| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Minggu, 27 Februari 2011 Hari Minggu Biasa VIII

Minggu, 27 Februari 2011
Hari Minggu Biasa VIII

"...janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Mat 6:34)

Antifon Pembuka

Tuhan telah menjadi pelindungku, dan mengantar aku ke tempat yang lapang. Ia menyelamatkan daku karena menyayangi aku.

Doa Renungan

Allah Bapa kami di surga, sumber pengharapan, kepada mereka yang takut menghadapi hari esok dan prihatin memandang hari kemudian, Engkau memberikan kepastian bahwa tiada orang yang tidak Kauperhatikan dan Kausayangi. Kami mohon kuatkanlah kami bila kami merasa bimbang dan kurang percaya. Semoga kami tak henti-hentinya mencari dan mengutamakan kerajaan surga dan keadilannya. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.

Pembacaan dari Kitab Yesaya (49:14-15)

"Aku tidak melupakan dikau."

Sion berkata: "Tuhan telah meninggalkan aku dan Tuhanku telah melupakan aku." Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 2/4, PS 842
Ref. Hanya pada Tuhanlah hatiku tenang.
Ayat. (Mzm 62:2-3.6-7.8-9ab; Ul: 6a)

1. Hanya dekat Allah saja aku tenang dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batu dan keselamatanku. Hanya Dialah kota bentengku, aku tidak akan goyah.
2. Hanya pada Allah saja aku tenang. Sebab dari pada-Nyalah harapanku. Hanya Dialah gunung batu dan keselamatanku. Hanya Dialah kota bentengku, aku tidak akan goyah.
3. Pada Allah ada keselamatan dan kemuliaanku. Gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah. Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat. Curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya.

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1Kor 4:1-5)

"Tuhan akan memperlihatkan apa yang direncanakan dalam hati."


Saudara-saudara, hendaklah orang yang memandang kami sebagai hamba Kristus dan pengurus rahasia Allah. Yang dituntut dari pengurus yang demikian ialah bahwa mereka nyata-nyata dapat dipercayai. Bagiku sedikit sekali artinya entah aku dihakimi oleh kalian, entah oleh suatu pengadilan manusia. Malahan aku sendiri tidak menghakimi diriku. Memang aku tidak sadar akan sesuatu, tetapi bukan karena itulah aku dibenarkan. Yang menghakimi aku ialah Tuhan. Karena itu janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Dialah yang menerangi juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan. Dialah pula yang akan memperlihatkan apa yang direncanakan dalam hati. Pada saat itulah tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 961
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya

Ayat. (Ibr 4:12)
Firman Allah itu hidup dan kuat, sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (6:24-34)

"Janganlah khawatir akan hari esok."

Dalam khotbah di bukit, berkatalah Yesus, "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Dalam bacaan Injil kali ini, setelah mengajak para murid memeriksa siapa sebenarnya yang mereka junjung, Tuhan Allah atau harta kekayaan "mamon" (Mat 6:24), Yesus menegaskan tak perlulah orang merisaukan apa yang bakal mereka makan dan minum, pakaian apa yang dapat disandang - kan dalam hidup ini ada hal yang lebih penting (ay. 25). Diberikan pula lima penjelasan mengapa kerisauan itu tak perlu adanya - serahkan saja pada Tuhan semuanya: Tuhan memberi makan burung-burung - apalagi kepada manusia (ay. 26). Juga tak usah ributkan hidup panjang (ay. 27). Bunga-bunga saja dibuat Tuhan tampil menarik, tak perlu khawatirkan mau pakai pakaian apa agar menarik (ay. 28-30). Bapa di surga tahu apa yang dibutuhkan manusia (ay. 31-32). Maka tak usah risaukan apa yang bakal datang, puaslah dengan yang diperoleh hari ini - di situlah Kerajaan Allah dan kehendak-Nya! (ay. 33).

Mendengarkan Mat 6:24-34 tidak mudah. Apa kiita diajar agar tak usah memikirkan masa depan dan membiarkan diri dipelihara Tuhan. Ya memang begitu. Tapi dapatkah itu terjadi dalam dunia nyata? Dalam hidup sehari-hari? Kais pagi makan pagi dan kais petang makan petang? Seperti masyarakat yang masih hidup berpindah-pindah berhuma, ambil apa yang disediakan alam? Menyandarkan diri pada bantuan dari luar? Apa Injil mengajarkan hidup ekonomi parasit? Dan pastur mesti mengkhotbahkannya? Bagaimana bila nanti di kantong kolekte bukannya ditemukan lembaran uang kertas, tapi secarik kertas dengan rujukan ke Injil hari Minggu ini?

TAK PERLU KHAWATIR?

Manusia itu makhluk berekonomi, yang hidupnya bisa berlangsung bila ditata, diatur agar bisa mendapatkan yang dibutuhkan dan dengan demikian hidupnya itu terasa berharga, berhasil, patut dikembangkan terus Dalam masyarakat tertentu memang orang tak perlu khawatir akan masa depan karena masyarakat menjamin hidup dari hari ke hari. Alam pun bisa menjamin. Namun bukan inilah yang ditampilkan Injil kali ini. Bukan pula yang diajarkan Yesus. Kepasrahan kepada Bapa di surga tidak melepaskan tugas mengurus hidup ekonomi rumah tangga. Bila mengajarkan kemalasan mengurus kehidupan maka Injil tak bisa lagi dipercaya. Hanya seperangkat ucapan suci tanpa arti. Dan pelayan umat janganlah memerosotkan Injil ke situ.

Zaman sekarang di masyarakat modern mau tak mau orang perlu merencanakan masa depan. Nah di sini persoalannya. Ada hidup dan masa depan dirancang dan dikejar berdasarkan pada kekhawatiran, dengan perhitungan bakal serba kekurangan. Maka simpanlah sebanyak-banyaknya, pakailah sesedikit mungkin. Ini hidup kikir. Penimbun yang hidupnya merana dan membuat orang-orang sekitarnya merana pula. Gaya hidup ini sebenarnya tidak memberi peluang pada Tuhan untuk memperhatikan manusia. Semuanya diurus sendiri. Tak ada lagi dimensi dari Tuhan dalam hidup. Ini keliru.

Ini juga sebenarnya yang dimaksud dalam Injil ketika menyindir bahwa orang tak bisa mengabdi pada dua tuan, Tuhan Allah dan kekayaan atau "mamon" (Mat 6:24). Dalam keadaan ini orang memang masih mengakui kebesaran Tuhan Allah, tapi pada saat yang sama tidak memberi ruang bagiNya karena semua diurus sendiri. Keagamaan seperti ini sulit berkembang.

Tetapi ada pula hidup yang ditata baik-baik dengan perhitungan agar bisa mencapai yang diinginkan tanpa kekhawatiran yang mencekik. Ini yang membuat hidup berarti. Ini juga yang memungkinkan orang percaya bahwa dari hari ke hari ada kesempatan untuk hidup terus. Inilah yang menjadi dasar pernyataan dalam Mat 6:34. "Janganlah kamu khawatir tentang hari esok, karena hari esok mempunyai kekhawatirannya sendiri. kesusahan sehari cukuplah untuk sehari". Bisa diingat salah satu permintaan yang disampaikan dalam doa yang diajarkan Yesus, "...Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya" (Mat 6:11, rumusan dalam doa Bapa kami ialah "Berilah kami rezeki pada hari ini.")

CARILAH DAHULU KERAJAAN ALLAH...

TANYA: Mau tanya apa yang dimaksud dengan "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kehendakNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" dalam Mat 6:33.

JAWAB: Akan jelas bila dihubungkan dengan Mat 6:24 yang mengatakan orang tak bisa mengabdi pada dua tuan, Allah dan Mamon (=kekayaan). Kerajaan Allah dan kehendakNya itu kekayaan batin. Inilah yang dianjurkan agar diabdi. Bila begitu yang lain - "mamon" dan harta - akan menjadi penunjang, bukan saingan.

TANYA: Jadi bukan dimaksud agar orang menyingkir dari upaya memenuhi kebutuhan jasmani, cari makan, nafkah dan menyimpan bagi masa depan?

JAWAB: Betul. Yang diajarkan ialah memberi ruang pada hidup batin, membangun Kerajaan Allah dalam kehidupan ini.

TANYA: Jadi bukan ajaran bahwa Kerajaan Allah itu berlawanan dengan kehidupan ekonomi sehat di bumi ini. Apa urusan mendahulukan Kerajaan Allah itu nanti tidak malah menjurus ke arah omong-omong suci yang sebetulnya bohong sedangkan yang sebenarnya dijadikan pegangan ialah yang diam-diam dijalankan - hidup ekonomi?

JAWAB: Bila dipertentangkan begitu saja maka hidup beragama jadi masalah. Agama dijadikan alternatif kehidupan ekonomi. Ini bisa runyam. Hidup beragama nanti hanya jadi semacam public lies - kebohongan yang diulang-ulang di muka umum, sedangkan yang dilakukan ialah yang diam-diam dipegang sebagai keyakinan pribadi "private truths".

TANYA: Wah, ini eksegese kok seperti analisis sosial. Apa barusan baca bukunya ahli ekonomi terkenal Timur Kuran, "Private Truths, Public Lies: The Social Consequences of Preference Falsification" (Cambridge, Mass: Harvard University Press 1997)?

JAWAB: Buku itu tak bicara soal eksegese, tapi mengenai ekonomi dan agama di Timur Tengah. Perilaku beragama sering bisa dianalisis sebagai basa basi umum belaka,sedangkan yang dipegang ialah keyakinan lain yang tak bisa dilaksanakan akibat kuatnya basa basi itu. Ini terjadi dalam masyarakat yang keberagamaannya kurang sehat. Di situ mendahulukan "Kerajaan Allah" tak dimungkinkan terjadi karena tercekik keagamaan sendiri. Menarik bukan? Tapi kita bicarakan analisis ini lain kali saja deh. Masih ngantuk akibat jetlag balik dari mudik.

Salam dari Roma,
A. Gianto

Sabtu, 26 Februari 2011 Hari Biasa Pekan VII

Sabtu, 26 Februari 2011
Hari Biasa Pekan VII

Seperti Bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia --- Mzm 103:13

Doa Renungan

Allah Bapa kami di surga, Engkau mencintai siapa saja di muka bumi ini, tak terkecuali anak-anak kecil. Engkau menjadi sumber sukacita dan kegembiraan bagi anak-anak. Ajarlah kami agar kami pun menjadi sumber sukacita dan kegembiraan bagi anak-anak kami. Kami berdoa secara khusus bagi anak-anak kami, berkatilah mereka dan bantulah mereka agar kelak menjadi anak yang berbakti bagi Gereja dan masyarakat kami. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Pembacaan dari Kitab Putra Sirakh (17:1-15)

Manusia diciptakan Tuhan dari tanah, dan ke sana akan dikembalikan juga. la menganugerahkan kepadanya sejumlah hari dan jangka, dan memberinya kuasa atas segala sesuatunya di bumi, Kepadanya dikenakan kekuatan yang serupa dengan kekuatan Tuhan sendiri dan menurut gambar Allah dijadikan-Nya. Di dalam segala makhluk yang hidup Tuhan menaruh ketakutan kepada manusia, agar manusia merajai binatang dan unggas. Lidah, mata dan telinga dibentuk-Nya, dan manusia diberi-Nya hati untuk berpikir. Tuhan memenuhi manusia dengan pengetahuan yang arif, dan menunjukkan kepadanya apa yang baik dan apa yang jahat. la menanamkan mata-Nya sendiri di dalam hati manusia untuk menyatakan kepadanya keagungan pekerjaan Tuhan. Maka manusia mesti memuji nama Tuhan yang kudus untuk mewartakan pekerjaan-Nya yang agung. Tuhan telah mengaruniai manusia pengetahuan lagi dengan memberi mereka hukum kehidupan menjadi milik pusaka. Perjanjian kekal diikat-Nya dengem mereka, dan segala hukum-Nya dipermaklumkan-Nya kepadanya. Mata mereka telah melihat kemuliaan Tuhan yang agung, dan suara-Nya yang dahsyat telah didengar telinga mereka. la berkata kepada mereka: "Jauhilah setiap kelaliman," dan masing-masing diberi-Nya perintah mengenai sesamanya. Langkah laku manusia selalu terbentang di hadapan Tuhan, dan tak tersembunyi bagi mata-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Kekal abadilah kasih setia Tuhan atas orang yang takwa kepada-Nya.
Ayat. (Mzm 102:16-18.19-21.29.22-23; R: 20b)
1. Seperti bapa sayang kepada anaknya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takwa. Sebab Dia sendiri tahu dari apa kita dibuat, Dia sadar bahwa kita ini debu.
2. Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput; seperti bunga di padang demikianlah ia berkembang. Apabila angin melintasinya, maka lenyaplah ia, dan tempatnya pun tidak diketahui lagi.
3. Tetapi kekal abadilah kasih setia Tuhan atas orang-orang yang takwa kepada-Nya; sebagaimana kekal abadilah kebaikan-Nya atas anak cucu mereka, asal saja mereka tetap berpegang pada perjanjian-Nya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Terpujilah Engkau, Bapa, Tuhan langit dan bumi, sebab misteri kerajaan Kaunyatakan kepada kaum sederhana.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (10:13-16)

"Barangsiapa tidak menerima Kerajaan Allah seperti anak-anak ini, tidak akan masuk ke dalamnya."

Sekali peristiwa orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus supaya Ia menjamah mereka. Tetapi, murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Melihat itu, Yesus marah dan berkata kepada mereka, "Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku! Jangan menghalang-halangi mereka! Sebab orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu, "Sungguh, barangsiapa tidak menerima Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." Kemudian Yesus memeluk anak-anak itu, meletakkan tangan ke atas mereka, dan memberkati mereka.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Renungan

Setiap petang sepulang dari tempat kerjanya, ayah Santika selalu membawa-bawa oleh-oleh untuk Santika, anak semata wayangnya. Santika yang baru berusia tiga tahun pun selalu merindukan ayahnya pulang. Ia menantikan dengan gembira. Setiap kali sang ayah pulang dari tempat kerjanya. Santika yang masih lucu dan lugu itu segera berlari ke pintu rumah sambil mengangkat kedua tangannya, siap dipeluk dan memeluk sang ayah dengan hangat dan mesra. Sang ayah pun langsung mengeluarkan oleh-olehnya dan memberikannya kepada Santika. Kegembiraan semakin meluap-luap. Momen ini selalu dialami Santika setiap petang sekembalinya sang ayah dari tempat kerjanya.

Hati seorang anak selalu terbuka mengharapkan kasih bapanya. Ia bebas mencintai sebebas ia dicintai. Ia percaya penuh dan tidak menaruh curiga; hatinya polos, murni dan terbuka pada kehangatan kasih bapanya. Yesus menjadikan sikap hati seorang anak kecil ini untuk menggambarkan bagaimana sikap hati kita menyambut Kerajaan Allah.

Kerajaan Allah adalah kerajaan yang penuh kasih, keadilan, dan damai sejahtera, dimana semua penghuninya dirajai dan dipimpin oleh kasih karunia Allah sendiri. Untuk itu Yesus meminta kita meninggalkan ego kita, melupakan kehebatan kita sendiri dan pengalaman-pengalaman pahit di masa lalu supaya kita bisa menerima karunia-karunia Allah, bukan seturut yang kita inginkan, tetapi seturut apa yang kita butuhkan. Sudahkah kita memiliki hati seperti seorang anak kecil supaya bisa menerima karunia-karunia Allah yang kita butuhkan saat ini, di sini?

Tuhan Yesus, anugerahilah aku hati seorang anak kecil yang polos dan murni mengharapkan kasih karunia-Mu yang terbaik bagiku.

Oase Rohani 2011, Renungan dan Catatan Harian

Jumat, 25 Februari 2011 Hari Biasa Pekan VII

Jumat, 25 Februari 2011
Hari Biasa Pekan VII

Orang yang tidak mencintai sesamanya membenci Allah (St. Yohanes dari Salib)

Antifon Pembuka (Sir 6:5-6)

Tutur kata yang manis mendapat banyak sahabat, dan keramahan diperbanyak oleh lidah yang manis lembut. Mudah-mudahan banyak orang berdamai denganmu

Doa Renungan

Allah Bapa, pencipta alam semesta, Engkau menghendaki agar kami hidup dalam kerukunan dan kedamaian. Dalam Yesus Kristus, Putra-Mu, Engkau telah memanggil kami untuk berkumpul dan bersatu dalam persekutuan iman. Semoga kami semua mampu mengembangkan persekutuan paguyuban-paguyuban dalam lingkungan hidup kami, suatu paguyuban yang terbuka dan bersahabat, dan saling mengasihi secara tulus. Singkirkanlah segala ketegaran dan kesombongan hati yang menjauhkan kami dari semangat persaudaraan dan yang memecah belah persekutuan kami. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau, dalam persekutuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, kini dan sepanjang masa. Amin.

Iman yang menyertai persahabatan akan membuat relasi langgeng dan sejati. Akan tetapi, orang tetap perlu waspada dalam relasi sehingga tetap dapat menunjukkan imannya dalam relasi yang baik dan benar, bukan relasi sejauh menguntungkan saja. Persahabatan sejati yang dijiwai iman bertahan dalam semua keadaan terutama saat sahabatnya mengalami kesulitan.

Pembacaan dari Kitab Putra Sirakh (6:5-17)

"Sahabat yang setia, tiada ternilai, dan harganya tiada terbayar."


Tutur kata yang manis mendapat banyak sahabat, dan keramahan diperbanyak oleh lidah yang manis lembut. Mudah-mudahan banyak orang berdamai denganmu, tetapi dari antara seribu hanya satu saja menjadi penasihatmu. Jika engkau mau mendapat sahabat, ujilah dia dahulu, dan jangan segera percaya padanya. Sebab ada orang yang bersahabat hanya selama menguntungkan, tetapi di kala engkau mendapat kesukaran, ia tidak bertahan. Ada juga sahabat yang berubah menjadi musuh, lalu menistakan dikau dengan menceritakan percekcokanmu dengan dia. Ada lagi sahabat yang ikut serta dalam perjamuan makan, tetapi tidak bertahan pada hari kemalanganmu. Pada waktu engkau sejahtera ia sehati sejiwa dengan dikau dan bergaul akrab dengan seisi rumahmu. Tetapi bila engkau mundur ia berbalik melawan dikau serta menyembunyikan diri terhadapmu. Jauhilah para musuhmu, dan berhati-hatilah terhadap para sahabatmu. Sahabat yang setia merupakan pelindung yang kuat; yang menemukannya, menemukan suatu harta. Sahabat yang setia, tiada ternilai, dan harganya tiada terbayar. Sahabat yang setia laksana obat kehidupan; hanya orang yang takwa akan memperolehnya. Orang yang takwa memelihara persahabatan dengan lurus hati, sebab sebagaimana ia sendiri, demikianpun sahabatnya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu.
Ayat. (Mzm 119:12.16.18.27.34.35; R:35)
1. Terpujilah Engkau, ya Tuhan; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.
2. Ketetapan-ketetapan-Mu akan menjadi sumber sukacitaku, firman-Mu tidak akan kulupakan.
3. Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban hukum-Mu.
4. Buatlah aku mengerti petunjuk titah-titah-Mu, supaya aku merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib.
5. Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang hukum-Mu; dengan segenap hati aku hendak memeliharanya.
6. Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab aku menyukainya.

Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali
Ayat.
Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah kebenaran. Kuduskanlah kami dalam kebenaran. Alleluya.

Relasi kesatuan suami isteri menghadirkan kesetiaan Allah kepada manusia. Perceraian karena persoalan manusiawi hanyalah menonjolkan ketegaran hati manusia, bukan kehendak Allah. Kesatuan itu perlu diperjuangkan sehingga orang tidak jatuh dalam dosa perzinahan.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (10:1-12)

"Yang dipersatukan Allah, jangan diceraikan manusia."

Pada suatu hari Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang Sungai Yordan. Di situ orang banyak datang mengerumuni Dia, dan seperti biasa Yesus mengajar mereka. Maka datanglah orang-orang Farisi hendak mencobai Yesus. Mereka bertanya, “Bolehkah seorang suami menceraikan isterinya?” Tetapi Yesus menjawab kepada mereka, “Apa perintah Musa kepadamu?” Mereka menjawab, “Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai.” Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Karena ketegaran hatimulah Musa menulis perintah untukmu. Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka pria dan wanita; karena itu pria meninggalkan ibu bapanya dan bersatu dengan isterinya. Keduanya lalu menjadi satu daging. Mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu apa yang dipersatukan Allah, janganlah diceraikan manusia.” Setelah mereka tiba di rumah, Para murid bertanya pula tentang hal itu kepada Yesus. Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan wanita lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Dan jika isteri menceraikan suaminya lalu kawin dengan pria yang lain, ia berbuat zinah.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.


Renungan

Surat cerai adalah dokumen ketegaran hati. Yesus berpesan bahwa kembali kepada awal dunia, yakni kondisi keharmonisan semesta raya, termasuk di dalamnya keharmonisan hubungan antara pria dan wanita adalah karya Allah yang mengagumkan. Keharmonisan seluruh tata penciptaan ini tidak boleh buyar hanya karena muncul hasrat untuk bercerai. Kita ini manusia, yang memiliki tataran tingkat hidup moral yang tinggi.

Doa Malam

Bapa yang maha pengasih, penuhilah harapan para suami isteri di Negara kami untuk saling memberi dan menerima dengan tulus hati, sehingga hanya kepada-Mulah mereka bersyukur dan memuji. Amin.

RUAH

Kamis, 24 Februari, 2011 Hari Biasa Pekan VII

Kamis, 24 Februari, 2011
Hari Biasa Pekan VII

Ia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan tidak akan layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil --- Mzm 1:3

Doa Renungan

Allah Bapa kami yang maha pengasih, kami Kauperkenankan menyapa Engkau bapa. Tiada orang dapat membanggakan diri terhadap-Mu dalam kesalehan dan jasa. Semuanya kami terima daripada-Mu berkat kemurahan hati-Mu. Maka dengarkanlah kami senantiasa, sebab kami hanya bertahan, bila Kaubimbing dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Pembacaan dari Kitab Putra Sirakh (5:1-8)

"Jangan menunda-nunda berbalik kepada Tuhan."

Jangan mengandalkan kekayaanmu, dan jangan berkata: "Ini cukup bagiku." Hati dan kekuatanmu jangan kauturut untuk berlaku sesuai dengan hawa nafsu hatimu. Jangan berkata: "Siapa berkuasa atas diriku?" Memang Tuhan akan menghukum engkau dengan keras. Jangan berkata: "Betul, aku sudah berdosa, tetapi apakah menimpa diriku? Sebab Tuhan panjang hati." Jangan menyangka pengampunan terjamin, sehingga engkau menimbun dosa demi dosa. Jangan berkata: "Memang belas kasihan-Nya besar, dosaku yang banyak ini pasti diampuni-Nya." Sebab baik belas kasihan rnaupun kemurkaan ada pada Tuhan, dan geram-Nya turun atas orang jahat. Jangan menunda-nunda berbalik kepada Tuhan, jangan kautangguhkan dari hari ke hari. kemurkaan Tuhan, dan pada saat hukuman engkau dihancurkan. Jangan percaya pada harta benda yang diperoleh dengan tidak adil, sebab tidak berguna sedikitpun pada hari sial.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang yang mengandalkan Tuhan.
Ayat. (Mzm 1:1-2.3.4.6)
1. Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan kaum pencemooh; tetapi yang kesukaannya ialah hukum Tuhan, dan siang malam merenungkannya.
2. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buah pada musimnya, dan tak pernah layu; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
3. Bukan demikianlah orang-orang fasik; mereka seperti sekam yang ditiup angin. Sebab Tuhan mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Sambutlah sabda Tuhan, bukan sebagai perkataan manusia, melainkan sebagai sabda Allah.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (9:41-50)

"Lebih baik bagimu dengan tangan terkudung masuk dalam kehidupan, daripada dengan keduabelah tangan masuk dalam api yang tak terpadamkan."

Pada suatu hari berkatalah Yesus kepada murid-murid-Nya, "Barangsiapa memberi kalian minum air secangkir oleh karena kalian adalah pengikut Kristus, ia tak akan kehilangan ganjarannya. Barangsiapa menyesatkan salah seorang dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut. Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik bagimu dengan terkudung masuk dalam kehidupan, daripada dengan utuh kedua belah tangan masuk dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan. Dan jika kaki menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik bagimu dengan kaki timpang masuk ke dalam hidup, daripada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah karena lebih baik bagimu masuk ke dalam kerajaan Allah dengan bermata satu daripada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tak pernah padam. Sebab setiap orang akan digarami dengan api. Garam itu memang baik! Tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kalian akan mengasinkannya? Hendaklah kalian selalu mempunyai garam dalam hidupmu dan selalu hidup berdamai seorang dengan yang lain."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Yesus mengajak agar setiap orang berani tegas terhadap diri sendiri demi kebahagiaan pribadi kita juga. Karena dalam kenyataan sering orang bersikap keras terhadap orang lain dan tidak terhadap diri sendiri. Oleh sebab itu Yesus ingin meluruskan yang keliru dalam pandangan umum. Keselamatan yang dianugerahkan Tuhan haruslah disambut dengan perjuangan manusia, yang kadang membutuhkan korban. Tuhan tidak minta banyak, yang utama mengikuti kehendak-Nya demi keselamatan diri kita.

Dalam realita zaman ini memang tidaklah mudah untuk mewujudkan keselamatan itu apalagi manusia cenderung untuk menikmati kesenangan pribadi yang justru menjauhkan dirinya dari keselamatan itu. Perhatikanlah berbagai kenikmatan daging yang sekarang semakin marak ditawarkan oleh dunia. Kenikmatan yang menguasai mata, telinga, tangan dan panca indera yang lainnya. Dalam situasi inilah sabda Yesus ini digemakan kembali. Maka kita yang mendengarkannya, baiklah bersikap tegas dan jangan mengabaikannya. Semuanya itu dikatakan demi kepentingan kita. Mari kita mulai dari diri kita untuk kemudian kita teruskan ajakan ini kepada sesama kita.

Tuhan Yesus, aku ingin bersikap tegas terhadap diriku terutama berhadapan dengan berbagai tawaran yang membuatku menjauh dari-Mu. Aku mohon kekuatan-Mu, ya Yesus, agar aku mampu berbenah diri. Amin.

Renungan Harian Mutiara Iman 2011

Rabu, 23 Februari 2011 Pw. St. Polikarpus, Uskup, Martir

Rabu, 23 Februari 2011
Pw. St. Polikarpus, Uskup, Martir

Selama delapan puluh enam tahun aku melayani Yesus Kristus dan tidak pernah Ia meninggalkan aku (St Polikarpus)

Antifon Pembuka

Aku hendak mendaras sabda-Mu, sebab firman-Mu benar. Aku rindu akan keselamatan-Mu, ya Tuhan, dan hukum-Mu kesukaan hatiku (Mzm 119:172.174)

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, Engkau memperhatikan semua orang, tetapi terutama mereka yang tidak mendapat perhatian dari sesamanya. Kami mohon, janganlah kami tinggal berdiam diri melihat kelaliman atau ketidakadilan. Buatlah kami siap sedia membagikan cinta kasih-Mu kepada siapa saja. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.

Kebijaksanaan menjadi utama dalam hidup manusia. Dia yang membuat orang bisa hidup, dihargai, dan mendapat kemuliaan. Tuntunan kebijaksanaan bisa jadi melalui jalan yang berkelok-kelok sehingga kerap kali membuat orang takut dan gemetar. Namun akhirnya toh membawa kebahagiaan. Orang yang menyimpang akan dibuang oleh kebijaksanaan dan diserahkan kepada kebinasaan.

Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh (4:11-19)

"Barangsiapa mendengarkan kebijaksanaan akan memutuskan yang adil, dan aman sentosalah kediaman orang yang mengindahkannya."

Kebijaksanaan menjunjung tinggi para anaknya dan menaruh perhatian pada orang yang mencarinya. Barangsiapa mencintai kebijaksanaan mencintai kehidupan, dan barangsiapa pagi-pagi menghadapinya akan penuh sukacita. Barangsiapa berpaut pada kebijaksanaan mewarisi kemuliaan, dan diberkati Tuhan setiap langkahnya. Barangsiapa melayani kebijaksanaan, berbakti kepada Yang Kudus, dan barangsiapa mencintai kebijaksanaan, dicintai oleh Tuhan. Barangsiapa mendengarkan kebijaksanaan akan memutuskan yang adil, dan aman sentosalah kediaman orang yang mengindahkannya. Jika orang percaya kepada kebijaksanaan niscaya ia mewarisinya, dan keturunannya akan tetap memilikinya. Boleh jadi ia dituntun kebijaksanaan lewat jalan yang berbelok-belok dahulu, sehingga ia takut dan gemetar; boleh jadi kebijaksanaan menyiksa dia sebagai siasat sampai dapat percaya padanya, dan mengujinya dengan segala aturannya. Tetapi kemudian kebijaksanaan kembali kepadanya dengan kebaikan yang menggembirakan, dan menyingkapkan kepadanya pelbagai rahasia. Tetapi jika orang sampai menyimpang, maka ia akan dibuang oleh kebijaksanaan dan diserahkan kepada kebinasaan.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Besarlah ketentraman orang yang mencintai hukum-Mu, ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 119:165.168.171.172.174.175; Ul: 165a)
1. Besarlah ketentraman orang-orang yang mencintai hukum-Mu, tidak ada batu sandungan bagi mereka.
2. Aku berpegang pada titah dan peringatan-peringatan-Mu, sebab seluruh hidupku terbuka di hadapan-Mu.
3. Biarlah bibirku mengucapkan puji-pujian, sebab Engkau mengajarkan ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.
4. Biarlah lidahku menyanyikan janji-Mu, sebab benarlah segala perintah-Mu.
5. Aku rindu akan keselamatan yang datang dari pada-Mu, ya Tuhan, dan hukum-Mu menjadi kesukaanku.
6. Biarlah jiwaku hidup supaya memuji-muji Engkau, dan biarlah hukum-hukum-Mu menolong aku.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Yoh 14:6)
Akulah jalan, kebenaran dan kehidupan, sabda Tuhan. Tiada orang sampai kepada Bapa, tanpa melalui Aku. Alleluya.

Yesus mencegah para murid-Nya menghalangi karya orang di luar kelompok mereka. Sejauh tindakan mereka tidak bertentangan dengan yang dibuat Yesus, mereka tidaklah melawan Yesus.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (9:38-40)

"Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. Jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah."

Pada suatu hari Yohanes berkata kepada Yesus, “Guru, kami melihat seorang yang bukan pengikut kita, mengusir setan demi nama-Mu. Lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.” Tetapi Yesus berkata, “Janganlah kalian cegah dia! Sebab tak seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia memihak kita.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan


Prinsip hidup bersama dengan para penganut agama lain adalah ‘barangsiapa tidak melawan kita, ia memihak kita;. Itu pun masih ditambah: Kasihilah musuhmu, dan berdoalah bagi orang yang menganiaya kamu. Pesan Injil hari ini sesungguhnya ingin menggarisbawahi bahwa damai dengan semua orang adalah sikap kristiani. Kekristenan mengajarkan nilai damai. Betapa indahnya aliran sungai damai.


Doa Malam

Allah Bapa yang penuh kasih, bantulah aku agar mampu berdamai dengan semua orang. Terutama semoga aku berani mengalahkan diri sendiri dalam bertindak menghadapi orang-orang yang berbeda denganku. Amin.



RUAH

Santa Agnes, Perawan dan Martir


Kristus mempercantik jiwaku dengan perhiasan rahmat dan kebajikan. Aku ini milik Dia, yang dilayani oleh para malaikat

Santa Agnes, Perawan dan Martir



Agnes dilukiskan sedang mendekap seekor Anak Domba (Agnus), lambang kemurnian, dan memegang daun palem sebagai lambang keberanian. Pada hari pestanya (21 Januari) setiap tahun, dua ekor anak domba disembelih di Gereja Santa Agnes di Jalan Nomentana. Bulu domba itu dikirim kepada Sri Paus untuk diberkati dan dipakai untuk membuat hiasan atau mantel. Hiasan dan mantel itu kemudian dikembalikan kepada Uskup Agung dari Gereja itu untuk dipakai sebagai simbol kekuasaannya.

Selasa, 22 Februari 2011 Pesta Takhta St. Petrus, Rasul

Selasa, 22 Februari 2011
Pesta Takhta St. Petrus, Rasul

Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya (Matius 16:18)

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahaagung, sabda-Mu adalah roh dan kebenaran. Semoga para pemimpin Gereja menggembalakan kawanan domba yang Kaupercayakan kepada mereka tanpa mencari keuntungan dan tanpa paksaan, tetapi penuh pengabdian, menurut teladan-Mu yang telah datang sebagai Hamba. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus (5:1-4)

"Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu."

Saudara-saudara yang terkasih, aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak. Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu. Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan, do = d, 3/2, 2,4, PS 849/646
Ref. Tuhanlah gembalaku, tak'kan kekurangan aku
Ayat. (Mzm 23:1-3.3b-4.5.6; Ul: 1)
1. Tuhan adalah gembalaku, aku tidak kekurangan: 'ku dibaringkan-Nya di rumput yang hijau, di dekat air yang tenang. 'Ku dituntun-Nya di jalan yang lurus demi nama-Nya yang kudus.
2. Sekalipun aku harus berjalan di lembah yang kelam, aku tidak takut akan bahaya, sebab Engkau besertaku; sungguh tongkat penggembalaan-Mu, itulah yang menghibur aku.
3. Kausiapkan hidangan bagiku di hadapan lawanku. Kauurapi kepalaku dengan minyak dan pialaku melimpah.
4. Kerelaan yang dari Tuhan dan kemurahan ilahi, mengiringi langkahku selalu sepanjang umur hidupku. Aku akan diam di rumah Tuhan sekarang dan senantiasa.

Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. (Yoh 10:27)
Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku. Aku mengenal mereka dan mereka mengikuti Aku.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (16:13-19)

"Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan jemaat-Ku."

Sekali peristiwa Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi. Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga."
Demikianlah Injil Tuhan.
U.Terpujilah Kristus.

Renungan

Pada hari ini Gereja merayakan Pesta Takhta St. Petrus, yang sudah dirayakan sejak Abad ke-4. Kita sering mendengar tentang Takhta Suci, yang sekarang merujuk pada kota/negara Vatikan, tempat kedudukan Bapa Suci sebagai Pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia. Takhta St. Petrus menunjuk pada kepemimpinan dan kuasa, yang diserahkan Kristus kepadanya dan disimbolkan dengan adanya kursi/takhta di Basilika St. Petrus, Vatikan. ”Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga” (Mat. 16:18–19). Demikian juga di setiap Gereja Katedral terdapat sebuah kursi (cathedra) sebagai simbol kepemimpinan dan kuasa dari Uskup setempat.

Takhta ini mengartikan kepemimpinan dan kuasa menggembalakan dan melayani, bukan mengagungkan jabatan atau kedudukan seorang pemimpin Gereja Katolik. Semangatnya adalah, ”Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan terpaksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri ... hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu” (1Ptr. 5:2–3).

Demikian pesta ini mengingatkan kita akan tugas perutusan untuk memimpin, mengajar, dan menguduskan, yang diserahkan oleh Kristus kepada Petrus dan dilanjutkan secara berkesinambungan sampai kepada Bapa Suci dan para Uskup sekarang ini. Kita merayakan kesatuan Gereja yang tersebar di seluruh penjuru dunia, di bawah kepemimpinan Sri Paus dan para Uskup. Pesta ini juga mengajak seluruh umat untuk membarui ketaatan dan kesetiaannya kepada Kristus—sebagai Pemimpin Agung—dan kepada para pemimpin serta ajaran-ajaran Gereja.

Kristus, Gembala Utama, dampingilah aku untuk menjadi seorang anggota umat-Mu yang taat dan setia. Amin.

Ziarah Batin 2011, Renungan dan Catatan Harian

Senin, 21 Februari 2011 Hari Biasa Pekan VII

Senin, 21 Februari 2011
Hari Biasa Pekan VII

"Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!" (lihat Markus 9:24)

Doa Renungan


Ya Allah, Engkau menyelenggarakan kehidupan kami setiap hari dengan rahmat dan karunia yang berasal daripada-Mu. Tanamkanlah semangat dan rasa syukur dalam hati kami agar kami senantiasa dihibur dengan penghibur yang sejati, yakni Roh-Mu sendiri. Semoga Roh-Mu yang menyertai perjalanan kami selama hari ini, sehingga hidup kami berbuah dan berkembang seturut kehendak-Mu. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Kebijaksanaan Tuhan sungguh luar biasa. Ia diciptakan sebelum segalanya ada. Bahkan segala yang ada kemudian diciptakan berdasarkan kebijaksanaan itu. Berbahagialah manusia yang senantiasa mencari kebijaksanaan Tuhan dalam hidupnya.


Pembacaan dari Kitab Putra Sirakh (1:1-10)

"Kebijaksanaan diciptakan sebelum segala-galanya."

Segala kebijaksanaan dari Tuhan asalnya, dan ada pada-Nya selama-lamanya. Pasir di laut dan tetes hujan, dan hari-hari kekekalan siapa gerangan dapat membilangnya? Tingginya langit, luasnya bumi, dan samudera raya dan kebijaksanaan, siapa dapat menduganya? Sebelum segala-galanya kebijaksanaan sudah diciptakan, dan pengertian yang arif sejak dahulu kala.8 Kepada siapakah pangkal kebijaksanaan telah disingkapkan, dan siapakah mengenal segala akalnya? Hanyalah Satu yang bijaksana, teramat menggetarkan, yaitu Yang bersemayam di atas singgasana-Nya. Tuhanlah yang menciptakan kebijaksanaan, yang melihat serta membilangnya, lalu mencurahkannya atas segala buatan-Nya. Pada semua makhluk ia ada sekadar pemberian Tuhan, yang juga membagikannya kepada orang yang cinta kepada-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan
Ayat. (Mzm 93:1ab.1c-2.5; R:1a)

1. Tuhan adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan, dan kekuatanlah ikat pinggang-Nya.
2. Sungguh, telah tegaklah dunia, tidak lagi goyah. Takhta-Mu tegak sejak dahulu kala, dari kekal Engkau ada.
3. Peraturan-Mu sangat teguh; bait-Mu berhiaskan kekudusan, ya Tuhan, sepanjang masa!

Bait Pengantar Injil, do = g, 4/4, PS 963
Ref. Alleluya
Ayat. (2Tim 1:10b)

Yesus Kristus, Penebus kita, telah membinasakan maut, dan menerangi hidup dengan Injil.

Pada waktu Yesus hendak menyembuhkan anak yang kerasukan roh, Ia sempat menegur ayah dari anak itu. Namun, ayah itu segera menyadari barangkali kepercayaannya masih belum teguh. Ia memohon kepada Yesus untuk menolongnya. Apakah kita juga sering memohon agar Yesus senantiasa meneguhkan iman kita?


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (9:14-29)

"Aku percaya, ya Tuhan! Tolonglah aku yang kurang percaya ini!"

Ketika Yesus, Petrus, Yakobus dan Yohanes kembali pada murid-murid lain, mereka melihat orang banyak mengerumuni murid-murid itu, dan beberapa ahli Taurat sedang mempersoalkan sesuatu dengan mereka. Pada waktu orang banyak itu melihat Yesus, tercenganglah mereka semua dan bergegas menyambut Dia.Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?" Kata seorang dari orang banyak itu: "Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia.Dan setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah meminta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat." Maka kata Yesus kepada mereka: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!" Lalu mereka membawanya kepada-Nya. Waktu roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya, dan anak itu terpelanting ke tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa. Lalu Yesus bertanya kepada ayah anak itu: "Sudah berapa lama ia mengalami ini?" Jawabnya: "Sejak masa kecilnya. Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami." Jawab Yesus: "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" Segera ayah anak itu berteriak: "Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!"Ketika Yesus melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia menegor roh jahat itu dengan keras, kata-Nya: "Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan memasukinya lagi!" 26 Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncang anak itu dengan hebatnya. Anak itu kelihatannya seperti orang mati, sehingga banyak orang yang berkata: "Ia sudah mati." Tetapi Yesus memegang tangan anak itu dan membangunkannya, lalu ia bangkit sendiri. Ketika Yesus sudah di rumah, dan murid-murid-Nya sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?"Jawab-Nya kepada mereka: "Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan


Para murid Yesus, yang sudah diberi kuasa oleh-Nya, tidak mampu menyembuhkan seorang anak yang kerasukan roh jahat. Akan tetapi, bagi Yesus, ”tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” Selain unsur iman, Yesus juga mengungkapkan faktor penting lain untuk pengusiran roh jahat ialah doa. Ketika para murid bertanya kepada Yesus mengapa mereka tidak sanggup mengusir roh jahat itu, Yesus menjawab, ”Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa.”

Iman dan doa adalah dua faktor yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan kita. Keduanya berjalan bersama. Sebagai orang beriman kita perlu berdoa agar Tuhan ikut serta menyelesaikan masalah-masalah yang ada di luar kemampuan dan kekuatan kita.


Tuhan Yesus, tambahkanlah iman dan penyerahan diriku kepada kuasa-Mu. Amin.


Ziarah Batin 2011, Renungan dan Catatan Harian

Minggu, 20 Februari 2011 :: Hari Minggu Biasa VII


“Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”.

Ketika Paus Yohanes Paulus II telah sembuh dari sakit karena ditembak oleh seseorang, maka Yang Mulia segera mendatangi si penembak di penjara untuk mengampuni kesalahan dan dosa-dosanya. Apa yang dilakukan oleh Paus ini kiranya sesuai dengan sabda Yesus: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”. Memang untuk menghayati sabda Yesus ini pada masa kini sungguh merupakan tantangan dan berat, namun demikian marilah kita yang beriman kepada-Nya dengan rendah hati dan bekerjasama berusaha untuk saling mendoakan dan mengampuni terhadap siapapun dan dimanapun.

“Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Mat 5:43-44)

Pada umumnya orang dengan mudah membalas dendam terhadap orang yang telah menyakitinya, dan balas dendamnya juga lebih berat dan hebat, sebagai contoh apa yang terjadi dengan kerusuhan yang dilakukan oleh kelompok tertentu di negeri ini, antara lain sampai membunuh orang, membakar dan merusak fasilitas ibadat agama lain, dst.. Bahkan ada orang dirasani sedikit dengan mudah menjadi marah-marah dan geram berusaha mencari orang yang ‘ngrasani’, dan jika bertemu pasti akan dibalas dengan tindakan phisik yang menyakitkan. Saya melihat dan memperhatikan bahwa balas dendam ini sampai kini masih terjadi di tingkat akar rumput sampai dengan tingkat tinggi, di antara rakyat biasa sampai dengan pejabat tinggi/Negara.

Kita semua kiranya memiliki ‘musuh’, dan bohong jika mengatakan tidak memiliki ‘musuh’. Apa yang saya maksudkan dengan ‘musuh’ di sini adalah apa-apa saja yang tidak sesuai dengan selera pribadi atau tak berkenan di hati, entah itu orang, makanan atau minuman, binatang, tanaman, situasi, dst.. Bahkan juga ada orang yang memusuhi sinar matahari atau air hujan, antara lain selalu melindungi diri dari sinar matahari dengan aneka cara dan mengubah tanah resapan air hujan atau penampungan air hujan menjadi bangunan beton yang kokoh, tak tembus air. Dampak dari memusuhi ini adalah penderitaan umat manusia. Sebagai murid atau pengikut Yesus kita dipanggil untuk mengasihi musuh dan mendoakan mereka yang membenci atau menyakiti kita, maka marilah kita lihat dan kenangkan apa dan siapa saja yang memusuhi dan membenci kita, kemudian kita kasihi dan doakan.

Sebagai contoh sederhana dan umum adalah makanan dan cuaca. Hendaknya dalam hal makan berpedoman pada sehat dan tidak sehat, bukan enak dan tidak enak; dengan kata lain jika makanan sehat hendaknya disantap saja, meskipun tidak enak, kalau perlu langsung telan saja karena Tuhan telah menganugerahkan mesin pengolah makanan yang hebat dalam tubuh kita. Demikian juga dalam hal cuaca, hendaknya nikmati saja cuaca dingin atau panas untuk melatih kekebalan dan memperkembang-kan serta mengkokohkan anti-body dalam tubuh kita. Ingat dan sadari ketika ada wabah penyakit, kita sering menerima vaksin, yang tidak lain adalah ke dalam tubuh kita disuntikkan virus untuk memancing kekebalan tubuh. Memang virus-virus bertebaran di udara bebas, sehingga mereka yang tidak memiliki kekebalan tubuh yang memadai pasti akan jatuh sakit, sebaliknya pada orang yang memiliki kekeban tubuh pasti tak akan jatuh sakit. Maka bina dan perdalam kekebalan tubuh antara lain dengan menikmati cuaca apa adanya. Hemat saya ketika orang tidak menghadapi masalah dalam hal makan dan cuaca, maka dengan mudah ia menghayati sabda Yesus “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”, sebaliknya jika ada orang bermasalah dalam hal makanan dan cuaca, maka orang yang bersangkutan dengan mudah juga ‘membenci musuh’. Maka baiklah kita renungkan sapaan Paulus kepada umat di Korintus di bawah ini.

“Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu” (1Kor 3:16-17).

Masing-masing dari kita adalah bait Allah dan “Roh Allah diam di dalam dir kita masing-masing’. Karena Roh Allah ada di dalam diri kita masing-masing, maka dari cara hidup dan cara bertindak kita akan berbuahkan keutamaan-keutamaan seperti “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.”(Gal 5:22-23). Keutamaan-keutamaan ini hendaknya menjadi senjata dalam rangka menghadapi musuh atau mereka yang menganiaya kita dalam bentuk apapun, dimanapun dan kapanpun. Mungkin baik kita renungkan perihal ‘penguasaan diri’, yang menurut hemat saya mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan dalam kehidupan bersama kita masa kini.

Jika kita dapat menguasai diri dengan baik, maka sikap kita terhadap orang lain pasti akan lemah lembut dan melayani, sebaliknya jika kita tak dapat menguasai diri, maka sikap terhadap orang lain pasti akan kasar, keras dan menindas. Untuk melatih penguasaan diri antara lain bertapa, matiraga atau lakutapa. Ada nasihat dari orangtua perihal ‘topo ing rame’ (= bertapa/lekutapa/matiraga dalam keramaian atau hiruk pikuk). Maksud nasihat ini antara lain berkonsentrasi dalam melaksanakan tugas pengutusan tertentu alias mempersembahkan diri seutuhnya kepada tugas yang harus dikerjakan, sehingga tidak tergoda untuk menyeleweng atau ‘selingkuh’. Misalnya sebagai pelajar sungguh belajar dan sebagai pekerja sungguh bekerja. Marilah penguasaan diri ini kita biasakan pada anak-anak kita di dalam keluarga dan kemudian diperdalam di sekolah-sekolah.

Kita juga diingatkan bahwa jika kita membinasakan manusia sebagai bait Allah berarti membenci Allah dan dengan demikian kita dengan sendirinya terhukum. Para pembunuh amatiran, bayaran maupun spontanitas kiranya dirinya merasa takut dan terancam terus menerus, tidak bebas merdeka bergaul dengan siapapun. Sebagai manusia, ciptaan Allah, gambar dan citra Allah, kita semua dipanggil untuk saling menghormati dan menjunjung tinggi dalam keadaan apapun dan dimanapun. Bagi kita di Indonesia, marilah kita hayati sila kedua dari Pancasila, yaitu “Perikemanusiaan yang adil dan beradab”. Adil dan beradab bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan dan tak dapat dipisahkan. Orang beradab pasti bertindak adil, dan orang adil pada umumnya beradab. Keadilan yang paling mendasar hemat saya adalah ‘hormat pada atau menjunjung tinggi harkat martabat manusia’., dengan kata lain manusiawi. Jika kita hidup secara manusiawi kiranya akan berkembang dan bergerak ke ilahi atau spiritual, dan dengan demikian kita menghayati diri sebagai ‘bait Allah’ dan ‘Roh Kudus diam dalam diri kita’. Marilah kita hayati nasihat ini ; ”Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia. Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN”( Im 19:17-18).

“Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat” (Mzm 103:1-4)

Jakarta, 20 Februari 2011


Rm Ign Sumarya, SJ

Minggu, 20 Februari 2011 Hari Minggu Biasa VII

Minggu, 20 Februari 2011
Hari Minggu Biasa VII

"Karena itu hendaklah kamu sempurna sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna." (Matius 5:48)

Antifon Pembuka

Tuhan, aku percaya akan kasih setia-Mu, hatiku bergembira karena Engkau menyelamatkan daku. Aku bernyanyi bagi-Mu karena kebaikan-Mu terhadapku.

Doa Renungan


Allah Bapa kami bersama, kami ini sesama saudara se-Bapa. Ajarilah kami saling menaruh cinta kasih sebagaimana Engkau menyayangi kami semua. Robohkanlah tembok-tembok pemisah yang mengasingkan kami satu sama lain. Semoga kami tidak hanya menaruh cinta kasih kepada sahabat-sahabat kami saja, tetapi bersedia pula memaafkan siapa pun. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.

Pembacaan dari Kitab Imamat (19:1-2.11-18)

"Engkau harus mengadili sesamamu dengan kebenaran."

Tuhan berfirman kepada Musa, "Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, kudus. Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegur orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia. Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah Tuhan.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = a, 4/4, PS 823
Ref. Pujilah, puji Allah, Tuhan yang maharahim
Ayat. (Mzm 103:1-2.3-4.8+10.12-13; Ul: 8a)
1. Pujilah Tuhan, hai jiwaku!
Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!
Pujilah Tuhan, hai jiwaku, jangan lupa akan segala kebaikannya.
2. Dialah yang mengampuni segala kesalahanmu, dan menyembuhkan segala penyakitmu!
Dialah yang menebus hidupmu dari liang kubur, dan memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat.
3. Tuhan adalah pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia.
Tidak pernah Ia memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita, atau membalas kita setimpal dengan kesalahan kita.
4. Sejauh timur dari barat, demikianlah pelanggaran-pelanggaran kita dibuang-Nya.
Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang bertakwa.

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1Kor 3:16-23)

"Kamu adalah tempat kediaman Allah."


Saudara-saudara, tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu. Janganlah ada orang yang menipu dirinya sendiri. Jika ada di antara kamu yang menyangka dirinya berhikmat menurut dunia ini, biarlah ia menjadi bodoh, supaya ia berhikmat. Karena hikmat dunia ini adalah kebodohan bagi Allah. Sebab ada tertulis: "Ia yang menangkap orang berhikmat dalam kecerdikannya." Dan di tempat lain: "Tuhan mengetahui rancangan-rancangan orang berhikmat; sesungguhnya semuanya sia-sia belaka." Karena itu janganlah ada orang yang memegahkan dirinya atas manusia, sebab segala sesuatu adalah milikmu: baik Paulus, Apolos, maupun Kefas, baik dunia, hidup, maupun mati, baik waktu sekarang, maupun waktu yang akan datang. Semuanya kamu punya. Tetapi kamu adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. (1 Yoh 2:5)
Sempurnalah cinta Allah dalam hati orang yang mendengarkan sabda Kristus.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:38-48)

"Jangan melawan orang yang berbuat jahat kepadamu."

Dalam khotbah di bukit, Yesus berkata, “Kalian mendengar, bahwa dahulu disabdakan, ‘mata ganti mata; gigi ganti gigi’. Tetapi Aku berkata kepadamu, ‘Janganlah kalian melawan orang yang berbuat jahat kepadamu. Sebaliknya, bila orang menampar pipi kananmu, berikanlah pipi kirimu. Bila orang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Bila engkau dipaksa mengantarkan seseorang berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berikanlah kepada orang apa yang dimintanya, dan jangan menolak orang yang mau meminjam sesuatu dari padamu. Kalian telah mendengar bahwa disabdakan, ‘Kasihilah sesamamu manusia, dan bencilah musuhmu’. Tetapi Aku berkata kepadamu, ‘Kasihilah musuh-musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kalian.’ Karena dengan demikian kalian menjadi anak-anak Bapamu di surga. Sebab Ia membuat matahari-Nya terbit bagi orang yang jahat, dan juga bagi orang yang baik. Hujan pun diturunkan-Nya bagi orang yang benar dan juga bagi orang yang tidak benar. Apabila kalian mengasihi orang yang mengasihi kalian, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kalian hanya memberi salam kepada saudaramu saja, apakah lebihnya dari perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu kalian harus sempurna sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan


Renungan




MATA GANTI MATA, GIGI GANTI GIGI?

Injil Minggu Biasa VII/A kali ini, Mat 5:38:48 melanjutkan petikan dari Minggu lalu yang memuat pengajaran keras Yesus melebihi yang umum diajarkan para guru Taurat. Juga kali ini disodorkan dua contoh menghayati Taurat lebih dari sekadar menepati rumusan. Yang pertama Mat 5:38-39 menyangkut pembalasan kekerasan ala "mata ganti mata, gigi ganti gigi" dari ajaran Taurat seperti tercantum dalam Kel 21:24 dan Im 24:20. Yang kedua merujuk pada perintah "mengasihi sesama" sebagaimana didapati dalam Im 19:20. Bagaimana memahami pengajaran kali ini?

ARAH LUAR DAN ARAH DALAM

Seperti disarankan hari Minggu lalu, Injil Matius rupa-rupanya menggarisbawahi dua cara menghayati Taurat, bagi orang sekarang, dua cara menjalankan kehidupan beragama, yakni menepati yang diperintahkan dan menjauhi larangan; ini arah "luar". Cara kedua lebih menerima Taurat dan berusaha menemukan kehadiran Dia yang bersabda di dalamnya; ini arah "batin". Tak bisa dikatakan yang satu lebih unggul dari yang lain. Memang benar dalam keadaan hidup beragama orang Yahudi pada waktu itu, arah yang kedua bakal menggenapkan penghayatan Taurat. Itulah yang diajarkan Yesus kepada para murid yang berasal dari kalangan Yahudi saleh dan diutarakan kembali dalam petikan Injil Matius kali ini. Dalam kaitan itulah maka jelas maksud Yesus dalam Mat 5:17-18 bahwa ia datang bukan untuk meniadakan Taurat melainkan untuk menggenapinya.

Dalam arah inilah dapat didalami makna hukum Taurat mengenai pembalasan terhadap orang yang mencelakakan diri orang lain. Seperti terdapat dalam Mat 5:38, Yesus merujuk pada hukum Taurat yang berbunyi "mata ganti mata dan gigi ganti gigi". Tentunya acuannya ialah hukum yang termaktub dalam Kel 21:24. Guna memahaminya, baiklah disimak yang tertulis di situ dalam kaitan dengan konteksnya, yakni ayat 22-25: "Apabila ada orang berkelahi dan seorang dari mereka tertumbuk kepada seorang perempuan yang sedang mengandung, sehingga keguguran kandungan, tetapi tidak mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka pastilah orang itu didenda sebanyak yang dikenakan oleh suami perempuan itu kepadanya dan ia harus membayarnya menurut keputusan hakim. Tetapi jika perempuan itu mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka engkau harus memberikan nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki, lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak". Peraturan seperti ini menunjukkan bagaimana Taurat melindungi kehidupan dengan ganti rugi yang setimpal. Sekaligus ditunjukkan betapa nyawa dan kehidupan itu amat dihormati. Jadi hukum Taurat ini sebenarnya mengajarkan bagaimana orang hendaknya menghargai kehidupan orang lain seperti kehidupannya sendiri. Begitulah Taurat. Dan orang-orang yang mendengar perkataan Yesus yang merujuk ke hukum ini tentulah mengerti konteks hukum itu. Dengan latar ini maka akan lebih jelas maksud perkataan mengenai pembalasan. Tekanan utama bukan pada pembalasan melainkan pada menghormati kehidupan.

Pendengar diajak untuk mendalami ajaran agama agar mengenali dasarnya, dalam hal ini apa yang mendasari aturan balas tindak kekerasan seperti dirincikan dalam kutipan kitab Keluaran di atas. Cara Yesus menunjukkan inti hukum itu khas, yakni dengan bahasa "perintah" agar pendengarnya bisa paham. Tetapi yang dituju ialah agar orang mulai memikirkan apa dasar hukum itu. Demikian dikatakan dalam Mat 5:39, "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu." Bahasa hukum, bahasa perintah. Pendengar waktu itu tentu saja menyadari, wibawa pengajaran Yesus tidak setara dengan wibawa Taurat Musa. Kiranya Injil juga tidak bermaksud menunjukkan bahwa Yesus menggantikan Taurat seperti dikatakannya sendiri. Kata-kata itu justru untuk menggenapi Taurat. Seminar spontan berikut ini boleh jadi membantu.

KASIH PIPI KIRI BIAR DITAMPAR JUGA?

Kemarin di sebuah teras sebuah rumah angker di kawasan candi Semarang terjadi bincang-bincang spiritual virtual seperti berikut.

TERSIARIS: [rada beringas & sinis] Jadi pengikut Yesus mesti memalingkan pipi kiri sesudah ditampar pipi kanannya? Dus bila gereja dirusak, maka biarkan sekalian dibakar. Gitu kan?
MATT: [senyum] Ah, jangan gitu dong. Tampar kanan kiri itu kan bahasa didaktik, bahasa pengajaran untuk berpikir mengenai sikap orang beragama. Mesti ditangkap arah yang sesungguhnya. Yesus kali ini menunjukkan bahwa kekerasan itu tak berbatas. Memberikan pipi kiri setelah pipi kanan ditampar itu justru membuat orang melihat bahwa penghinaan terhadap orang lain bisa berkelanjutan. Orang diajak melihat hal ini dan menyadari bahwa kekerasan tak bisa diterima. Jadi mbok ya jangan harfiah tangkapannya.
BIDEL TAKON: [berkerut dahi] Lha kalau begitu tiga perkataan lain (ayat 40-42) ke sana arahnya? Bila ada orang yang mengklaim baju (maksudnya kan baju dalam), kasih kepadanya jubahmu (maksudnya pakaian luar) - sehingga orang kelihatan berpakaian dalam melulu? Lalu orang yang memaksamu jalan satu mil beri dia dua mil agar ia tahu bahwa permintaannya itu penting dan kau tanggapi lebih? Juga ajaran jangan menolak permintaan pinjam dimaksud agar orang menyadari pentingnya kebutuhan orang lain?
MATT: [sembari pencet-pencet Blackberry entah BBM ke siapa] Mulai mengerti nih! Iya ke sana arahnya. Perkataan-perkataan Yesus itu ajaran kepada orang Yahudi pada waktu itu untuk mengenali bagaimana mengerti intinya Taurat
SETY: Lha kalau sekarang bagaimana? Kan pendengarnya bukan seperti yang dulu dan bahkan tak semua tahu hukum Taurat?
MATT: [santai berkomentar] Justru itu perlunya mengerti apa yang dimaksud. Ayat-ayat tentang berikan pipi kiri untuk juga ditampar itu kan untuk menunjukkan kenyataan yang lebih dalam, yakni absurdnya penghinaan terhadap sesama. Warta Injil di situ.
TINI & TONO [terngiang dari kotbah Tom J.] Kalau begitu bukan barang baru, kita sudah tahu buruknya penghinaan dan kekerasan terhadap orang lain.
MATT: [sedkit mendelik] Apa Injil diharapkan mengajarkan yang muluk-muluk, yang rahasia-rahasia, yang samasekali baru! Itu bukan Injil dong. Injil itu kabar yang mesti melegakan, yang bikin gembira, bukan yang membebani. Yang bisa universal nilainya. Itu baru perintah baru! Bukan yang di permukaan dan itu itu melulu.

MENGASIHI SESAMA....

Mat 5:43-48 menampilkan Yesus merujuk pada perintah Taurat untuk mengasihi sesama seperti tercermin dalam Im 19:18, yang berbunyi demikian, "Janganlah engkau menuntut balas, janganlah menaruh dendam terhadap orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri". Perintah itu ditujukan kepada umat Perjanjian Lama dan tujuannya ialah untuk menjaga kedamaian di dalam umat. Peraturan itu menyangkut kehidupan umat dan tidak mengenai orang luar. Yesus merumuskan kembali dengan mengungkapkan implikasinya pada bagian kedua mengenai membenci musuh, "Kamu telah mendengar yang difirmankan: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu." Dengan demikian kasih hanya dibataskan pada golongan sendiri. Ini kiranya belum cukup dan bahkan akan menjadi karikatur apa itu kasih. Semestinyalah mengasihi sesama itu tidak terbatas pada kelompok sendiri. Oleh karena itulah dalam Mat 5:43-48 orang diajak mengusahakan agar perhatian serta kebesaran hati terhadap sesama mencakup siapa saja, bukan hanya kawan sendiri. Mengasihi itu upaya yang tak mengenal batas kelompok, apalagi kelompok agama. Itulah yang kiranya hendak disampaikan. Ini melengkapi kesetiakawanan.

SEMPURNA SEPERTI BAPAMU YANG DI SURGA SEMPURNA ?

Dalam Mat 5:48 Yesus mengimbau pendengarnya agar menjadi sempurna seperti "Bapamu yang ada di surga sempurna". Pernyataan ini menggemakan Im 19:2 yang berisi kata-kata Allah orang Israel kepada Musa begini, "Berbicaralah ke segenap umat Israel dan katakan kepada mereka: kalian jadilah kudus, sebab Aku Tuhan, Allahmu, kudus." Umat Perjanjian Lama diimbau agar sepenuhnya menjadi umatnya Tuhan mereka, yakni Allah yang kudus. Demikian maka Dia akan sungguh menjadi Allah mereka. Yesus mengajarkan sikap beragama yang baru, yakni berani mendekat kepada Tuhan Allah sebagai Bapa yang mengusahakan apa saja yang terbaik bagi yang sedia menerimanya sebagai Allah yang dekat, yang peduli pada kemanusiaan meski tidak selalu jelas. Baru terasa teguh bila diimani. Inilah yang dimaksud dengan menjadi sempurna seperti Bapa sendiri sempurna.

Salam hangat,
A. Gianto

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy