| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Pertemuan II APP Keuskupan Agung Semarang: Tekun dan Setia dalam Pekerjaan

Pertemuan II
 
TEKUN DAN SETIA DALAM PEKERJAAN
 
Intisari Pertemuan
 
Siapa pun dipercaya melakukan setiap pekerjaan. Ada yang bekerja di kantor, ada yang menjadi buruh, pedagang, dsb. Ada juga ibu rumah tangga yang tekun menjalani pekerjaan rutin harian di rumah, menyapu, memasak, bersih-bersih rumah, mencuci. Tidak bisa kita menyebutkan satu per satu karena memang begitu banyak pekerjaan yang dapat dilakukan. Setiap pekerjaan jika kita jalani dan kita laksanakan dengan tekun dan setia pasti akan berbuah banyak. Maka dari itu siapa pun yang dipercaya menyelesaikan setiap pekerjaan sudah sepantasnya menjalaninya dengan tekun dan setia.
 
Tujuan
 
  1. Umat diajak menyadari bahwa kita dipercaya menyelesaikan pekerjaan, entah pekerjaan itu besar entah kecil.
  2. Kita diajak menyelesaikan pekerjaan kita dengan gembira hati, setia, tekun dan teliti serta sabar.
  3. Bisa merasakan setiap pekerjaan merupakan persembahan yang berharga untuk Tuhan.
 
JALANNYA PERTEMUAN
 
PEMBUKAAN
 
Nyanyian Pembuka
 
Tanda Salib dan Salam
 
P : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U : Amin
P : Terpujilah nama Tuhan
U : Kini dan selamanya.
 
Pengantar-tobat
 
Doa Pembuka
 
P : Ya Allah yang mahamurah, kami bersyukur kepadaMu karena Engkau telah memberi kesempatan kepada kami untuk mempersembahkan kemampuan kami lewat pekerjaan kami. Semoga karena bantuan rahmat-Mu kami sanggup melaksanakan pekerjaan kami dengan sungguh-sungguh, tekun dan setia. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
 
U : Amin
 
Teks: Mat 25:14-30 (salah seorang membacakan)
 
Pokok-pokok permenungan
 
  1. Setiap orang diserahi tanggung jawab
  2. Sikap, semangat dan tanggapan kita atas pekerjaan-pekerjaan beraneka ragam. Ada yang semangat dan rajin, tekun dan teliti. Namun ada juga yang seringkali malas dan ogah-ogahan.
  3. Setiap keputusan yang kita ambil pasti ada risikonya. Yang menerima lima talenta berani berisiko. Meski berisiko tetap bekerja. Yang menerima satu talenta tidak berani berisiko namun justru malah menyalahkan orang lain.
  4. Dalam kehidupan kita, sering kita mudah menyalahkan orang lain namun ketika kita sendiri diserahi tanggung jawab, justru kita menghindar.
 
Bahan renungan
 
  1. Dari kutipan bacaan Injil tadi, bagian (ayat mana) yang menarik perhatian Anda?
  2. Mengapa bagian itu yang menarik bagi Anda?
  3. Jika kita diserahi tanggung jawab apapun, apa yang akan kita lakukan? Apakah kita mau menerimanya dengan gembira hati dan melaksanakannya dengan gembira pula?
  4. Jika kita sudah bersedia menerima tanggung jawab, bagaimana kita akan menjalani tanggung jawab tersebut?
 
Peneguhan permenungan dengan belajar dari BEATO FRANCISCO GARATE
 
Bruder Francisco Garate sangat terkenal karena pribadinya yang ramah. Siapa saja yang lewat pintu gerbang Universitas Deusto di Bilbao Spanyol, antara tahun 1888-1929, pasti mengenal beliau. Sebagai penjaga pintu, Bruder Francisco Garate selalu siap sedia melaksanakan tugasnya, melayani siapa saja baik yang kaya maupun miskin, baik orang-orang terhormat, berkedudukan maupun rakyat biasa. Bruder Francisco melakukan tugasnya yang sederhana itu dengan tekun, setia dan menyelesaikannya dengan baik. Bruder Francisco dipanggil Tuhan pada usia 72 tahun. Sebagian besar hidupnya, 41 tahun beliau abdikan untuk menjaga pintu gerbang universitas. Sungguh suatu teladan kesetiaan yang patut kita contoh. Pada tahun 1985 Paus Yohanes Paulus II menganugerahkan gelar beato kepada beliau. Dalam diri Bruder Francisco pekerjaan yang kelihatannya remeh bahkan sering dipandang sebelah mata oleh banyak orang, ternyata menjadi suatu pekerjaan yang sangat mulia dan berharga. Bruder Francisco dapat menghayati kesucian hidupnya melalui karya yang sangat sederhana, dalam kehidupan harian yang rutin dan biasa-biasa saja. Yang sangat mengagumkan dari Bruder Francisco adalah keramahan dan kesederhanaan hidupnya. Beliau sangat peduli kepada orang-orang miskin. Setiap hari beliau melayani antara 40-50 orang miskin yang datang dan dengan gembira hati Bruder Francisco melayani mereka.
Bruder Francisco terkenal kaena keramahan dan kesabarannya. Dan suatu ketika, salah seorang tamunya, Pietro Boetto, yang kemudian menjadi Uskup Agung Genoa, bertanya kepadanya, “Bagaimana Bruder berhasil mengurusi begitu banyak hal dan pada saat yang sama tetap tenang tidak kehilangan kesabaran?”
Bruder Francisco menjawab, “Saya melakukan pekerjaan saya yang remeh ini sebaik-baiknya. Sisanya dilakukan oleh Tuhan yang mahakuasa. Segalanya ringan dan mudah berkat bantuanNya, karena kita mengabdi Tuan yang baik.”
 
Doa Umat (spontan)
 
Bapa Kami
 
Doa Penutup
 
P : Ya Allah, Engkau telah memberi kesempatan kepada kami untuk mempersembahkan segala kemampuan kami. Bantulah kami agar senantiasa mampu melaksanakan tugas-tugas dan pekerjaan kami dengan penuh kegembiraan hati. Semoga kami tetap tekun, sabar dan telaten dalam tugas-tugas kami. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
 
U : Amin
 
PENUTUP
 
Pengumuman (dapat diadakan kolekte dan sesudah dirasa cukup selanjutnya mempersiapkan hati untuk memohon berkat Tuhan)
 
Berkat
 
P : Tuhan beserta kita
U : Sekarang dan selama-lamanya
P : Semoga Allah Yang Mahakuasa memberkati kita Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus (masing-masing membuat tanda salib)

Kamis, 07 Februari 2013 Hari Biasa Pekan IV

Kamis, 07 Februari 2013
Hari Biasa Pekan IV

“Orang yang dibaptis menjalankan perutusannya di dalam Gereja, persekutuan semua orang yang dibaptis” (Katekismus Gereja Katolik, 2030)

Antifon Pembuka (Mzm 48:2-3a)

Tuhan agung dan sangat terpuji di kota Allah kita. Gunung-Nya yang kudus, yang menjulang tinggi, menjadi kebanggaan seluruh bumi.

Doa Pagi

Allah yang Mahabaik, kami datang menghadap hadirat-Mu pagi ini untuk memohon berkat dalam perjalanan hidup kami hari ini. Semoga apa pun yang kami lakukan dapat menjadi persembahan dan pujian yang berkenan kepada-Mu. Nama-Mu kami puji, kini dan selamanya. Amin.

Apa yang dilukiskan di sini adalah rahmat yang diterima oleh orang-orang yang memasuki “Perjanjian Baru”. Pengalaman Sinai (Perjanjian Lama) adalah pengalaman akan Allah yang dahsyat tetapi mencekam. Pengalaman akan Allah yang diri Yesus, sebaliknya adalah pengalaman sukacita, keintiman, pengalaman akan kasih Allah yang memberikan diri.

Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (12:18-19.21-24)
 
"Kalian telah datang ke bukit Sion dan kota Allah yang hidup."
  
Saudara-saudara, kalian tidak datang ke gunung yang dapat disentuh, dan tidak menghadapi api yang menyala-nyala. Kalian tidak mengalami kekelaman, kegelapan atau angin badai; kalian tidak mendengar bunyi sangkakala dan suara dahsyat yang membuat mereka yang mendengarnya memohon, supaya suara itu jangan lagi berbicara kepada mereka. Sungguh, mereka tidak tahan mendengar sabda itu, sehingga Musa berkata, “Aku sangat ketakutan dan sangat gemetar.” Sebaliknya kamu sudah datang ke bukit Sion, dan ke kota Allah yang hidup, Yerusalem surgawi. Kalian telah datang kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan meriah, dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di surga; kalian telah sampai di hadapan Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna. Dan kalian telah datang kepada Yesus, Pengantara Perjanjian Baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat daripada darah Habel.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Dalam bait-Mu, ya Allah, kami mengenangkan kasih-Mu.
Ayat. (Mzm 48:2-3ab.3cd-4.9.10-11)
1. Agunglah Tuhan dan sangat terpuji di kota Allah kita! Gunung-Nya yang kudus, yang menjulang permai, adalah kegirangan bagi seluruh bumi.
2. Gunung Sion, pusat kawasan utara, itulah kota Raja Agung. Dalam puri-purinya Allah memperkenalkan diri sebagai benteng.
3. Apa yang kita dengar, sungguh kita lihat, di kota Tuhan semesta alam, di kota Allah kita; Allah menegakkannya untuk selama-lamanya.
4. Dalam bait-Mu, ya Allah, kami renungkan kasih setia-Mu. Nama-Mu, ya Allah, sampai ke ujung bumi; demikian pulalah kemasyhuran-Mu; tangan kanan-Mu penuh dengan keadilan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Kerajaan Allah sudah dekat. Percayalah kepada Injil. Alleluya

Nampak sesuatu yang aneh, ketika hendak mengutus para murid-Nya, bukannya memberi bekal, Yesus malah melarang mereka untuk membawa apa-apa dalam perjalanan. Praktis mereka berangkat dengan tangan kosong, hanya tongkat, alas kaki dan sepotong baju! Maksudnya, agar mereka sendiri belajar beriman pada penyelenggaraan ilahi, dan dengan begitu bisa memberi kesaksian iman yang sebenarnya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (6:7-13)
 
"Yesus mengutus murid-murid-Nya."
 
Sekali peristiwa, Yesus memanggil kedua belas murid dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, kecuali tongkat; roti pun tidak boleh dibawa, demikian pula bekal dan uang dalam ikat pinggang; mereka boleh memakai alas kaki tetapi tidak boleh memakai dua baju. Kata Yesus selanjutnya kepada murid-murid itu, “Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. Kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu, dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang ada di kakimu sebagai peringatan bagi mereka.” Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat. Mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak, dan menyembuhkan mereka.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Semua mukjizat yang dilakukan para murid adalah pintu masuk untuk pertobatan. Memang, isi pewartaan yang dibawa para murid adalah keharusan untuk bertobat. Pola hidup Kristiani sejati adalah pertobatan. Apakah kita menjadikan pertobatan sebagai pola hidup kita atau sekadar rutinitas tahunan di kamar pengakuan, untuk menyiapkan Paskah atau Natal?

Doa Bagi Para Imam dan Biarawan/i
didoakan pukul 20.00 waktu setempat 
 
+

Ya Bapa, menjelang saat terakhir hidup-Nya,
Putra-Mu berdoa bagi para murid-Nya supaya mereka tidak terjebak dan terseret dalam arus dunia ini....

Ya Tuhan Yesus Kristus,

kuduskanlah para imam, biarawan-biarawati serta anggota hidup bakti lainnya.

Mereka telah Kau panggil dan Kau pilih untuk mengabdi-Mu dengan melayani sesama dimana pun mereka berada.

Berilah mereka kekuatan-Mu sehingga di mana pun mereka berada senantiasa menghadirkan cinta-Mu.

Sehingga setiap orang yang berjumpa dengan mereka dapat merasakan perjumpaan dengan-Mu sendiri.

Semoga melalui kehadiran mereka di tengah dunia ini, mereka membawa kegembiraan, pelepasan dari segala tekanan hidup dan membawa janji keselamatan yang Engkau tawarkan.

Ya Roh Kudus,
terangilah budi dan hati mereka serta bawalah mereka masuk ke dalam keheningan batin dan kehidupan doa.
Semoga mereka senantiasa mengerti dan dimampukan untuk menjalankan kehendak-Mu di tengah dunia ini.
Sehingga berkat karunia Roh-Mu mereka senantiasa memberi kesaksian misteri AllahTritunggal Misteri Cinta Kasih.

Bunda Maria,
dampingilah mereka sebagaimana engkau juga mendampingi Puteramu Yesus sampai di kayu salib.

Yesus yang Baik, Sang Guru dan Imam Agung kami,
doakanlah mereka sebagaimana Engkau berdoa dan berkumpul bersama para rasul menjelang Pentakosta.

Ya Hati Kudus Imam Agung Yesus Kristus,
kasihanilah mereka.

Ya Hati Tersuci Maria Ratu Para Imam,
doakanlah mereka.

Ya Santo Yohanes Maria Vianney,
doakanlah mereka.

Amin

Doa Malam

Tuhan Yesus, terima kasih atas penyertaan-Mu dalam hidupku hari ini. Karya-Mu sungguh mengagumkan dalam diriku, dan meskipun aku lemah namun Engkau menguatkan aku. Sudilah Engkau menerima syukurku, sebab Engkaulah Tuhan dan Allah kami. Amin.


RUAH

Rabu, 06 Februari 2013 Peringatan Wajib St. Paulus Miki, dkk, Martir

Rabu, 06 Februari 2013
Peringatan Wajib St. Paulus Miki, dkk, Martir

Tidak ada jalan lain untuk mencapai kesempurnaan di luar jalan orang Kristiani ---- St Paulus Miki

Antifon Pembuka

Para kudus bergembira di surga, sebab mengikuti jejak Kristus. Mereka menumpahkan darahnya demi Dia, sehingga kini bersukaria selamanya.

Doa Pagi

Allah Bapa yang Mahabaik, sesungguhnya Engkau senantiasa hadir dalam berbagai peristiwa hidupku. Namun, aku kurang menyadarinya. Bukalah hatiku dengan kuasa Roh Kudus-Mu agar aku semakin mengerti akan kehendak-Mu dan memperoleh damai-Mu seperti dialami oleh St. Paulus Miki, dkk. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Derita biasanya membuat orang segera berpikir buruk. Tetapi kata penulis surat ini, "Hai anakku, janganlah meremehkan didikan Tuhan." Mungkin kita belum memahami, tetapi Tuhan jauh lebih bijak dari yang kita pikirkan. Maka, bagi orang yang mencintai Tuhan, pencobaan dan derita bisa menjadi jalan untuk latihan dan pendidikan rohani.

Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (12:4-7.11-15)
 
"Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya."
 
Saudara-saudara, dalam pergumulanmu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah. Janganlah kamu lupa akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak; "Hai anakku, janganlah meremehkan didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan oleh-Nya, karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika kamu menerima hajaran, maka di situ Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah ada anak yang tidak dihajar oleh ayahnya! Memang tiap-tiap hajaran, pada waktu diberikan, tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Namun kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang dilatih olehnya. Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah. Dan luruskanlah jalan bagi kakimu, sehingga yang pincang jangan terpelecok, tetapi menjadi sembuh. Berusahalah hidup damai dengan semua orang, dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan. Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan mencemarkan banyak orang.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Kekal abadilah kasih setia Tuhan atas orang yang takwa.
Ayat. Mzm 103:1-2.13-14.17-18)
1. Pujilah Tuhan, hai hatiku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah Tuhan, hai jiwaku, janganlah lupa akan segala kebaikan-Nya!
2. Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takwa. Sebab Dia sendiri tahu dari apa kita dibuat, Dia sadar bahwa kita ini debu.
3. Tetapi kekal abadilah kasih setia Tuhan atas orang-orang yang takwa kepada-Nya, sebagaimana kekal abadilah kebaikan-Nya asal saja mereka tetap berpegang pada perjanjian-Nya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku, sabda Tuhan. Aku mengenal mereka, dan mereka mengikuti Aku. Alleluya.

Sebagaimana kebanyakan nabi, Yesus juga mengalami nasib ditolak. Penolakan itu datang justru dari orang-orang sekampung-Nya sendiri. Mereka melihat hal-hal yang luar biasa dalam diri Yesus: kemampuan-Nya untuk mengajar, kuasa-Nya untuk membuat mukjizat dan lain-lain. Namun, mereka tidak bisa mengerti bagaimana itu mungkin, karena Yesus hanyalah tukang kayu, anak Maria.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (6:1-6)
 
"Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri."
    
Pada suatu ketika, Yesus tiba kembali di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Yesus mengajar di rumah ibadat, dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia. Mereka berkata, "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mukjizat-mukjizat yang demikian, bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria? Bukankah Ia saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka, "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." Maka Yesus tidak mengadakan satu mukjizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Yesus sedang merumuskan perlakuan masyarakat kepada para nabi, "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." Perlakuan seperti itu pulalah yang sedang menimpa diri-Nya hari ini. Perlakuan yang keliru tersebut dinyatalan untuk memberikan teguran kepada mereka. Sikap-sikap stagnan orang-orang sekampung-Nya bertentangan dengan tanda-tanda zaman, yang selalu menawarkan rahmat yang baru. Bagaimana selama ini, kita memperlakukan para pewarta sabda?

Doa Malam

Yesus Tuhanku, Engkau tidak menyerah sekalipun ditolak oleh orang-orang yang mengenal-Mu. Ajarlah aku agar tidak mudah patah semangat ketika menghadapi kesulitan dan tantangan hidup ini. Berkatilah juga istirahatku sepanjang malam ini. Amin.

RUAH

Selasa, 05 Februari 2013 Peringatan Wajib St. Agata, Perawan dan Martir

Selasa, 05 Februari 2013
Peringatan Wajib St. Agata, Perawan dan Martir

“Agata, yang memperoleh nama baiknya karena perbuatannya yang luhur dan dalam nama itu pula membuktikan bahwa nyata luhur perbuatannya” (St. Metodius dari Sisilia)

Antifon Pembuka

Inilah perawan yang budiman, yang keluar menyongsong Kristus dengan pelita yang bernyala.

Doa Pagi

Tuhan, dalam menjalani hidup ini kami menghadapi berbagai tawaran dunia yang menggiurkan. Berilah kami hati yang bijaksana dalam menghadapi godaan-godaan sehingga akhirnya kami menjadi pemenang seperti dialami oleh St. Agata, karena iman akan Engkau, yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin.

Setelah mengisahkan pahlawan-pahlawan iman di masa lampau, penulis sekarang mengajak para pembacanya untuk mengarahkan pandangan pada Yesus sendiri. Walaupun salib itu hina, Yesus memikulnya dengan tekun. Sebagai ganti ketekunan-Nya, Yesus kini duduk di sisi kanan Allah Bapa. Karena itu, surat ini juga memberi pesan: jangan menjadi lemah dan putus asa.

Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (12:1-4)
 
"Marilah kita berlari dengan tabah hati dalam perlombaan yang diwajibkan kepada kita."
 
Saudara-saudara, kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita. Marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus. Dialah yang memimpin kita dalam iman, dan Dialah yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan! Dengan mengabaikan kehinaan, Ia tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. Ingatlah selalu akan Yesus, yang tabah menanggung bantahan terhadap diri-Nya, bantahan yang datang dari pihak orang-orang berdosa. Janganlah kamu menjadi lemah dan putus asa, sebab dalam pergumulanmu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Orang yang mencari Engkau, ya Tuhan, akan memuji-muji Engkau.
Ayat. (Mzm 21:2b-27;8.30.31-32)
1. Nazarku akan kubayar di depan orang-orang yang takwa. Orang miskin akan makan sampai kenyang, orang yang mencari Tuhan akan memuji-muji Dia; biarlah hati mereka hidup untuk selamanya!
2. Segala ujung bumi akan menjadi sadar, lalu berbalik kepada Tuhan; segala rumpun bangsa akan sujud menyembah di hadapan-Nya. Ya, kepada-Nya akan sujud menyembah: Semua orang sombong di bumi, di hadapan-Nya akan berlutut semua orang yang telah kembali ke pangkuan pertiwi.
3. Dan aku akan hidup bagi Tuhan, anak cucuku akan beribadah kepada-Nya. Mereka akan menceritakan hal ikhwal Tuhan kepada angkatan yang akan datang, dan menuturkan keadilan-Nya kepada bangsa yang akan lahir nanti. Semua itu telah dikerjakan oleh Tuhan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Yesus memikul kelemahan kita, dan menanggung penyakit kita.

Dua situasi tragis: gadis kecil mati secara premature, dan seorang perempuan dewasa yang hidup tetapi penuh penderitaan! Dua kisah tentang iman, iman Yairus yang meminta Yesus datang ke rumahnya, dan iman si perempuan sakit yang percaya bahwa Yesus itu penuh kuasa. Dua kisah mukjizat ini memberi kesaksian akan kuasa yang ada dalam diri Yesus untuk mengembalikan kehidupan dan memberi kehidupan dalam kepenuhannya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (5:21-43)
 
"Hai anak, Aku berkata kepadamu: Bangunlah!

Sekali peristiwa, setelah Yesus menyeberang dengan perahu, datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia. Ketika itu Yesus masih berada di tepi danau. Maka datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika melihat Yesus, tersungkurlah Yairus di depan kaki-Nya. Dengan sangat ia memohon kepada-Nya, “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati. Datanglah kiranya, dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.” Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya. Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sampai habislah semua yang ada padanya; namun sama sekali tidak ada faeahnya, malah sebaliknya: keadaannya makin memburuk. Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus. Maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Sebab katanya, “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Sungguh, seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa badannya sudah sembuh dari penyakit itu. Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya. Maka Ia berpaling di tengah orang banyak itu dan bertanya, “Siapa yang menjamah jubah-Ku?” Murid-murid-Nya menjawab, “Engkau melihat sendiri bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu! Bagaimana mungkin Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?” Lalu Yesus memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu. Maka perempuan tadi menjadi takut dan gemetar sejak ia mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya. Maka ia tampil dan tersungkur di depan Yesus. Dengan tulus ia memberitahukan segala sesuatu kepada Yesus. Maka kata Yesus kepada perempuan itu, “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!” Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata, “Anakmu sudah mati! Apa perlunya lagi engkau menyusahkan Guru?” Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat, “Jangan takut, percaya saja!” Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorang pun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus, dan Yohanes, saudara Yakobus. Dan tibalah mereka di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana Yesus melihat orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring. Sesudah masuk, Yesus berkata kepada orang-orang itu, “Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!” Tetapi mereka menertawakan Dia. Maka Yesus menyuruh semua orang itu keluar. Lalu Ia membawa ayah dan ibu anak itu, dan mereka yang bersama-sama dengan Yesus masuk ke dalam kamar anak itu. Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, katanya, “Talita kum,” yang berarti: “Hai anak, Aku berkata kepadamu: Bangunlah!” Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub. Dengan sangat Yesus berpesan kepada mereka, supaya jangan seorang pun mengetahui hal itu. Lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Pembangkitan putri Yairus membuat mata hati kita terbuka, bahwa daya iman dapat melebihi keyakinan kita. Intinya, kita mau meminta sesuatu, juga saat hanya memiliki iman sebesar biji sesawi. Lalu, membiarkan Allah bertindak seturut kehendak-Nya. Beranikah kita menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada Allah (1Ptr 5:7)?

Doa Malam

Ya Yesus, berkat iman Engkau membangkitkan anak Yairus yang telah mati dan menyembuhkan wanita yang sakit pendarahan. Sembuhkanlah aku pula dari penderitaan hidup ini agar imanku semakin bertumbuh dan berbuah dalam keselamatan seperti yang Engkau janjikan. Amin.


RUAH

Pertemuan I APP Keuskupan Agung Semarang: Makna Kerja

Pendalaman APP 2013
SEMAKIN BERIMAN DENGAN BEKERJA KERAS DAN MENGHAYATI MISTERI SALIB TUHAN
Oleh: Panitia Aksi Puasa Pembangunan Keuskupan Agung Semarang
Pertemuan I
MAKNA KERJA
Intisari Pertemuan
Setiap orang mempunyai pekerjaan, entah besar entah kecil. Memang harus disadari bahwa ada beberapa orang yang belum mempunyai pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Kita terus menerus diajak berdoa untuk mereka. Pekerjaan itu banyak ragamnya. Kita dapat menemukan maknanya tersendiri dalam setiap pekerjaan kita. Apa maknanya bagi kita? Pekerjaan yang kita lakukan tidak hanya sekedar untuk mendapatkan upah, namun bisa menjadi sarana bagi kita untuk mengolah kepribadian kita. Dalam pekerjaan itu kita diajak untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan dan sesama. Maka dari itu jangan sampai pekerjaan kita justru semakin menjauhkan diri dari Tuhan. Bekerja adalah menghayati panggilan dan melaksanakan kehendak Tuhan.
Tujuan
  1. Kita  mempunyai rasa bangga dan mempunyai rasa memiliki atas pekerjaan kita meskipun pekerjaan tersebut kecil dan sederhana. Jangan sampai kita meremehkan pekerjaan-pekerjaan kecil dan sederhana.
  2. Kita berharap dapat melaksanakan pekerjaan kita dengan gembira hati tanpa mengeluh dan mengesah.
  3. Dengan pekerjaan kita, kita dapat semakin dewasa, semakin merasa dekat dengan Tuhan dan sesama.
  4. Kita semakin menyadari bahwa bekerja adalah melaksanakan kehendak Allah.
JALANNYA PERTEMUAN
PEMBUKAAN
Nyanyian Pembuka
Tanda Salib dan Salam
P : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U : Amin
P : Terpujilah nama Tuhan
U : Kini dan selamanya
Pengantar-tobat
Doa Pembuka
P : Ya Allah asal dan tujuan hidup kami, terangilah dan berkatilah kami agar kami dapat merencanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Semoga Engkau juga berkenan mendampingi kami dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan kami. Curahkanlah anugerah-Mu ke dalam hati kami agar kami dapat menyelesaikan pekerjaan kami sampai tuntas. Semoga dengan demikian kami selalu bergembira menjalani tugas dan pekerjaan kami untuk semakin memuliakan dan meluhurkan nama-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
U : Amin.
Illustrasi
Ibu Sinem adalah salah seorang warga sebuah paroki. Setiap pukul 07:00 pagi ia sudah berada di kompleks gereja untuk membersihkan halaman gereja dengan sapu miliknya yang amat sederhana. Melihat hal itu, pastor parokinya bertanya, “Ibu, pagi-pagi kok sudah sampai di gereja, apakah pekerjaan di rumah sudah selesai?” Ibu Sinem menjawab, “Romo, pekerjaan di rumah sudah selesai, apalagi saya sendirian di rumah. Jadi kalau pekerjaan di rumah sudah selesai, saya pergi ke gereja, bersih-bersih halaman gereja Romo. Saya tidak mempunyai apa-apa untuk dapat saya persembahkan kepada Tuhan. Saya hanya bisa menyapu. Saya gembira Romo bisa melakukan seperti ini. Saya hanya melaksanakan apa yang dikehendaki Tuhan.”
Permenungan
  1. Apa yang menarik dari cerita singkat tadi bagi Anda?
  2. Pekerjaan apa saja yang kita tekuni setiap hari?
  3. Apakah pekerjaan-pekerjaan harian (rutin) tersebut sudah kita jalani dengan penuh kegembiraan hati? Apakah kita menyadari bahwa pekerjaan-pekerjaan yang kita jalani merupakan panggilan dari Tuhan sendiri?
  4. Buah-buah apa saja yang dapat kita petik dari setiap pekerjaan kita? Apakah pekerjaan-pekerjaan harian kita sudah semakin mendekatkan diri kita dengan Tuhan dan semakin meneguhkan iman kita? Ataukah sebaliknya, kesibukan pekerjaan kita semakin menjauhkan kita dari Tuhan, mengabaikan kegiatan lingkungan dan kegiatan Gereja, atau bahkan Perayaan Ekaristi pun kalah oleh kesibukan kita?
Teks Luk 5:1-11
Doa Spontan
Bapa Kami
Doa Penutup
P : Ya Allah yang mahakuasa dan kekal, Engkau telah mempercayakan bumi dan segala isinya kepada kami untuk kami olah dan kami pelihara. Engkau telah memberi kami tanah yang subur, yang dapat menumbuhkan tanam-tanaman untuk mencukupi kebutuhan hidup kami. Maka kami mohon berkatilah kami agar kami senantiasa giat bekerja untuk semakin memuliakan dan meluhurkan nama-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
U : Amin.
PENUTUP
Pengumuman (dapat diadakan kolekte dan sesudah dirasa cukup selanjutnya mempersiapkan hati untuk memohon berkat Tuhan)
Berkat
P : Tuhan beserta kita
U : Sekarang dan selama-lamanya
P : Semoga Allah Yang Mahakuasa memberkati kita Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus (masing-masing membuat tanda salib)
Nyanyian Penutup
“Ya Tuhan aku datang melakukan kehendak-Mu”

Gagasan Dasar APP Tahun 2013

Pengantar
            Hidup sejahtera merupakan harapan semua orang. Pendapat umum mengatakan bahwa orang dikatakan sudah hidup sejahtera bila cukup sandang, pangan, papan, terjamin kesehatan dan pendidikannya. Namun demikian kesejahteraan tentu tidak hanya diukur dari sisi duniawi saja. Kesejahteraan juga menyangkut  segi batin seseorang. Kedekatan seseorang dengan Allah sebagai sumber kehidupan juga merupakan salah satu sisi ukuran kesejahteraan seseorang. Manusia diharapkan sungguh-sungguh menyadari bahwa segala yang duniawi itu berasal dari Allah yang diberikan kepada kita secara cuma-cuma.
            Untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, Allah menciptakan barang-barang duniawi berupa alam semesta dan segala isinya. Allah memberi tugas kepada manusia,”penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala yang merayap di bumi” (Kej 1:28). Manusia dipanggil oleh Allah untuk “berkuasa” atas alam semesta demi kesejahteraan hidupnya. Manusia diberi wewenang dan tanggung jawab mengolah bumi dan segala isinya melalui kerjanya. Karena itu dalam mengerjakan alam ciptaan itu manusia ditentukan Allah sebagai penjaga yang bijaksana dan adil (bdk. Redemptor Hominis, art.15)
            Melalui kerjanya manusia memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan sumber-sumber alam pemberian Tuhan. Tantangan yang kita hadapi saat ini berkaitan dengan kerja manusia adalah pudarnya atau bahkan hilangnya kebijaksanaan. Manusia menjadi menjadi serakah. Kerja hanya melulu mengejar materi sehingga untuk memenuhi materi itu manusia mengorbankan harga dirinya. Manusia sebagian sudah kehilangan kendali kebijaksanaan, budaya korupsi, merampas harta orang lain sudah dianggap hal yang wajar. Orang tidak tahu malu lagi, mereka bekerja tidak semestinya. Sudah saatnya kita kembali memaknai kerja sebagai upaya kita bersama untuk menjadi rekan sekerja Allah dalam “menguasai” alam semesta. Hasil bumi dan alam sekitar yang melimpah bukan untuk memperkaya diri sendiri tetapi untuk membangun kesejahteraan kita bersama. Melalui pekerjaan yang kita tekuni apapun pekerjaan kita, kita ingin memberi kesaksian bahwa kerja itu suci. Kerja itu suci jika dilaksanakan dengan jujur, gembira, bijaksana dan mensejahterkan kehidupan bersama.

Makna Kerja Secara Biblis dan Teologis
            Sebagai orang beriman, hal-hal yang berkaitan dengan kerja sudah semestinya jika kita tempatkan dalam terang Kitab Suci. “Perjanjian Lama menampilkan Allah sebagai Pencipta mahakuasa (bdk. Kej 2:2; Ayb 38-41; Mzm 104; Mzm 147) yang membentuk manusia seturut citra-Nya dan mengundang dia untuk mengolah tanah (bdk. Kej 2:5-6) serta mengusahakan dan memelihara taman Eden di mana Allah telah menempatkannya. Kepada pasangan manusia pertama Allah mempercayakan tugas untuk menaklukkan bumi dan berkuasa atas semua makhluk hidup (bdk. Kej 1:28). Namun kekuasaan yang dilaksanakan manusia atas semua makhluk hidup yang lain, bukanlah sesuatu yang lalim atau sewenang-wenang; sebaliknya, ia harus “mengusahakan dan memelihara” (Kej 2:15) harta benda yang telah diciptakan Allah. Harta benda ini tidak diciptakan manusia, tetapi telah diterimanya sebagai suatu karunia berharga yang ditempatkan Sang Pencipta di bawah tanggung jawabnya. Mengusahakan bumi berarti tidak membiarkan dan menelantarkannya; menaklukkannya berarti memeliharanya, seperti seorang raja arif yang mengayomi rakyatnya dan seorang gembala yang menjaga kawanan dombanya.” (Kompendium ASG No.255).
            Gereja sungguh menghargai setiap pekerjaan dan menempatkan manusia sebagai subyek atas pekerjaan. Sebagai ciptaan yang sungguh amat baik, ciptaan yang mempunyai akal budi, manusia sungguh-sungguh dipercaya oleh Allah dalam meneruskan karya Allah yang begitu agung dan mulia. Kita diharapkan dapat menemukan nilai-nilai dalam setiap pekerjaan untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan dan sesama. Sebab sering kali masih kita jumpai dimana orang begitu sibuk dengan pekerjaannya sehingga melupakan  Tuhan dan sesama. Mungkin masih ada di antara kita yang tidak sempat ikut kegiatan lingkungan karena alasan pekerjaan. Bisa jadi kesibukan kerja dapat menjauhkan kita dengan Tuhan dan sesama. “Dalam khotbah-Nya, Yesus mengajarkan agar manusia jangan diperbudak oleh kerja. Sebelum segala sesuatu yang lain, ia mesti peduli dengan jiwanya; memperoleh seluruh dunia bukanlah tujuan hidupnya (bdk. Mrk 8:36). Harta benda duniawi malah fana, sedangkan harta milik surgawi tidak dapat binasa. Pada harta milik yang terakhir itulah manusia mesti menaruh hati mereka (bdk. Mat 6:19-21). Maka, kerja tidak boleh menjadi sumber kecemasan (bdk. Mat 6:25,31,34). Kalau orang khawatir dan menyusahkan dirinya dengan banyak hal, mereka menanggung risiko akan mengabaikan Kerajaan Allah beserta kebenaran-Nya (bdk. Mat 6:33), yang sebenarnya mereka butuhkan. Segala sesuatu yang lain, termasuk kerja, akan menemukan tempat, makna dan nilainya yang tepat jika diarahkan kepada hanya satu yang perlu dan yang tidak akan diambil darinya (bdk. Luk 10:40-42) (Kompendium ASG No.260)
            Yesus sendiri adalah seorang pekerja. Ia hidup di keluarga Nasareth bersama dengan Yusup, seorang tukang kayu dan bersama dengan Maria. Yesus juga mencela perilaku hamba yang tidak berguna, yang menyembunyikan talentanya di dalam tanah (bdk. Mat 25:14-30) dan memuji hamba yang setia lagi bijaksana yang didapati sang Tuan sedang melakukan tugas yang telah dipercayakan kepadanya (bdk. Mat 24:46). Yesus menerangkan misiNya sendiri sebagai ihwal bekerja:”BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga” (Yoh 5:17) (Kompendium ASG No.259)

Martabat Kerja dan Martabat Manusia
            Kerja manusia memiliki dua makna ganda: obyektif dan subyektif. Dalam arti obyektif, kerja merupakan jumlah aneka kegiatan, sumber daya, sarana serta teknologi yang digunakan menusia untuk menghasilkan barang-barang. Kerja dalam arti objektif merupakan segi yang dapat berubah dari kegiatan manusia, yang senantiasa bervariasi dalam bentuk ungkapannya sesuai dengan kondisi-kondisi teknologi, budaya, sosial dan politik yang tengah berubah.
            Dalam arti subyektif, kerja adalah kegiatan pribadi manusia sebagai makluk dinamis yang mampu melaksanakan aneka ragam tindakan yang merupakan bagian dari proses kerja dan yang bersepadanan dengan panggilan pribadinya. Kerja dalam arti subjektif adalah matranya yang stabil, karena tidak bergantung pada orang-orang yang menghasilkannya atau pada jenis kegiatan yang mereka lakukan, tetapi hanya dan semata-mata pada martabat mereka sebagai manusia. Pemilahan ini penting, baik untuk memahami apa yang menjadi landasan paling tinggi nilai dan martabat kerja, maupun yang berkenaan dengan berbagai kesukaran dalam menata sistem ekonomi dan sistem sosial yang menghormati hak asasi manusia. (Kompendium ASG No.270)
            Memang harus diakui bahwa antara kerja dan kehidupan ekonomi ada kaitan yang begitu erat. Kebanyakan orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Singkatnya, orang bekerja untuk mendapatkan uang. Fakta ini tidak dapat disangkal. Dengan bekerja orang berharap kesejahteraan hidupnya meningkat dan akhirnya tidak jatuh dalam kemiskinan. Sebab saat ini masalah kemiskinan manusiawi cukup menonjol dan masih dirasakan oleh banyak orang. Di satu pihak bisa diamati bahwa belum semua jenis pekerjaan menguntungkan semua orang, dan dari lain pihak disadari bahwa sikap manusia terhadap kerja cukup berbeda. Namun demikian kerja harus dipandang dan diperlakukan sebagai kunci seluruh persoalan sosial (bdk. Laborem Exercens art.3). Karena itu makna dan nilai kerja pertama-tama harus diarahkan sebagai suatu tindakan yang membebaskan manusia dari kemiskinan dan keterbelakangan. Unsur non ekonomis dalam kerja manusia tidak boleh diabaikan atau dimatikan oleh unsur yang semata-mata bercorak ekonomis, antara lain mendapatkan keuntungan stinggi-tingginya, konsumsi sampai habis, penghisapan dan penindasan manusia lain. Dalam setiap pekerjaan martabat manusia tetap harus dijunjung tinggi sebab mereka adalah pribadi yang luhur, citra Allah sendiri. Maka dari itu setiap orang apapun pekerjaannya harus diperlakukan secara manusiawi.
            Dalam setiap pekerjaan, manusia harus mendapat kesempatan untuk mengungkapkan kepribadiannya; hasil kerjanya hendaknya memampukan manusia untuk mengembangkan harga diri. Dengan bekerja, manusia mengungkapkan dan menyempurnakan diri. Sekaligus kerja mempunyai dimensi sosial karena hubungannya dengan keluarga maupun dengan kesejahteraan sosial (Centesimus Anus art.6). Kerja, baik kerja di kantoran, buruh pabrik, penjual rokok di pinggir jalan, pemulung, petani, nelayan sampai kerja yang dilakukan oleh ibu rumah tangga, merupakan ungkapan hakiki dari kepenuhan pribadi manusia yang adalah Gambar dan Citra Allah.  Landasan untuk menetapkan makna dan nilai kerja manusia bukanlah pertama-tama corak kerja yang sedang dijalankan, melainkan kenyataan bahwa pelakunya adalah pribadi manusia (Laborem Exercens art. 6).
            Kenyataannya, masih banyak terjadi bahwa kerja manusia lebih diukur oleh pengalaman yang coraknya terlalu materialistik. Hal seperti ini dapat kita maklumi karena kerja dan penghidupan yang layak berkaitan erat sekali. Sebagaimana ditegaskan dalam Ajaran Sosial Gereja,”Kerja mempunyai suatu tempat terhormat karena kerja merupakan sumber berbagai kekayaan, atau setidak-tidaknya syarat bagi suatu kehidupan yang layak, dan pada prinsipnya merupakan sebuah sarana yang efektif melawan kemiskinan (bdk. Ams 10:4). Namun orang tidak boleh jatuh ke dalam godaan menjadikan kerja sebagai berhala, sebab makna kehidupan yang paling tinggi dan menentukan tidak boleh dicari dan ditemukan dalam kerja. Kerja itu hakiki, namun Allah itulah – dan bukan kerja – yang merupakan sumber kehidupan serta tujuan akhir manusia” (Kompendium ASG 257).
            Ajaran Gereja mencita-citakan hal seperti itu. Namun cita-cita kadang berbeda dengan kenyataan. Kemiskinan masih mewarnai kehidupan kita. Orang membutuhkan makan, orang membutuhkan uang untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Tidak jarang kita masih menjumpai seorang anak harus bekerja membantu orang tuanya karena himpitan ekonomi. Ada yang menjadi pemulung, pengamen atau bahkan menjadi buruh. Kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang layak dan memadai menjadi hilang. Orang menjadi tidak peduli lagi apakah kerjanya menjadikannya semakin seorang manusia menurut gambar pencipta-Nya atau tidak. 
            Pekerjaan apapun harus diarahkan untuk menjunjung tinggi martabat manusia sebab manusia adalah subyek atas pekerjaannya. Gereja menegaskan bahwa,” Kerja manusia tidak hanya berasal dari pribadi, tetapi juga secara hakiki ditata menuju dan memiliki sasaran akhirnya pada pribadi manusia. Terlepas dari muatan objektifnya, kerja mesti diarahkan kepada subjek yang melaksanakannya, karena tujuan kerja, jenis kerja yang mana pun, adalah selalu manusia. Bahkan walaupun orang tidak dapat mengabaikan komponen objektif kerja yang berkenaan dengan kualitasnya, namun bagaimanapun juga unsur tersebut mesti dikebawahkan pada perwujudan diri pribadi, dan karenanya pada matra subjektif, dan berkat itu pula menjadi mungkinlah untuk menegaskan bahwa kerja untuk manusia dan bukan manusia untuk kerja. “Selalu manusia itulah yang merupakan tujuan kerja, entah kerja mana pun yang dijalankannya – juga kalau tatanan nilai pada umumnya menganggapnya sebagai sekadar ‘pengabdian’ belaka, sebagai kerja yang sangat monoton, bahkan kerja yang paling
mengasingkan.” (Kompendium ASG no.272).

Spiritualitas Kerja
            Spiritualitas kerja manusia ha  rus digali dari semangat hidup Yesus sendiri. Yesus juga seorang pekerja keras. Siang malam Dia terus bekerja melalui sabda dan karyaNya sehingga makanpun tidak sempat (bdk. Mrk 6:31). Selama pelayananNya di atas bumi, Yesus bekerja tiada heti-hentinya, seraya melakukan perbuatan-perbuatan menakjubkan untuk membebaskan manusia dari penyakit, penderitaan dan kematian. Bahkan hari Sabat yang menjadi larangan dalam tradisi Yahudi untuk bekerja tetap dijadikan sarana bagi Yesus untuk berbuat baik. “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat” (Mrk 2:27). Dengan menyembuhkan orang pada hari Sabat Ia berkehendak menunjukkan bahwa hari Sabat adalah milikNya, karena sesungguhnya Ia adalah Putra Allah, dan bahwa inilah hari ketika manusia hendaknya membaktikan diri mereka kepada Allah dan kepada sesama (Kompendium ASG No.261). Dan satu hal yang menarik adalah bahwa di dalam Yesus Kristus, dunia yang telah rusak oleh dosa manusia, melalui karyaNya telah dipulihkan kembali hubungannya dengan Allah sumber ilahi Kebijaksanaan dan Cinta Kasih. Dengan cara ini, artinya, seraya menerangkan dalam takaran yang semakin besar “kekayaan Kristus yang tak terduga” (Ef 3:8) dalam ciptaan, kerja manusia menjadi sebuah pelayanan yang diangkat ke kemuliaan Allah.
            Sebagai umat beriman, kitapun sudah semestinya dalam bekerja selalu berpegang pada semangat dan perintah Kristus. Dalam kisah panggilan murid-murid yang pertama dikisahkan amat bagus oleh Lukas. Ketika itu Simon dan kawan-kawannya sudah bekerja sepanjang malam namun tidak mendapatkan apa-apa. “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga. Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak” (Luk 5:5-6). Kerja dalam bentuk apapun harus dimengerti sebagai keikutsertaan pribadi Yesus Kristus, manusia pekerja (Laborem Exercens art.25). Orang beriman kristiani yang melaksanakan pekerjaannya berdasarkan prinsip iman kristiani mewujudkan kemuridan Kristus dalam hidupnya. Keutamaan-keutamaan yang mesti  dihidupi dalam kerja adalah tanggung jawab, disiplin, kerja keras, inisiatif dan kreatif, jujur, cermat, tertib, tekun dan teliti.
            Selain keutamaan-keutamaan tersebut di atas, sebagai murid-murid Yesus Kristus, spriritualitas salib juga harus ditempatkan dalam setiap pekerjaan kita. Berulang kali Yesus menegaskan bahwa Anak Manusia harus menderita sengsara dan pada hari ketiga dibangkitkan dari alam maut (bdk. Mrk 8:31). Sejak awal karyaNya, Yesus menegaskan bahwa pekerjaanNya adalah melaksanakan kehendak Bapa (bdk. Yoh 4:34). Kehendak Bapa tersebut dituntaskan oleh Yesus saat Dia ditinggikan dan wafat di kayu salib (bdk. Yoh 20:30). Yesus setia dan taat kepada kehendak Bapa sampai wafat. Ini mengandung arti yang sangat dalam bahwa bekerja membutuhkan totalitas atau kterlibatan sepenuh hati dan harus dapat menyelesaikan sampai tuntas. Kerja mewakili satu matra hakiki dari keberadaan manusia sebagai keterlibatan tidak saja dalam tindakan penciptaan tetapi juga tindakan penebusan. Orang-orang yang menerima tanpa mengeluh keras dan sulitnya kerja dalam persatuan dengan Yesus, dalam arti tertentu mereka bekerja sama dengan Sang Putra Allah dalam karya penebusan-Nya, dan menunjukkan bahwa mereka adalah para murid Kristus seraya memikul salib-Nya setiap hari, dalam kegiatan baginya mereka dipanggil untuk melaksanakannya. Seturut perspektif ini, kerja dapat dipandang sebagai sebuah sarana pengudusan serta menerangi aneka realitas duniawi dengan Roh Kristus (Kompendium ASG No.263)


Disusun oleh: APP PSE Keuskupan Agung Semarang

Minggu Biasa V/C – 10 Februari 2013 : SURAT GEMBALA PRAPASKA 2013



Minggu Biasa V/C – 10 Februari 2013
Yes 6:1-2a;3-8; 1Kor 15:1-11; Luk 5:1-11

SURAT GEMBALA PRAPASKA 2013

“Bertolak ke tempat yang dalam,
mengemban perutusan dan berbuah”

Saudari-saudaraku terkasih,

Suasana sukacita perayaan Natal dan tahun baru 2013 yang menggembirakan hidup beriman dan pengalaman  sehari-hari, baru saja berlalu. Kini kita  sudah akan memasuki masa prapaska, waktu dan kesempatan yang penuh rahmat untuk mempersiapkan perayaan Paska. Masa prapaska tahun ini terasa begitu istimewa karena kita jalani di tengah-tengah kegembiraan kita menjalani Tahun Iman (11 Oktober 2012 – 24 November 2013). Kita bersyukur atas karunia iman yang dilimpahkan kepada kita yang dinyatakan saat kita menerima sakramen baptis. Masa prapaska merupakan saat yang tepat untuk mengenangkan dan menyiapkan baptis dan membina pertobatan. Masa itu secara intensif mengajak umat beriman untuk mendengarkan sabda Allah dan berdoa, dan dengan demikian menyiapkan diri untuk merayakan misteri Paska (SC 109). Meskipun disebut masa intensif bukan berarti kita hanya berdiam diri tidak melakukan kegiatan dan aktivitas. Justru sebaliknya, kita tetap giat menjalani tugas-tugas, kegiatan-kegiatan dan pekerjaan-pekerjaan rutin kita setiap hari. Dalam pekerjaan-pekerjaan itu kita menghayati panggilan dan perutusan kita masing-masing.

Saudari-saudara terkasih,

Sebagai umat beriman kita bersyukur,  bahwa Allah terus bekerja untuk kesejahteraan dan kebahagiaan kita. Dalam karyaNya itu Allah melibatkan banyak orang agar cinta kasihNya dapat dirasakan secara nyata dalam kehidupan. Panggilan dan perutusan Nabi Yesaya menegaskan akan kesungguhan hati Allah untuk kebahagiaan umatNya, ”Siapakah yang akan Kuutus dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Ketika itu Yesaya menjawab, ”Ini aku utuslah aku!” (Yes 6:8). Kesanggupan dan keberanian Yesaya ini juga kita temukan dalam diri Simon Petrus yang berani bertolak ke tempat yang dalam. Keberanian Simon Petrus ini bukanlah kesanggupan dan keberanian tanpa dasar, namun sebuah kesanggupan dan keberanian berdasarkan iman,   didasarkan atas perintah Yesus, ”Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan” (Luk 5:4)

Simon Petrus yang telah putus harapan karena sepanjang malam bekerja keras namun tidak mendapat seekor ikan pun akhirnya berani menebarkan jala kembali ketika ada sentuhan hati dari Yesus yang memberikan semangat “tebarkanlah jalamu” (bdk. Luk 5:5). Kutipan ini menyadarkan kita bahwa di saat-saat kita mengalami kelesuan, kegagalan, keputus-asaan, ketidakberdayaan, keterpurukan, merasakan kekecilan diri kita, kita perlu kembali kepada Yesus pokok iman kita dan mendengarkan sabdaNya. Kesadaran akan kekecilan diri kita terungkap dalam kata-kata Simon Petrus, ”Tuhan, pergilah dari padaku sebab aku ini seorang berdosa” (Luk 5:8). Akan tetapi justru ketika Simon Petrus menyadari akan kelemahan dan kerapuhan dirinya, Yesus meneguhkan dan menguatkan,”Jangan takut, mulai sekarang engkau akan menjala manusia” (Luk 5:10). Dalam kelemahan dan kerapuhan, kita dipanggil dan diutus supaya menjadi nyata kekuatan Allah bagi kita. Kita menjadi semakin rendah hati dan tidak menyombongkan diri dengan mengandalkan kekuatan diri kita sendiri. Kita semakin yakin bahwa kasih karunia yang dianugerahkan oleh Allah kepada kita tidak sia-sia (bdk. 1Kor 15:10).

Saudari-saudara yang terkasih,

Masa prapaska adalah masa yang sangat tepat untuk menyadari segala kelemahan dan kerapuhan kita. Masa ini menjadi masa yang penuh rahmat untuk membangun sikap tobat, memperbarui diri dan membangun masa depan yang penuh harapan. Meski kita lemah dan rapuh, kita tidak boleh terpuruk dalam keputus-asaan. Saatnya kita bangkit bersama dengan Kristus sebagaimana juga dialami oleh Paulus. Ia merasa diri yang paling hina, namun karena kasih karunia Allah, ia bekerja lebih keras bagi karya kerasulannya mewartakan Yesus Kristus (bdk. 1Kor 15:10).

Kesadaran bahwa kita lemah dan rapuh, mendorong kita untuk membangun hidup berlandaskan iman dan mewujudkannya dalam pekerjaan-pekerjaan kita sehari-hari. Melalui tema APP 2013 “Semakin Beriman Dengan Bekerja Keras dan Menghayati Misteri Salib Tuhan” kita ingin mendasari seluruh hidup kita dengan iman yang kokoh. Iman menjadi landasan pokok untuk menekuni setiap panggilan dan perutusan kita. Kalau kita dipanggil dan diutus menjadi guru, karyawan, pedagang, pegawai kantor, pengusaha, ibu rumah tangga, tukang sapu dan profesi apa pun, harus disadari bahwa melalui pelayanan-pelayanan itu kita mewujudkan iman kita. Harapan kita, melalui karya-karya dan kerja keras kita seperti itu, hidup beriman kita semakin mendalam dan tangguh dan akhirnya menghasilkan banyak buah. Kita dapat belajar dari Simon Petrus, setelah mendapat semangat dari Yesus, kerja keras Simon Petrus menghasilkan tangkapan yang banyak seperti dikatakan dalam Injil, ”Dan setelah mereka malakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak” (Luk 5:6).

Saudari-saudara yang terkasih,

Kita bersyukur atas panggilan dan perutusan yang kita terima dari Tuhan. Melalui karya-karya dan pekerjaan-pekerjaan kita, kita ingin mempersembahkan diri kita kepada Tuhan yang telah memberikan segala kasih karuniaNya kepada kita. Dengan gembira kita senantiasa bertolak ke tempat yang dalam, agar seluruh hidup kita berbuah bagi banyak orang.

Buah-buah itu kita petik dari setiap pekerjaan yang kita jalani dalam ketekunan, kesetiaan dan kesabaran. Melalui pekerjaan-pekerjaan tersebut kita tidak hanya ingin mengupayakan berkat dan rejeki bagi kita, namun sekaligus kita ingin menyelaraskan seluruh kehidupan  kita dengan misteri salib Tuhan. Rahmat yang kita terima dari salib Tuhan adalah penebusan atas dosa-dosa kita. Setiap pekerjaan yang kita jalani adalah juga salib kehidupan kita karena menghasilkan banyak buah bagi keluarga, sesama dan banyak orang lain di sekitar kita. Sabda Yesus yang senantiasa kita dengar semakin meneguhkan kita, ”Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku” (Luk 9:23).

Saudari-saudara yang terkasih,

Sudah bertahun-tahun selama masa prapaska, kita menyisihkan sebagian rejeki dari hasil pekerjaan dan jerih lelah kita sebagai bentuk solidaritas dan kepedulian kepada sanak-saudara yang miskin dan menderita. Solidaritas itu kita wujudkan dalam gerakan Aksi Puasa Pembangunan. Gerakan APP sebagai wujud konkret dari laku tobat, puasa dan pantang kita, bukan hanya gerakan mengumpulkan uang, tetapi sarana mengumpulkan orang dalam paguyuban yang berlandaskan kasih. Maka dari  itu dalam semangat solidaritas dan persaudaraan yang penuh kasih, marilah kita terus bertolak ke tempat yang dalam, bekerja keras dan bertindak, mengemban perutusan, mewujudkan iman kita agar hidup kita berbuah dan menjadi berkat bagi banyak orang.

Akhirnya, secara tulus saya menghaturkan banyak terima kasih kepada saudari-saudara semua yang dengan caranya masing-masing terlibat mengembangkan Gereja Keuskupan Agung Semarang. Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkat bagi saudari-saudara, keluarga-keluarga dan komunitas-komunitas Anda.

Salam, doa dan Berkah Dalem,

Semarang, 25 Januari 2013
Pada Pesta Bertobatnya Santo Paulus

† Mgr. Johannes Pujasumarta
Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy