami iman yang kuat agar tidak mudah terpengaruh untuk menyembah allah-allah lain yang membuat kami jatuh dalam dosa. Bimbinglah langkah hidup kami sepanjang hari ini, dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Raja Yerobeam merusak iman Israel, dan menggantikannya dengan penyembahan berhala. Dengan menggunakan kekuasaannya, dia menahbiskan imam-imam penyembah berhala. Kemarahan Tuhan Allah Israel memuncak: Seluruh keluarga Yerobeam harus dimusnahkan dari muka bumi. Sungguh, mengerikan!

Bacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja (12:26-32; 13:33-34)
 
"Raja Yerobeam membuat dua anak lembu emas."
   
Setelah menjadi raja, berkatalah Yerobeam dalam hatinya, “Kini mungkin kerajaan ini kembali kepada keluarga Daud. Jika bangsa itu tetap pergi mempersembahkan kurban sembelihan di rumah Tuhan di Yerusalem, maka pastilah hati bangsa ini akan berbalik kepada tuan mereka, yaitu Rehabeam, raja Yehuda, kemudian mereka akan membunuh aku dan akan kembali kepada Rehabeam, raja Yehuda.” Sesudah menimbang-nimbang, raja membuat dua anak lembu jantan dari emas. Lalu ia berkata kepada mereka, “Sudah cukup kamu pergi ke Yerusalem! Hai Israel, lihatlah sekarang allah-allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.” Lalu ia menaruh lembu yang satu di Betel dan yang lain ditempatkannya di Dan. Maka hal itu menyebabkan orang berdosa. Sebab rakyat pergi ke Betel menyembah patung yang satu dan ke Dan menyembah patung yang lain. Yerobeam membuat juga kuil-kuil di atas bukit-bukit pengurbanan, dan mengangkat imam-imam dari kalangan rakyat yang bukan dari bani Lewi. Kemudian Yerobeam menentukan suatu hari raya pada hari yang kelima belas bulan kedelapan, sama seperti hari raya yang di Yehuda, dan raja sendiri naik tangga mezbah itu. Begitulah dibuatnya di Betel: ia mempersembahkan kurban kepada anak-anak lembu yang telah dibuatnya itu, dan ia menugaskan di Betel imam-imam bukit pengurbanan yang telah diangkatnya. Raja Yerobeam tidak berbalik dari kelakuannya yang jahat itu, tetapi mengangkat pula imam-imam dari kalangan rakyat untuk bukit-bukit pengurbanan. Siapa saja yang mau ditahbiskannya menjadi imam untuk bukit-bukit pengurbanan. Dan tindakan itu menjadi dosa bagi keluarga Yerobeam, sehingga mereka dilenyapkan dan dipunahkan dari muka bumi.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Ingatlah akan daku, ya Tuhan, demi kemurahan-Mu terhadap umat.
Ayat. (Mzm 106:6-7a.19-22)
1. Kami dan nenek moyang kami telah berbuat dosa, kami telah bersalah, kami telah berbuat fasik. Nenek moyang kami di Mesir tidak memahami perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib.
2. Mereka membuat anak lembu di Horeb, dan sujud menyembah kepada patung tuangan; mereka menukar Yang Mulia dengan patung sapi jantan yang makan rumput.
3. Mereka melupakan Allah yang telah menyelamatkan mereka, yang telah melakukan hal-hal besar di tanah Mesir; yang melakukan karya-karya ajaib di tanah Ham, dan perbuatan-perbuatan dahsyat di tepi Laut Teberau.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Manusia hidup bukan saja dari makanan, melainkan juga dari setiap sabda Allah

Yesus mengadakan mukjizat penggandaan roti. Dialah sumber rezeki. Bahkan nantinya Yesus akan menjadi “rezeki” itu sendiri dalam Ekaristi. Makanan adalah soal hidup. Maka dengan mukjizat ini, Yesus mengajarkan bahwa Dia adalah pemelihara kehidupan manusia.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:1-10)
 
"Mereka semua makan sampai kenyang."
 
Sekali peristiwa sejumlah besar orang mengikuti Yesus. Karena mereka tidak mempunyai makanan, Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata, “Hatiku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh.” Murid-murid-Nya menjawab, “Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?” Yesus bertanya kepada mereka, “Berapa roti yang ada padamu?” Jawab mereka, “Tujuh.” Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Yesus mengambil ketujuh roti itu, mengucap syukur, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan. Dan mereka memberikannya kepada orang banyak. Mereka mempunyai juga beberapa ikan. Sesudah mengucap berkat atasnya, Yesus menyuruh supaya ikan itu juga dibagi-bagikan. Dan mereka makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, sebanyak tujuh bakul. Mereka itu ada kira-kira empat ribu orang. Lalu Yesus menyuruh mereka pulang. Akhirnya Yesus segera naik ke perahu dengan murid-murid-Nya dan bertolak ke daerah Dalmanuta.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
   
Renungan

  
Yesus sungguh peduli terhadap semua orang yang mengikuti-Nya. Dalam kisah mukjizat perbanyakan roti ini, para murid – dan bukan Tuhan Yesus yang membagikan roti (makanan) kepada orang banyak. Semua makan sampai kenyang. Kisah mukjizat ini mengingatkan kita untuk menjadi pembagi kasih kebaikan Tuhan kepada sesama kita yang membutuhkan bantuan. Bagaimana semangat berbagi ini kita hayati dalam keseharian?
  
Doa Malam

  
Yesus, berilah kami hati seperti Hati-Mu, yaitu hati yang berbelas kasih terhadap sesama yang menderita, berkekurangan, sendirian dan kesepian; yang sakit, dan kelaparan. Semoga kami mau tergerak untuk mengulurkan tangan kami dengan tulus. Amin.
  

RUAH

Paus Fransiskus: Keangkuhan bisa mengubah orang-orang percaya menjadi pemuja berhala

 
Orang kafir bisa menjadi orang percaya melalui kerendahan hati, sama seperti orang percaya dapat kehilangan iman karena mengikuti hawa nafsu mereka sendiri. Ini adalah tema utama dari homili Paus Fransiskus di hari ini (Kamis, 13 Februari) di Casa Santa Marta.

Bacaan-bacaan hari ini memberikan contoh di dua jalan yang berbeda: satu dari penyembahan berhala kemudian percaya pada Allah yang hidup, yang lain dari Allah yang hidup beralih menjadi penyembahan berhala. Dimulai dengan yang pertama , Bapa Suci berbicara tentang Injil yang mengingat perempuan Kanaan yang meminta Yesus untuk membebaskan putrinya dari kerasukan setan.

"Biarkan anak-anak diberi makan terlebih dahulu. Karena tidaklah patut untuk mengambil makanan dari anak-anak dan melemparkannya kepada anjing, "adalah tanggapan Kristus. Yesus, Sri Paus menjelaskan, menggunakan bahasa yang kuat untuk menjelaskan bahwa Ia datang pertama bagi bangsa Israel. Namun, wanita ini tidak menanggapi dengan kecerdasannya, tapi sebagai seorang ibu yang membutuhkan.

"Tuhan, anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang jatuh dari anak-anak," jawabnya.

"Dia terkena resiko mempermalukan dirinya sendiri, tapi dia bersikeras, dan dari kekafiran dan penyembahan berhala ia menemukan kesembuhan bagi putrinya dan untuk dirinya sendiri, ia menemukan Allah yang hidup," kata Paus.

"Ini adalah jalan dari orang yang berkehendak baik, yang mencari Allah dan menemukan-Nya. Tuhan memberkati dia. Berapa banyak orang pergi di jalan ini dan Tuhan menanti mereka! Tapi itu adalah Roh Kudus yang sama yang membawa mereka maju di jalan ini. Setiap hari di Gereja Tuhan ada orang-orang yang pergi di jalan ini, diam-diam, untuk mencari Tuhan, karena mereka membiarkan diri mereka diambil ke depan oleh Roh Kudus. "

Namun, Paus melanjutkan, ada jalan lain, jalan yang Salomo ambil dalam bacaan pertama. Salomo meskipun orang paling bijaksana dan kuat di dunia, dituntun oleh kelemahannya pada para perempuan - selir-selir kafir nya mengubah hatinya ke arah penyembahan berhala. "Perempuan-perempuan ini melemahkan hati Salomo perlahan, perlahan-lahan. Hatinya tidak tetap utuh pada Tuhan, seperti hati Daud, ayahnya, "kata Paus.

"Hatinya dilemahkan, ia dilemahkan dan kehilangan iman. Dia kehilangan iman. Orang paling bijaksana di dunia membiarkan dirinya dibawa oleh kasih yang tidak bijaksana, tanpa kebijaksanaan, ia membiarkan dirinya dibawa oleh nafsu hidupnya. "Tapi bapa, Salomo tidak kehilangan iman, dia percaya pada Allah dan mampu membaca Alkitab!" Ya, itu benar, tetapi memiliki iman tidak berarti mampu melafalkan Syahadat. Anda dapat membaca Syahadat dan kehilangan iman. "

Paus menjelaskan bahwa seperti ayahnya, Salomo adalah seorang pendosa. Tapi tidak seperti ayahnya, yang rendah hati dan meminta pengampunan, Salomo terus dalam dosa-dosanya dan menjadi korup. Terlepas dari kebijaksanaannya, putra Daud mengijinkan kesombongan dan nafsu untuk merusak dirinya. "Di dalam hati di mana seseorang kehilangan iman," kata Bapa Suci.

Penutup homilinya, Paus Fransiskus meminta umat beriman untuk menerima Sabda Allah dengan ketaatan dan kerendahan hati, mengikuti jalan yang sama seperti wanita Kanaan.

"Semoga Sabda Allah [yang] kuat, menjaga kita di jalan ini dan dan tidak mengizinkan kita untuk berakhir dalam korupsi yang membawa kita kepada penyembahan berhala," kata beliau.

Sumber: http://www.zenit.org/en/articles/pope-francis-vanity-can-turn-believers-to-idolatry

(diterjemahkan ~Dv Fans of Iman Katolik)

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy